logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Perjodohan Takdir

Perjodohan Takdir

Melia


01. Dimulai

Sekitar pukul dua dini hari, dimana kebanyakan manusia normal akan beristirahat untuk menghilangkan penat dan lelahnya setah seharian penuh melakukan kesibukan masing-masing.
tapi berbeda dengan seorang gadis yang menyamar menjadi seorang laki-laki untuk mengikuti balapan dengan anak motor lainnya yang menantangnya untuk balap motor malam ini, sekarang mereka sudah bersiap di area balap untuk menunjukkan skil yang mereka punya sekaligus akan menunjukkan geng mana yang lebih unggul, saat ini mereka sudah menunggangi motor kesayangannya masing-masing, menatap lurus jalanan yang sepi.
Gadis cantik yang biasa untuk menunjukkan aba-aba kini telah berada ditengah-tengan pembalap yang akan bertanding, bendera sudah diangkat, hitungan mundur di mulai, "Tiga ... dua ... satu."
Bendera diayunkan kuat ke bawah, para pembalap langsung menancapkan gas mereka masing-masing, menjauh meninggalkan garis start dengan begitu kencangnya, membelah jalanan yang sudah menjadi rute balap yang sudah disepakati.
Sampai selang beberapa menit, deru motor dari kenalpot yang berisik mulai terdengar di Indra pendengaran, para penonton mulai berteriak histeris guna menyemangati jagoan mereka masing-masing.
Hingga motor sport berwarna hitam itu mencapai garis finis terlebih dahulu, hanya berbeda sedikit dengan lawannya. Gadis itu menang, di balik helm full face nya ia tersenyum puas dengan pencapaiannya ada rasa senang yang sulit ia jabarkan, akhirnya ia bisa merasakan lagi hembusan angin malam yang menusuk hingga ketulang, mengendarai motor seperti orang yang kesetanan, menunggangi kuda besinya lagi setelah sekian lama vakum.
"Abrina, selamat ya," kata salah satu anggotanya, merangkul gadi itu.
"thanks," jawabnya masih dengan helm yang tidak ia lepas.
"Akhirnya lo balik lagi," sahut laki-laki tampan itu.
"Gue kira, setelah lo vakum bakal loyo tuh mental, ternyata masih gigih, memang pantes di sebut sebagai pimpinan dari DREAM,"
"Setuju sih, gue aja sampe jejeritan karena ngeliat lo bawa motor ngebut banget, kayak gak peduli nyawa sendiri. membelah jalanan malam bak orang yang kesetanan," tutur seorang gadis, salah satu anggota Dream.
sedangkan Abrina hanya tersenyum dalam helm full face nya, tak berniat membongkar identitas nya di depan umum akhirnya ia angkat bicara.
"Balapan udah selesai, kalian urus sisanya. Gue mau langsung balik, gue ikut ini tanpa sepengetahuan bunda. Takut nanti kalo ketahuan bunda, gak tau lagi deh gimana nasib motor kesayangan gue," pamitnya yang dihadiahi kekehan dari anggota nya.
"haha ... Gue kira pimpinan kita tahan banting, ternyata hatinya lembut dan takut dengan bundanya,"
"hust, Kayak gak tau bunda aja lo. kalo gue yang jadi Abrina, gue lebih milih gak ikut balap motor malam ini dari pada berurusan dengan bunda," ucap gadis itu menggaruk lengannya yang tak gatal.
"bener juga sih," pemuda itu kompak dengan anggota lain bergidik ngeri.
"Udah ah, awas jangan ngalangin jalan! gue duluan, sampai berjumpa lagi, baybay." gadis itu menyalakan motor nya, meninggalkan arena balap, melaju kencang membelah jalanan malam yang dingin dengan perasaan yang hangat.
Sekitar lima belas menit akhirnya Abrina sampai di depan pintu gerbang rumahnya, mulai dari situlah ia mematikan mesin motor dan mendorong motor itu, menuju garasi. setelah ia memarkirkan motornya di tempat awal, gadis itu mengendap-endap, masuk melalui pintu belakang demi tidak membangunkan bundanya dan membuat bundanya konser di malah hari, jika ia ketahuan pergi di malam hari hanya demi mengikuti balap motor, bisa-bisa motor sport miliknya habis bunda bedah.
🍁🍁🍁
"ZAHRAHH!!!!" teriak sang Bunda sambil menggedor Pintu.
Blam! blam!
"Bangun Zahrah udah jam setengah delapan ini," tambah sang Bunda, padahal masih jam tujuh lewat. Eh sama aja ya wkwk...
Dengan santuynya Zahrah membuka Pintu dengan rambut yang berantakan seperti singa, tapi tetep cantik. Mata Bunda membulat sempurna saat melihat anak gadisnya yang belum bersiap untuk ke sekolah.
"Kenapa bunda sayang?" tanya Zahrah dengan nyawa yang belum mengumpul sempurna.
"Kenapa-kenapa, MANDI! terus berangkat sekolah atau bunda copotin ban motor kamu," kesal Bunda yang berhasil membuat Zahrah berlari terbirit ke kamar mandi. Karna ia tau sifat Bundanya bahwa Bundanya akan melakukan apa yang ia ucapkan.
🍁🍁🍁
Tak butuh waktu lama untuk Zahrah menyelesaikan ritual mandinya dan bersiap dengan seragamnya. Zahrah menghampiri kedua orang tuanya yang tengah makan, lalu Zahrah memakan roti selsai kacang kesukaannya yang sudah di siapkan Bundanya.
"Yah, bun Zahrah langsung berangkat ya," Ucapnya.
"Mau sekolah? Udah telat Dari tadi loh," Bingung Gibran ayah Zahrah.
"Tenang yah, Zahrah punya Jalan ninja sendiri," jawab Zahrah dengan menaik turunkan alisnya lalu beranjak menyalimi kedua orang tuanya.
"Assalamualaikum," pamit Zahrah lalu pergi mengambil motor kesayangannya di garasi.
"Waalaikumsalam,"
"punya anak gadis satu, diatur susahnya minta ampun,"
"Iya tuh anak bunda,"
"Anak ayah juga ya!" bunda menunjuk ayah dengan pisau selai.
"oke, oke. Anak kita, turunkan itu ya."
🍁🍁🍁
Saat Zahrah sampai, gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Ya Iya lah aktivitas belajar mengajar sudah satu jam yang lalu. Tapi ini Zahrah, setelah selesai menitipkan motornya pada Kafe di sebrang jalan, Zahrah berlari menuju gerbang belakang sekolah karena pagarnya yang tidak terlalu tinggi, memudahkannya untuk di panjat.
Setelah selesai dengan urusan panjat memanjat yang cukup menguras uang eh salah menguras tenaga maksudnya, Karena sudah terlanjur telat, Zahrah sekalian membolos Saja ke perpustakaan kenapa perpustakaan, karna di sana aman. Wkwk jangan di tiru ya hanya dilakukan oleh profesional.
🍁🍁🍁
Bel istirahat berbunyi Zahrah menuju kantin. Saat di koridor ada tangan kekar yang menghadangnya.
"Hai cantik?" sapanya, "Dua titik satu Koma, kamu cantik siapa yang punya?" lanjut pria tampan tersebut. Rehan, ya itu nama yang tertulis di nametag nya.
Zahrah tersenyum paksa, ini sudah kesekian kalinya ia digombali para most wanted boy di SMA Buditama, lalu ia menyeringai.
"Apel-apel apa yang Manis?" tanya Zahrah
"Apel Malang," jawabnya antusias
"Bukan,"
"Terus?"
"Apelagi sih Kalau bukan kamu," Zahrah mengedipkan sebelah matanya lalu pergi begitu saja meninggalkan Rehan. Bukan Zahrah namanya kalau digoda akan klepek-klepek.
Deg...
Walau hanya gombalan kecil dari Zahrah namun berhasil membuat Hati rehan berdisko ria.
Rehan tersenyum, "Niat mau baperin Zahrah, malah baper sendiri. Ah.. payah, lo menarik, gue Harus dapetin lo." Rehan menyugar rambutnya ke belakang lalu pergi setelah bayangan Zahrah tidak terlihat lagi.
Saat sampai di kantin Zahrah langsung menghampiri kedua temannya yang tengah duduk sambil menikmati makanannya.
"Woii! Makan gk ajak-ajak," teriak Zahrah sambil menggebrak meja yang membuat Gladlin tersedak bakso. Gk ada akhlak memang, astagfirullah.
"Uhuk...uhuk geblek, setan, gila lu ya," maki Gladlin setelah meminum es teh untuk meredakan rasa sakit karena kelolotan bakso.
"Hehe...ya mangap kelepasan," sahutnya yang menyatukan kedua tangannya di depan dada memohon ampun kepada nyai, anjay nyai.
"Gila lo Zah, berani betul bolos pelajaran Bu Sulis," kali ini Sindy yang membuka suara setelah sedari tadi diam memperhatikan kedua temannya bertingkah.
"Lah emang kenapa?" tanya Zahrah dengan polosnya.
"Heh, penyakit lo yang susah nginget nama orang tuh kapan sembuhnya sih?" tanya Gladlin yg sudah gemas sedari tadi dengan tingkah temannya satu ini.
"Bu Sulis itu guru matematika kita loh, kalo lo gk bisa inget namanya seenggaknya lo inget pelajarannya kek, dia juga guru terkiller kita. Masa lo gk bisa nginget dia sih," jelas Sindy panjang kali lebar yg ikutan gemas dengan Zahrah.
"Mampus gue," paniknya sambil memukul jidat.
Temannya hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah Zahrah, cantik namun lemot untuk mengingat nama seseorang.
"Nanti pulang sekolah belanja yuk, parfum gue udah mau abis," lanjutnya dengan santai.
Gladlin dan Sindy dibuat melongo karena perubahan atmosfer yg terlalu mendadak.
"Gak habis pikir gue, Bunda lu ngidam apaan sih? pas dia hamil elo?" kesal Gladlin.
" Yeee... gue tuh lagi panik, butuh yg namanya ketenangan, ikut gk nih?" sewot Zahrah.
"Ya kuy lah ya kali gak kuy," semangat Sindy yg menyudahi perdebatan yg belum di mulai.
🍁🍁🍁
Sepulang sekolah mereka langsung pergi ke mall dan mulai menjelajah setiap sudut mall. Setelah selesai berbelanja barang yg sudah di list bahkan yg tak ada di dalam list pun ada. Taulah cewek kalo belanja wkwk.
Mereka menuju kafe yg berada di dalam mall untuk mengisi perut mereka yg sudah mulai dugem. Setelah menunggu beberapa saat makanan mereka akhirnya sampai dan mereka makan kadang diselingi tawa renyah karena lelucon receh mereka sendiri.
"Gue ke kasir dulu biar gue yg traktir,"
"Oke makasih Gladlin lo emang the best," Sahut Zahrah mengacungkan jempolnya.
Traktir mentraktir sudah biasa dilakukan ketiga sahabat ini ya walaupun mereka mampu membayarnya sendiri, tapi makanan memang enak akan bertambah nikmat jika ditraktir wkwk.
"Iye, gue abis malak tadi jadi bagi-bagi deh dosanya hahah," Gladlin terkekeh mulai menjauh menuju kasir.
"Eh Gladlin setan, beneran lo malak? Kalo bener biar gue bayar sendiri," pekik Zahrah.
" Udah Zahrah, Gladlin tuh menang balap semalem, lo sih gk dateng," Jelas Sindy. Sindy memang memiliki sifat yg dewasa jadi dia selalu jadi penengah bagi Gladlin dan Zahrah yg kelakuannya sebelas dua belas.
"Oh gitu ya, okelah," Zahrah menunjukan cengir kambingnya, sebenarnya ia mau datang tapi dilarang bundanya jadi apa lah dayanya. Zahrah mengedarkan pandangannya melihat orang berlalu lalang keluar masuk kafe.
Dan mata tajam bak elangnya itu terfokus pada pria yg tengah mengobrol dengan teman-temannya. Mata sayu yang teduh dengan ekspresi wajah yang dingin membuat Zahrah terpanah akan pahatan wajah yang sempurna itu tanpa sadar ia tak mau melepas pandangannya dari pria tersebut.
"Zahrah lo ngeliatin apaan sih?" tanya Sindy.
"Masyaallah Sin, ada mas ganteng. Siapa ya dia?" heboh Zahrah setelah sadar dari lamunannya.
Sindy mengikuti arah pandangan mata Zahrah yg mengarah pada seorang pria yang duduk di kursi dekat pintu masuk.

Komentar Buku (101)

  • avatar
    Nraish_07

    terus semagat membuat pov nya!!!

    30/07

      0
  • avatar
    Sana New

    bguss bngtt

    20/06

      0
  • avatar
    Setyo permadaniLevyna rofiani Setyo permadani

    bagus baget

    30/05

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru