logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

BAB 5

Sepulang sekolah, Yuen dan Aiko pun pergi ke sebuah taman hiburan yang di janjikan oleh mereka berdua sebelumnya.
Ada kebahagiaan tersendiri bagi Yuen saat melihat Aiko yang terlihat begitu sangat senang saat ini. Dia bahkan tidak berhenti menuntun Aiko karena takut si anak kecil itu berlari kesana kemari karena dia tidak ingin hal buruk terjadi pada Aiko, apalagi kalau sampai Aiko terjatuh.
"Aiko apa kau mau ice cream?" tanya Yuen menghentikan langkah kakinya.
Aiko pun ikut menghentikan langkahnya lalu menatap ke arah Yuen sambil menjawab pertanyaan Yuen, "Aku mau..." jawabnya sangat menggemaskan.
"Baiklah, ayok kita beli ice cream sambil menunggu teman ku datang." Ajak Yuen dan Aiko pun langsung mengangguk mantap.
Yuen kembali menuntun Aiko berjalan menghampiri sebuah stand ice cream.
"Aiko, kau lebih suka ice cream rasa coklat atau strawbery?" tanya Yuen membungkukan tubuhnya menatap daftar ice cream yang tertera di sebuah papan yang ada di hadapannya.
"Hmm, apa ya?" jawab Aiko yang juga ikut melihat daftar ice cream itu sambil berfikir keras.
"Atau kau suka keduanya?" usul Yuen.
"Ah, iya kak boleh." Jawab Aiko antusias sambil menepuk-nepuk tangannya senang.
"Baiklah kalau begitu." Kata Yuen bangkit sambil mencari keberadaan si penjual ice cream.
"Permisi..."
Setelah beberapa kali memanggil, akhirnya sesosok pria datang menghampiri Yuen dengan senyum di wajahnya yang merekah.
"Pak, aku ingin dua buah ice cream, yang satu rasa coklat. Dan yang satunya lagi dua rasa, coklat dan strawbery." Kata Yuen menjelaskan pesanannya.
"Baik nona." jawab si penjual ice cream itu.
Setelah memesan, Yuen pun tersenyum menatap ke arah Aiko yang kini sedang sibuk mencoba mengeja sebuah kalimat yang ada di hadapannya. Dan itu sangat menggemaskan sehingga Yuen terkekeh beberapa kali.
Tidak begitu lama, seseorang yang baru saja datang memanggil Yuen dari kejauhan.
"YUEENN!!!"
Mendengar teriakan seseorang memanggil namanya, Yuen pun menoleh ke arah sumber suara. Dia hanya tersenyum saat dia tahu bahwa seseorang yang memanggilnya itu adalah orang yang dia tunggu sejak tadi.
Nada, dia adalah teman satu kantor Yuen dan satu-satunya teman yang dia miliki saat dia baru datang ke kota itu beberapa bulan yang lalu.
Nada pun berlari kecil menghampiri Yuen sambil terkekeh. Ya, si gadis itu memang gadis periang yang tidak pernah terlihat diam.
"Aduh, maaf... kau pasti sudah menungguku cukup lama kan?" kata Nada merasa tidak enak. Karena jujur saja, hari ini suasana di jalan raya lumayan cukup padat, jadi dia sedikit terlambat untuk menemui Yuen karena terjebak macet.
"Ah, tidak. Aku juga baru sampai." Jawab Yuen tersenyum.
Nada pun kembali terkekeh sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Nona! Ini ice cream-nya?" panggil si penjual ice cream.
Yuen pun menoleh dan langsung mengambil pesanannya tersebut sambil mengucapkan terimakasih.
"Ah, iya. Terimakasih pak."
"Sama-sama."
Kedua tangan Yuen kini memegang dua buah ice cream. "Kau mau ice cream juga, Nad?" tanya Yuen pada Nada.
"Ah, tidak... terimakasih." Jawab Nada menolak. Karena dia tidak begitu menyukai ice cream.
Bukannya tidak suka, hanya saja dia sudah berjanji untuk tidak memakanya lagi karena sedang menghindari makanan berbahan dasar susu dan gula.
"Aiko, ini ice cream-mu." Kata Yuen menghampiri Aiko.
Aiko pun meraih ice cream dari tangan Yuen.
"Wah. Siapa gadis cantik ini?" tanya Nada terkekeh sambil mengusap pipi Aiko gemas.
"Dia Aiko, adiknya Deva." Jawab Yuen menyeruput ice cream-nya yang mulai meleleh.
Mendengar apa kata Yuen, Nada pun memasang wajah meledeknya. Entahlah, karena semenjak Nada mengenal Yuen, Nada sering sekali mendengar Yuen membicarakan pria bernama Deva.
"Oh, jadi dia cucu Oma pemilik rumah yang kau tempati itu?" tebak Nada.
"Iya. Aiko, ayok sapa kak Nada!" perintah Yuen yang langsung di turuti oleh Aiko.
"Halo kak, aku Aiko."
"Hai Aiko... aku Nada. Senang bertemu dengan mu gadis manis." Jawab Nada mengusap lembut pucuk kepala Aiko.
Aiko hanya mengangguk sambil tersenyum karena malu pada Nada yang baru saja dia temui. Dan, melihat sikap Aiko yang seperti itu malah membuat Yuen dan Nada pun jadi gemas di buatnya.
Setelah berkenalan, Nada dan Yuen pun menuntun Aiko mengelilingi taman hiburan. Ada beberapa arena permainan yang ingin sekali Aiko coba, namun Yuen tidak bisa ikut hingga akhirnya hanya Nada-lah yang menemani Aiko untuk mencoba semua permainan yang ada di taman hiburan tersebut. Dan Yuen hanya bisa memperhatikan keduanya di luar arena permainan sambil memberikan teriakan semangat pada Aiko dan Nada.
***
Setelah menemani Aiko mencoba beberapa arena permainan, kini mereka pun memilih beristirahat di sebuah lapangan berumput yang memang sengaja di sediakan untuk para pengunjung agar bisa bersantai.
Yuen dan Nada pun duduk sambil memperhatikan Aiko yang kini terlihat sedang sibuk bermain sendirian.
"Pantas saja kau mau menemaninya, lagi pula dia itu calon adik iparmu kan?" goda Nada terkekeh.
"Eh, apa yang kau katakan?"
Nada pun mulai memasang wajah meledeknya.
"Kau menyukai Deva kan? Itu sebabnya kau mau menemani adiknya bermain untuk mencari simpati Deva." lanjut Nada kembali menggoda Yuen.
"Apa maksudmu Nad? Aku bahkan tidak berfikir seperti itu! Aku hanya ingin membuat dia senang. Hanya itu!" jelas Yuen dengan segala alasannya.
"Dia siapa maksudmu? Deva?"
Lagi, kembali Nada menggoda Yuen.
"Bukan! Tentu saja Aiko!" jawab Yuen sedikit membentak karena kesal.
Nada kembali terkekeh melihat kekesalan Yuen. Sementara Yuen, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dan kembali memfokuskan pandangannya untuk menatap ke arah Aiko yang sedang riang bermain.
Entah kenapa, rasanya begitu sangat bahagia jika melihat Aiko sesenang itu. Padahal Aiko bukanlah siapa-siapa untuk Yuen. Dia hanya seorang anak kecil yang di tinggal oleh ibu kandungnya sejak dia masih bayi.
Entahlah, aku bahkan sangat menyayangi gadis kecil itu. Batin Yuen menatap Aiko penuh haru.
Nada tiba-tiba bangkit sambil menepuk-nepuk celananya beberapa kali hingga menbuat Yuen kaget dan menatapnya dengan tatapan cukup heran.
Dan setelah itu Nada pun langsung memanggil Aiko.
"Aiko!"
Aiko yang sedang sibuk berlari kecil mengejar belalang pun langsung berhenti dan menoleh ke arah Nada.
"Ayok kita coba arena yang lainnya!" lanjut Nada mengajak kembali Aiko untuk mencoba beberapa arena permainan yang belum sempat mereka coba sebelumnya.
Aiko terlihat mengangguk lalu dengan sangat bersemangat, dia langsung berlari menghampiri Nada yang saat ini sedang mengulurkan tanganya pada Aiko.
"Ayok! Kita jelajahi lagi... yeaahh!!!"
Aiko pun tertawa mendengar perkataan Nada yang mengajaknya becanda dengan suara yang di buat-buat seperti suara seorang bajak laut.
Yuen yang menyaksikan interaksi antara Nada dan Aiko pun hanya bisa tersenyum dan ikut bangkit dari tempat duduknya. Tidak lupa juga, Yuen meraih tas sekolah Aiko dan mulai mengikuti langkah kaki Nada dan Aiko.
***

Komentar Buku (143)

  • avatar
    Nur Hikmah Gominqi

    baguss

    21d

      0
  • avatar
    AmeiliaSaskia

    ☺️☺️

    09/08

      0
  • avatar
    LestariMega

    👍👍👍

    30/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru