logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5

Sesampainya di rumah, Tiara berterimakasih pada Aldo karena mau mengantarkannya pulang. Sedangkan Aldo hanya diam dan tersenyum, dia kemudian pamit pergi.
Di perjalanan, Aldo terus saja tersenyum. Hatinya merasa lega dan bahagia bisa mengantarkan Tiara pulang ke rumah dengan motornya itu. Dia begitu bahagia bisa dekat dengannya meski hanya sekedar boncengan motor, seolah sedang memadu kasih. Hujan yang turun deras membuat cinta ini semakin terasa indah.
Aldo tersenyum memejamkan matanya dan menikmati setiap tetes air hujan yang membasahi wajahnya sambil bergumam, "Aku suka kamu, Tiara.''
Dia yang tidak bisa menahan perasaannya itu pun memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya di kampus besok.
***
Tiara dan Annisa sedang mengobrol bersama di kelas.
Sekilas, Tiara mengalihkan perhatiannya dari Annisa dengan memandangi kelas Aarav. Matanya masih setia menunggu kedatangan Aarav di kelasnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Annisa mengagetkan Tiara.
Tiara menatap Annisa dan tersenyum menggelengkan kepalanya pelan.
"Tidak. Aku hanya sekedar menunggu. Jujur Nis, aku suka sama Aarav. Aku tahu, dia itu dingin, tapi aku sayang dia," ucap Tiara.
Annisa memutar bola matanya malas.
"Aku tahu itu. Tapi maaf aku tidak bisa membantu mu kali ini. Karena sulit meluluhkan hati yang seperti es batu. Jika kau ingin minta saran, aku hanya bisa bilang, ungkapkan perasaanmu itu. Karena jika kamu diam dan memendam rasa cinta dalam hatimu, kau akan tersiksa," saran Annisa.
"Ta--tapi, bagaimana jika dia tidak menyukai aku?"
"Ya itu aku tidak tahu. Yang penting kau berdoa saja, kalau ditolak ya move on. Lupakan dan cari yang baru, banyak laki-laki yang lebih baik dari dia."
Tiara mengangguk pelan. Dia tersenyum kecil sambil menatap Aarav yang sedang duduk di bangku depan kelas.
***
Aldo beranjak dari kursinya dan melangkah pergi menuju ke kelas Tiara. Dia hendak mengungkapkan perasaannya sambil membawa setangkai bunga mawar dan menyembunyikan di belakang tubuhnya.
Tapi, saat tiba di kelas, Aldo bingung karena di kelas tidak ada Tiara. Sorot matanya berusaha melirik orang-orang yang ada di kelas dan mencari sosok gadis yang dia impikan, tapi sayangnya tidak ketemu.
Aldo pun berjalan menghampiri Annisa.
"Emm, Nis. Aku boleh tanya tidak? Kau tahu di mana Tiara?" tanya Aldo.
Annisa mengangguk. "Dia ada di kelas sebelah," jawabnya.
Aldo tersenyum.
"Baik, terimakasih."
Aldo lalu pergi berlalu meninggalkan kelas. Sedangkan Annisa hanya diam dan menatap kepergian Aldo dengan heran.
***
Tiara berdiri di depan Aarav yang sedang duduk santai sambil memainkan ponselnya. Dia tersenyum sambil menatap pujaan hatinya itu.
Jantungnya berdetak kencang tak teratur. Tubuhnya tiba-tiba gemetar. Tiara menjadi sangat gugup. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan mengembuskan napas dan tersenyum kecil kemudian berjalan menghampiri Aarav.
"Aarav," panggilnya.
Aarav yang mendengar ada orang memanggilnya segera menaruh ponselnya dan menatap Tiara.
"Apa?" tanyanya dingin.
Tiara tersenyum menundukkan tatapannya kemudian kembali menatap Aarav.
"Aarav. A--a--aku su--su--suk---"
"Apa? Bicara yang jelas!" tegur Aarav yang merasa kesal sambil menatap Tiara.
Tiara hanya diam dan tertawa kecil. Dia menggaruk rambutnya pelan. Sambil tersenyum, Tiara mengembuskan napasnya secara perlahan dan menatap Aarav.
"Aku suka kamu," ucapnya.
Aarav yang mendengar ucapan Tiara menjadi kaget. Dia menatap gadis yang ada di depannya itu dengan bingung sambil mengerutkan keningnya.
"A--apa? Kau bilang apa tadi?"
"Aku suka kamu," ucap Tiara.
Aarav menunduk. Dia tidak percaya dengan ucapan Tiara itu kemudian tertawa pelan dan menatap wajah wanita yang ada di hadapannya ini.
"Kau pasti bercanda kan? Maaf, aku tidak suka padamu. Tidak suka dan tidak ingin dekat denganmu, apa kau tidak punya malu? Mengatakan hal seperti itulah pada laki-laki?" tanya Aarav sambil terkekeh pelan.
Tiara tersenyum menggeleng.
"Tidak. Aku tidak malu. Aku kan hanya sekadar mengungkapkan perasaanku, kenapa harus malu?" bantah Tiara.
Aarav menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang baru saja terjadi.
"Sudahlah. Kau bilang kau suka aku? Iyakan? Tapi maaf aku tidak suka kamu, sudah dulu ya. Aku ada tugas," pamitnya pada Tiara kemudian beranjak pergi dan masuk ke kelasnya.
Sedangkan Tiara hanya diam. Hatinya benar-benar sedih dan sakit dengan ucapan Aarav barusan. Matanya kini benar-benar kosong. Tanpa disengaja, air mata tumpah dan turun membasahi wajahnya.
Tiara yang merasakan air matanya itu segera menghapusnya dan kembali ke kelasnya untuk mengikuti pembelajaran.
Diam-diam, tanpa sepengetahuan Aarav dan Tiara, Aldo juga melihat dan mendengar percakapan mereka dan merasa patah hati saat tahu bahwa Tiara lebih mencintai Aarav.
Dia menundukkan kepalanya, tanpa sadar, bunga yang tadi digenggamnya erat kini jatuh ke lantai.
-----
Tiara sedang duduk di bangku taman belakang sekolah sambil menunduk dan meneteskan air matanya. Hati kecilnya masih terasa sakit dengan sikap Aarav kemarin.
Di saat menangis, tiba-tiba Dennis datang. Dia tersenyum sinis melihat Tiara.
"Kau kenapa menangis? Dia itu memang cupu. Seharusnya kamu gak usah ngejar dia lagi. Apalagi dia itu bukan anak baik-baik," ujar Dennis.
Tiara menatap Dennis terkejut. Dia mengerutkan keningnya.
"Hah? Apa katamu tadi? Aarav bukan cowok baik-baik? Maksudnya apa?" tanya Tiara berusaha tetap positif thinking pada pujaan hatinya.
"Ya dia bukan cowok baik. Dia itu suka minum, apalagi ayahnya itu---" ucapan Dennis terpotong saat melihat Aarav berdiri di belakang Tiara kemudian berbalik dan membaca artikel yang ada di tembok.
Dennis mengedipkan matanya beberapa saat. Dan menatap Tiara.
Tiara yang melihat Dennis terdiam tiba-tiba menjadi semakin penasaran. Dia menggaruk rambutnya.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?"
"Tidak. Aku hanya ingin bilang kalau ayahnya Aarav itu tukang selingkuh," lanjut Dennis.
Tiara yang tadinya berusaha tenang kini menjadi gelisah. Dia menatap Dennis dengan wajah terkejut tak percaya. Dan menutup mulutnya karena ingin menahan tangisnya yang makin lama makin menyiksa hatinya.
***
Aarav sedang berdiri dan tersenyum kecil membaca artikel tentang prestasi sekolahnya yang tertempel di majalah dinding.
Saat sedang asyik membaca, tiba-tiba dia mendengar percakapan Dennis dan Tiara. Awalnya dia hanya tersenyum kecil dan berusaha menahan rasa sedihnya saat Dennis mengejeknya, namun senyumnya mendadak jadi pudar ketika mendengar Dennis menghina ayahnya.
Aarav mengepalkan kedua tangannya. Sorot matanya melotot menatap Dennis dengan tajam dan marah. Kemudian berjalan menghampiri Tiara dan Dennis yang sedang berdua.
Dennis tersenyum jahat menatap Aarav.
"Ada apa?" tanyanya pada Aarav. Namun sayangnya, dia tidak mendapat jawaban sama sekali dan justru mendapat sebuah tamparan keras dari laki-laki yang ada di depannya ini. Dennis yang melihat itu menjadi terkejut, dia berusaha melawan Aarav tapi tidak bisa.
Sedangkan di sisi lain, emosi Aarav sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Dia menatap Dennis kesal dan kembali menamparnya.
"Beraninya kau menghina keluargaku! Kau keterlaluan!" ucapnya dengan nada tinggi. Dia terus memukul Dennis dengan kasar karena marah.
Tiara yang melihat emosi Aarav dan pertengkarannya dengan Dennis merasa cemas. Dia mendekat pada Aarav dan memegang tangannya.
"Sudah berhenti!" tegurnya.
Aarav yang merasakan sentuhan Tiara di tangannya menjadi terkejut. Dia melepaskan genggamannya dan berhenti memukul Dennis.
Aarav berbalik. Dia mengusap wajahnya kasar. Tiara yang melihat itu merasa cemas. Dia berjalan menghampiri Aarav dan bertanya, "Aarav, apa kau baik-baik saja? Tenanglah." Dia hendak memegang bahu Aarav.
Tapi Aarav yang merasa risi itupun segera menepiskan tangannya dan menatap Tiara tajam.
"Jangan sentuh aku! Pergi kau!"
Tiara menunduk. Dia meneteskan air matanya. Tanpa basa-basi, Aarav pun melangkahkan kakinya. Dja pergi meninggalkan taman dan bergegas masuk ke kelas.
Sedangkan Dennis yang melihat Aarav dan Tiara hanya diam dan tersenyum licik menatap kepergian mereka.
***
Malam hari, Aarav duduk di kursi yang ada di bar sambil sesekali meminum segelas alkohol. Hatinya saat ini benar-benar kacau, kepalanya terasa berat dan sakit. Aarav merasa pusing. Dia memegang kepalanya itu sambil meneteskan air matanya.
Berbeda dengan orang-orang yang ada di sana, yang sibuk menari dan berpesta, Aarav justru merenung sendirian dan minum-minum. Alkohol adalah teman setia baginya, saat sedih melanda, minuman itu adalah penawarnya yang bisa membuatnya tenang meski sebentar. Sudah beberapa tahun, sejak kepergian sang ibu, dan ayahnya, membuat Aarav menjadi asing. Dia kehilangan identitasnya dan selalu kebingungan, ibarat seorang buta yang sedang mencoba berjalan tanpa tongkat.
Sekilas bayangan masalalu Aarav kembali muncul di benaknya. Dia menjadi teringat akan sosok wanita yang selama ini dia rindukan. Wanita yang dulu dia anggap pahlawan, tapi kini justru menghilang entah kemana, membuatnya harus berjuang hidup sendiri tanpa sosok ibu dan selalu kesepian akan rasa rindunya akan ibunya tersebut.
Aarav menunduk. Air matanya tumpah membasahi wajahnya. Dia terus saja menangis dan dadanya terasa sesak. Karena tidak tahan dengan rasa sakitnya, Aarav pun menyandarkan kepalanya dan memejamkan matanya sembari menangis.
"Ma, Mama ke mana? Kenapa tidak pernah pulang? Mama jahat. Aku benci Mama," racaunya sambil meneteskan air mata.
Tanpa sadar, karena marah, Aarav membanting sebuah botol minuman yang ada di depannya ke lantai.
_Prang!_
Suara keras yang timbulkan botol itu di lantai membuat semua orang yang tadinya bersenang-senang menjadi terkejut. Semua berhenti berpesta karena kaget dan takut melihat sikap Aarav yang emosi.
Aldo yang melihat Aarav menjadi tidak nyaman. Dia menepuk bahu sahabatnya itu dan berusaha membangunkannya.
"Aarav, ayo pulang!" titahnya sambil memegang bahu Aarav.
Aarav menatap Aldo dengan tajam.
"Buat apa?"
"Kamu sekarang benar-benar buruk. Tidak baik di sini terlalu lama, ayo pulang!"
Aarav menggeleng. "Tidak mau. Aku di sini saja, malas aku sama pak tua itu!" tolak Aarav.
Aldo tidak menghiraukan ucapan Aarav, dia tetap berusaha memapah Aarav dari duduknya dan membawanya masuk ke mobil kemudian pergi mengantarkannya pulang ke rumah.

Komentar Buku (34)

  • avatar
    Nia Fitriyani

    semakin penasaran untuk membacanya

    12d

      0
  • avatar
    WisnonoAgus

    cerita yang seru

    16d

      0
  • avatar
    RusmiyatiFransisca

    bagus

    04/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru