logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Sayangilah Aku

Sayangilah Aku

Pricilia Kartika


Bab 1

Angga dan Vira sedang mengadakan pesta kecil untuk ulang tahun anak mereka Aarav yang kini baru saja menginjak usia 4 tahun.
Vira tersenyum menatap Aarav. Dia memotong kue ulang tahun berwarna cokelat tersebut dan menyuapi anaknya dengan kasih sayang.
"Selamat ulang tahun, Sayang!" ucapnya.
Aarav tersenyum senang
"Makasih Ma!""
Di saat senang menghadapi pesta, tiba-tiba saja kepala Vira menjadi pusing. Badannya yang tadi baik-baik saja kini menjadi lemas tak berdaya. Sehingga tanpa sadar, dia mulai terjatuh dan pingsan.
***
Angga sedang mengobrol bersama teman-temannya di pojokan sambil bercanda dan sesekali meminum segelas air. Di sela-sela obrolan, Angga mengalihkan pandangannya.
Deg!
Sorot matanya tertuju pada seorang wanita yang sedang tergeletak tak sadarkan diri dengan memakai gaun warna jingga sama seperti istrinya. Awalnya Angga hanya diam. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri, bahwa orang itu bukanlah istrinya. Namun, makin dia mengabaikan, perasaan itu justru makin menjadi, membuatnya merasa tidak nyaman.
Angga pun pamit dari teman-temannya dan menghampiri wanita yang tergeletak. Dia berusaha menolong wanita tersebut.
Saat Angga hendak membangunkan wanita tersebut, dia terkejut melihat bahwa yang pingsan tadi adalah Vira--Istrinya. Tangannya menepuk pipi sang istri berusaha untuk membangunkannya dari pingsan.
Angga terdiam. Sudah berulang kali dia berusaha membangunkan istrinya, tapi dia tak kunjung membuka mata sehingga membuatnya gelisah.
"Mas, istrimu kenapa?" tanya seorang wanita pada Angga. Dia menatap Vira sekilas dengan sinis.
Angga menatap wanita itu dengan cemas.
"Istriku, Far, tadi tidak sengaja pingsan. Sampai sekarang belum sadar juga," jawab Angga.
"Tenang lah. Mungkin dia cuma kecapean, mending kamu tidurkan dulu dia di kasur," saran Farah.
Angga mengangguk pelan. Dia pun segera membopong Vira dan membawanya ke kamar.
Di kamar, dia langsung membaringkan tubuh Vira dengan hati-hati di atas kasur. Setelah itu, dia melangkahkan kakinya dan duduk di sofa yang ada di sebelah ranjang.
Di sana, Angga mencari ponselnya dan hendak menelpon dokter dan memintanya untuk datang ke rumah untuk memeriksa keadaan istrinya.
***
Beberapa saat berlalu, Angga masih setia menemani Vira. Dia duduk di samping istrinya itu sambil mengusap wajahnya dengan lembut dan tersenyum cemas.
Tiba-tiba pak dokter datang.
Angga yang melihatnya hanya diam. Dia menghampiri pak dokter.
"Dok, Istri saya pingsan, tolong periksa dia," pintanya.
Pak dokter mengangguk.
"Baiklah, Anda tenang saja." Pak dokter pun berjalan menghampiri Vira dan duduk di sampingnya sambil memeriksa keadaan wanita tersebut.
***
Aarav berdiri di tengah ruangan. Suasana yang tadinya begitu ramai dan terkesan berisik kini mulai menghilang, membuat rumah menjadi sunyi. Meskipun ada banyak teman yang ada di sampingnya, Aarav sama sekali tidak menghiraukan mereka sama sekali.
Aarav menatap sekeliling. Dia berusaha mencari Papa Mamanya. Tapi tak kunjung ketemu.
Aarav menggaruk kepalanya karena kesal. Dia beranjak pergi meninggalkan teman-temannya tanpa sepatah katapun dan pergi ke kamar orang tuanya.
Di sana, dia kebingungan melihat ada seorang dokter sebaya ayahnya sedang duduk di dekat ibunya.
Aarav mendekat pada Angga. Dia menyenggol lengan papanya itu dan bertanya, "Pa? Mama kenapa?"
Angga hanya diam. Dia bingung harus menjawab pertanyaan Aarav bagaimana. Sambil mengembuskan napasnya, dia menatap wajah Aarav dengan tersenyum kecil.
"Mama tadi pingsan," jawab Angga singkat.
Aarav terdiam.
***
Beberapa saat berlalu, pak dokter tersenyum menatapi Angga dan Farah yang sudah mulai sadar.
Angga menghampiri dokter dengan perasaan gelisah.
"Bagaimana keadaan Istri Saya, Dok?''
Pak dokter hanya diam dan tersenyum.
"Tenanglah, istrimu baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir, ngomong selamat ya."
Angga mengerutkan keningnya. Dia merasa bingung dengan ucapan dokter tersebut, begitupula dengan Vira.
"Selamat? Maksud Dokter apa?"
"Selamat, sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah. Istrimu sedang mengandung seorang bayi...," jelas pak dokter.
Mendengar penjelasan pak dokter, Angga dan Vira terkejut. Mereka tersenyum bahagia.
Angga berjalan menghampiri istrinya itu dan mencium tangannya.
"Syukurlah Sayang, kau baik-baik saja. Dan malahan kita sekarang mendapat kabar baik!" ucap Angga senang. Vira tersenyum mengangguk.
"Iya, Mas."
Pak dokter berdiri. Dia menatap Angga.
"Oh ya, Pak, ini obat untuk istri Anda. Semoga rasa sakitnya segera mereda. Dan Saya ingin mengingatkan bahwa selama masih mengandung, dia tidak boleh melakukan aktivitas yang berat-berat dan harus istirahat teratur, syukur juga olahraga yang ringan seperti jalan kaki atau dengan yoga agar kandungannya sehat," nasehat pak dokter sambil memberikan sebuah obat pil pada Angga.
Angga tersenyum mengangguk.
"Baik, Dok. Terimakasih," ucapnya.
Pak dokter mengangguk pelan.
"Sama-sama, baiklah kalau begitu Saya pergi dulu," pamit pak dokter.
"Sini biar Saya antar Anda dulu."
Angga pun beranjak dari duduknya dan pergi untuk mengantarkan pak dokter keluar.
Sedangkan Vira hanya diam dan tersenyum. Tanpa disengaja sorot matanya tertuju pada Aarav yang sedang memperhatikannya. Dia pun mengajak putranya untuk duduk di dekatnya.
Aarav mengerutkan keningnya. Dia merasa heran melihat Vira yang selalu tersenyum.
"Ma ... Mama kenapa senyum-senyum sendiri?" tanyanya penasaran.
Vira memegang tangan Aarav. Dia tersenyum menatap wajah sang anak.
"Aarav sayang, kamu pasti akan senang sekali. Sebentar lagi, kamu akan punya adik," jawab Vira. Mendengar ucapan sang ibu, Aarav tersenyum. Dia merasa sangat bahagia.
"Apa?! Akhirnya aku punya teman main!"
Vira hanya diam dan tersenyum kecil menggelengkan kepalanya melihat sikap Aarav tersebut.
****
Vira sedang berbelanja di pasar bersama teman-temannya, karena haus. Mereka pun memutuskan untuk istirahat sembari meminum jus.
Kebetulan, Angga juga ada di sana sambil duduk manis bersama seorang wanita. Bahkan mereka terlihat sangat dekat. Dia mengusap wajahnya sambil tersenyum.
Melihat hal itu, Bianca, teman Vira menyenggol lengan Vira sambil bertanya, ''Itu bukannya suamimu?"
Vira tersenyum mengangguk. Awalnya dia merasa biasa saja bahkan senang karena melihat suaminya ada di sini. Namun semakin lama, dia menjadi gelisah. Apalagi saat melihat wanita yang ada di samping sang suami. Hatinya hancur melihat kemesraan dua pasangan tersebut. Karena penasaran bercampur sakit hati, Vira pun beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Angga.
"Mas, dia siapa?" tanya Vira dengan suara serak, menahan tangisnya.
Deg
Angga yang tadinya santai kini menjadi kaget melihat kedatangan istrinya. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri. Kemudian menatap Vira.
"Vira? Apa yang kamu lakukan di sini? Gak nyangka ya kita bisa ketemu di sini.." ujarnya sambil tersenyum. Vira memutar bola matanya malas.
"Gak penting. Aku tanya sama kamu, siapa dia? Mas? Kenapa wanita itu ada bersamamu?"
Jantung Angga berdegup kencang. Keringat dingin mengucur deras membasahi wajahnya. Dia benar-benar gugup.
Angga berusaha menenangkan dirinya dengan mengembuskan napasnya.
"Dia itu sebenarnya---"
"Aku pacarnya, Angga." Belum sempat Angga menjawab pertanyaan Vira, Farah tiba-tiba memotong ucapannya dan membuat semua terkejut. Terutama Vira.
Dia menjambak rambutnya karena shock akibat terkejut mendengar ucapan wanita tersebut.
Angga mendekati Vira dan memegang bahunya. Dia berusaha menjelaskan apa yang terjadi, tapi Vira tidak percaya dan justru pergi meninggalkannya begitu saja dengan rasa sakit dalam hatinya.
Angga hanya diam. Dia merasa bersalah pada istrinya, tapi disisi lain, dia juga ingin menjelaskan tentang kesalahpahaman ini, namun tidak sanggup.
Kini dia hanya bisa diam dan menatap Farah yang ada di depannya ini dengan kesal kemudian pergi.
***
Malam hari, terdengar suara keributan dari balik kamar sepasang suami istri itu yang tak lain adalah Angga dan Vira.
Vira mengambil sebuah vas bunga yang ada di dekat rak buku dan melemparkannya karena kesal bercampurnya amarah.
Prang!
Mendengar pecahan vas tersebut membuat Angga makin tidak nyaman. Dia berjalan menghampiri sang istri dan menamparnya.
Vira hanya diam dan terkejut. Dia memegangi pipinya karena kesakitan sambil menatap Angga melas.
"Mas, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu nampar aku? Kamu sudah gila ya, Mas?!'' tanyanya sambil menatap Angga, laki-laki yang berstatus menjadi suaminya tersebut.
Mendengar pertanyaan Vira, istrinya, Angga tersebut menjadi semakin geram. Dia menatap wanita yang ada didepannya ini dengan marah sambil mencengkram bajunya.
"Kamu yang gila! Udah aku bilang, aku gak selingkuh. Kamu salah paham!"
Vira hanya terkekeh dan menundukkan tatapannya. Matanya menjadi berkaca-kaca. Air mata tumpah membasahi pipinya. Dadanya sesak dan sakit mengingat kejadian tadi pagi.
Angga mengembuskan napasnya. Dia berjalan menghampiri Vira dan duduk di ranjang, berusaha dekat dengan sang istri.
"Sayang ... Kamu salah paham. Wanita itu hanya orang yang ingin memisahkan kita. Tolong dengarkan aku," pinta Angga.
"Setelah semuanya sudah jelas. Kamu baru mau menjelaskannya? Apa yang bisa kamu katakan? Sudah jelas tadi kamu selingkuh. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kamu dekat sama wanita. Hiks.." ujar Vira sambil menangis.
"Terus mau kamu apa? Apa yang bisa kulakukan supaya kamu mau memaafkan aku?"
Vira menatap Angga.
"Aku mau ... Kita pisah."
Mendengar pernyataan istrinya tersebut membuat Angga yang tadinya berusaha tenang kini menjadi marah besar. Dia kembali menampar sang istri.
"Apa kamu tau apa itu pisah? Kamu yakin? Bagaimana dengan anak kita nantinya? Terutama bayi yang kamu kandung? Dia juga butuh kita."
Angga berusaha membujuk Vira agar membatalkan permintaannya. Namun Vira hanya diam. Dia tetap keras kepala.
Karena tidak tahu harus bagaimana lagi merayu. Angga akhirnya mengalah. Dia pun terdiam sejenak kemudian berkata pada istrinya sambil menunjuk pintu.
"Baiklah. Kalau itu maumu, silahkan kamu pergi. Gak ada yang larang kamu. Ayo keluar sekarang!"
Vira tersenyum kecut. Hati kecilnya benar-benar merasa sedih nan sakit mendengar ucapan sang suami.
Dia berdiri dan menatap Angga.
"Baik." Lalu, dia membuka lemarinya dan berusaha mengemasi barang-barangnya tersebut.
Sedangkan Angga hanya duduk dan diam. Merasa putus asa.
****
Aarav sedang bermain game. Dia yang tidak sengaja mendengar keributan ayah ibunya menjadi tidak nyaman dan menemui mereka di kamar orang tuanya.
Sesampainya di kamar, Aarav terkejut melihat suasana di ruang ini. Vas bunga, gelas, semua barang jatuh berantakan di lantai akibat pertengkaran tadi. Selain itu, dia juga kaget dan sedih melihat orang tuanya tersebut.
Aarav menghampiri Angga dan bertanya, "Pa ... Ini ada apa?" Bukannya menjawab, Angga hanya diam membiarkan anaknya terlarut dalam pertanyaan yang menghantuinya.
Karena tidak ada jawaban dari sang ayah. Aarav pun menghampiri sang ibu, namun jawabannya sama. Dia hanya diam.
Karena tidak ada jawaban. Aarav pun merasa semakin sedih. Dia terdiam. Selang beberapa saat, Aarav melihat sang ibu beranjak dengan membawa sebuah koper. Dia menghampirinya.
"Ma ... Mama mau kemana? Tolong jangan tinggalin aku, Ma .." pinta Aarav dengan mata yang berkaca-kaca sambil memeluk ibunya tersebut.
Vira hanya diam dan tersenyum kecil. Dia juga merasa iba melihat keadaan anaknya. Tangannya mengelus rambut Aarav dengan penuh kasih sayang kemudian mengusap pipinya.
"Aarav sayang. Mama pamit pergi ya, kamu di sini sama Papa. Jaga diri baik-baik, Mama sayang sama kamu," ucapnya.
"Ma? Mama mau kemana?"
Vira hanya diam. Dia melangkahkan kakinya pergi keluar rumah.
Aarav menghampiri Angga dan berusaha meminta penjelasan tentang apa yang terjadi. Dia juga meminta sang ayah agar menghentikan kepergian Mamanya. Namun lagi dan lagi Angga hanya diam, tidak menghiraukan anaknya tersebut.
Melihat sikap sang ayah, dan kepergian sang ibu. Serta suasana yang sunyi seperti ini membuat Aarav menjadi sakit hati. Dia berlari ke kamarnya menangis sesenggukan di atas kasur.

Komentar Buku (34)

  • avatar
    Nia Fitriyani

    semakin penasaran untuk membacanya

    12d

      0
  • avatar
    WisnonoAgus

    cerita yang seru

    16d

      0
  • avatar
    RusmiyatiFransisca

    bagus

    04/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru