logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

bab 3 persiapan pernikahan.

Setelah mereka sepakat, Lisa pun kembali ke kostan, dengan gontai dia menyeret langkahnya menuju kamar, Lisa ingin mengistirahatkan hati dan pikirannya.
Rasa lelah setelah seharian bekerja, dan di tambah lagi kejutan-kejutan yang tidak terduga membuatnya kehabisan tenaga.
Ketika Lisa ingin memasuki kamar kostnya, kedua sahabatnya sudah menunggun di depan pintu.
"Kalian sedang apa di sini?" tanyanya menatap heran.
"Kita ingin tahu bagai mana kencan mu tadi? Apa berhasil?" tanya Vina penuh semangat.
"Iya Lis, gue juga kepo bagai mana perkembangannya, kata Vina cowoknya ganteng banget, emang bener? Gue gak sabar denger cerita dari lo."
Kanza pun ikut merasa senang dan juga penasaran, dengan kelanjutan hubungan percintaan sahabatnya.
"Sudah selesai semuanya, gak ada yang istimewa, biasa aja," jawab Lisa malas, enggan menjelaskan panjang lebar, karena dia sudah sangat lelah.
"Terus lo nolak? bener-bener ada yang salah sama lo Lis, cowok seganteng itu, lo bilang biasa aja?" Vina kesal merasa tak percaya dengan temannya.
"Emang seganteng apa sih? Kalo emang ganteng, kenapa gak lo saja yang gaet?" Kanza juga ikut sewot, tidak terima sahabatnya di pojokkan.
Kanza sangat tahu perasaan Lisa yang masih mengharapkan kehadiran seseorang, walaupun orang itu membuat luka di hatinya. namun sangat sulit di lupakan olehnya. .
"Gue sih mau, tapi dia nya yang gak mau sama gue, lagian gue juga udah punya Fandu." Vina seolah memasang wajah kecewa.
Kanza ingin sekali mencubit temannya yang satu itu karena gemas, dia selalu saja tergoda saat melihat cowok ganteng, padahal dia sudah punya kekasih.
"Lo pada pulang gih sono, gue capek mau istirahat," usirnya saat melihat kedua sahabatnya saling berdebat.
Lisa sudah sangat lelah, tidak ada tenaga lagi untuk meladeni kedua sahabatnya.
Akhirnya mereka berdua pergi, karena merasa kasihan melihat Lisa yang sudah kelelahan.
Selepas ke pergian mereka, Lisa kembali memikirkan tentang masalah pernikahannya.
Semalaman dia tidak bisa tidur, hingga waktu menunjukkan pukul lima pagi, Lisa masih terjaga, sedikitpun dia tidak bisa memejamkan mata.
Lisa berdiri di balkot kamarnya, dia menatap langit yang masih terlihat remang-remang, suasana pagi begitu menyegarkan, Lisa menatap ke arah jalan yang sudah mulai ramai kendaraan yang berlalu lalang, tapi kenapa hati dan pikirannya terasa begitu kosong.
Tiba-tiba sebuah notifikasi pesan masuk mengganggu nya. Lisa menyalahkan ponselnya untuk melihat isi pesan itu.
[Bersiap lah, hari ini akan ada beberapa orang yang akan menjemput mu, untuk persiapan pernikahan kita.] pesan dari Dev. Yang kemarin sempat bertukar no ponsel.
Lisa menatap layar ponselnya lama, untuk meyakinkan kalau dia tidak salah mengambil keputusan. Setelah cukup lama berpikir Lisa menghubungi sahabatnya.
Tut ... Tut ...
Nada sambungan telpon, hingga dua kali sambungan masih belum di angkat, dan untuk yang ketiga kalinya barulah terdengar suara seseorang dari sebrang sana.
[Halo, siapa?] tanya Kanza dengan suara serak khas bangun tidur.
Matanya masih terpejam, enggan menatap layar ponsel, hingga ia harus bertanya siapa yang menghubungi nya pagi-pagi buta.
[Za nih gue, Lisa!] mendengar suara sahabatnya, Kanza langsung membuka matanya lebar, menatap jam masih pukul lima lewat lima belas menit.
Awalnya Kanza pikir dia kesiangan karena sahabatnya selalu susah bangun pagi.
[Gue lagi gak mimpi kan? Tumben banget lo telpon pagi-pagi, biasanya kan tunggu gue teriak-teriak dulu baru lo bangun,] ledek nya.
[Gak harus di ceritain panjang lebar juga kali, gue itu telpon mau minta tolong, bukan minta di ceramahin,] kesal Lisa.
[Mau minta tolong apa beb?] tanya Kanza lembut, merayu sahabatnya yang sedang merajuk.
[Gue lagi kurang sehat, semalaman gak tidur, mungkin hari ini gue gak bisa masuk, bisa tolong mintakan izin pada bu sofie?] Lisa memohon.
[Lo sakit apa? Mau gue anter ke dokter? Ini pasti gara-gara lo suka lupa waktu kalo kerja, iya kan? Bisa gak sih! Lo gak terlalu menggila kalo kerja? Ini kan yang selalu gue takutin.] Kanza memberondong pertanyaan karena panik mendengar sahabatnya sakit.
Kanza sampai harus bicara panjang lebar untuk menasehati sahabatnya, karena dia merasa khawatir.
Dari dulu dia memang sahabat yang selalu perhatian, selain karena Kanza dan keluarganya banyak berhutang budi, dia juga ingin menepati janjinya kepada almarhum ke dua orang tua Lisa untuk selalu menjaga dan menemaninya.
[Gak usah Za, gue cuma butuh istirahat aja ko.] Lisa berusaha menenangkan sahabatnya, walau dia merasa tidak enak karena sudah membohongi nya.
[Ya sudah kalo gitu, lo istirahat aja, biar nanti gue yang memintakan izin pada bu sofie.]
[Terimakasih ya Za.]
[Iya beb, cepet sembuh ya.] Lisa langsung memutuskan sambungan telpon.
'Maafin aku ya Za! semua terjadi begitu cepat, aku belum siap menceritakan semuanya pada mu,' Batin Lisa, sambil menatap layar ponselnya yang sudah mati.
Lisa terus merasa bersalah pada Kanza, hingga matahari mulai menampakkan sinar nya dia masih saja termenung di balkon kamarnya, tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk
TOK! TOK! TOK!
Lisa terperanjat, dia langsung berjalan ke arah pintu. Lisa sudah bisa menebak siapa yang datang, pasti suruhan Dev pikirnya.
Dan benar saja, setelah pintu terbuka, terlihat beberapa wanita mengenakan seragam dengan id Card sebuah salon ternama.
"Selamat pagi mbak Elisa?" ucap salah satu wanita itu sopan, "kami datang untuk menjemput anda," ucapnya lagi.
"Silakan masuk." Lisa mempersilahkan mereka untuk masuk dulu.
"Tidak perlu mbak, bisa kita pergi sekarang saja?" tolak gadis itu, karena takut di marahi manajernya.
"Baiklah." Lisa pun menurut saja, sebelum pergi dia kembali masuk untuk mengambil tas dan juga ponselnya.
****
Setelah mereka sampai di sebuah salon ternama, Lisa di buat terperangah melihat sambutan istimewa untuk nya, dalam hati dia terus bertanya-tanya siapa Dev?
Lisa melakukan berbagai macam perawatan, dari ujung rambut sampai ujung kaki, hingga sampai sore, setelah selesai Lisa di antar kembali ke kostan nya.
"Sebenarnya laki-laki seperti apa yang akan aku nikahi? Sepertinya dia bukan orang biasa." tanyanya pada diri sendiri.
Baru saja Lisa ingin menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang, tiba-tiba seseorang kembali mengetuk pintu kamarnya, dengan malas dia pun kembali membuka kan pintu.
Seorang laki-laki tanpa bermata serupa dengan milik Dev?
****
Happy reading.

Komentar Buku (165)

  • avatar
    Sri WaniPrinja

    Suka Dangan ceritanya. lanjut kak ceritanya... jangan digantung endingnya kak.

    13d

      0
  • avatar
    RJT

    kakak

    01/08

      0
  • avatar
    harnumici

    cerita ny sangat bagus

    27/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru