logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Merenung

Mobil mewah itu berlalu meninggalkan kediaman Maira, menerobos anak buah Dion yang sedang sibuk melaporkan hasil penyelidikan mereka. Sehingga tak menyadari sebuah mobil melintas di belakang mereka. Ezhar tersenyum puas akan kinerja asistennya yang sangat pandai mengatur semua rencananya dengan sangat rapi. Bahkan bisa melangkah lebih cepat di depan Dion.
Maira duduk di samping mbok Rati, sedang Ezhar duduk di samping supir. Selama di perjalanan mereka tak mengeluarkan sepatah kata pun, Maira lebih memilih memejamkan matanya.
Mobil berhenti di sebuah bangunan megah dan mewah, bangunan yang terlalu mewah untuk sebuah rumah. Bangunan itu lebih tepat sebagai istana. Seorang lelaki dengan balutan seragam layaknya Bodyguard membukakan pintu mobil, Maira membuka matanya saat mbok Rati menepuk lembut pundaknya, dan memberitahukan jika mereka sudah sampai. Maira pun keluar dari mobil bersama mbok Rati dan Ezhar, ia masih tak menyadari jika istana yang ada di hadapannya adalah milik Ezhar si supir sekaligus selingkuhannya.
Mereka berjalan menuju pintu utama istana itu, tampak dari kejauhan para pelayan sudah berjajar di sepanjang pintu utama. Maira mengedipkan mata berulang-ulang. Semua ini seperti mimpi baginya, biasanya ia hanya melihat adegan ini di sebuah film atau membacanya di beberapa novel kesayangannya. Tetapi ini semua nyata di depannya.
"Ya Tuhan ... apa ini mimpi? Oh tidak ... ini nyata!" batin Maira berucap seraya mencubit lengannya, untuk memastikan kenyataan yang ada di hadapannya.
Semua pelayan sedikit menundukkan kepala sebagai penyambutan kedatangan mereka. Ezhar hanya mengedipkan mata pada para pelayannya agar tak membuat wanitanya curiga. Ia ingin memberitahukan semuanya di waktu yang tepat. Ia yakin Maira pasti akan berpikir jika ia menipunya, maka dari itu Ezhar akan memberi penjelasan kenapa ia berbohong.
"Ezhar ... rumah siapa ini?" Maira mengeluarkan rasa penasarannya.
"Nanti akan ku jelaskan! Sekarang ikutlah dengan mereka, istirahatlah ini sudah malam," Ezhar kembali harus berbohong.
Maira dan mbok Rati pun mengikuti pelayan yang mengantar mereka ke kamar. Maira di antarkan ke sebuah kamar yang begitu mewah, kamar itu berdekatan dengan kamar utama yang tak lain adalah kamar Ezhar. Sedang mbok Rati di antar menuju kamar tamu yang jaraknya agak jauh dari kamar utama.
"Silakan masuk nyonya!" ucap pelayan itu setelah membuka pintu.
"Terimakasih ...," ucap Maira, ia pun melangkah masuk ke kamar itu.
"Siapa pemilik istana ini? Dan apa hubungan Ezhar dengannya? Kenapa aku di tempatkan di kamar utama?" pertanyaan-pertanyaan pun mulai muncul di kepalanya.
Namun karena hari yang sudah malam, kantuk pun menghampiri Maira kembali. Maira memilih berbaring di ranjang yang super empuk itu. Dengan cepat ia terlelap menuju alam mimpinya.
°°°°
Pagi buta Dion dan beberapa anak buahnya sudah sampai di kediaman Maira. Ia berpikir akan memberikan pelajaran pada pasangan yang telah bermain api di belakangnya itu. Dua orang yang di perintahkan menjaga lokasi itu menyambut kedatangan bos mereka. Mereka sungguh masih tak sadar jika intaiannya sudah kabur dari semalam.
Dion melangkahkan kaki menuju pintu utama, betapa terkejutnya saat melihat sebuah tulisan yang sangat besar dan terbentang di ruang tamu. Amarahnya begitu memuncak saat membaca tulisan itu.
"SELAMAT DATANG TUAN, KAU TERLAMBAT! ANAK BUAHMU BEGITU LAMBAT, TAK SERU! INGAT, AKU AKAN SEGERA MENJADIKAN ISTRIMU MENJADI ISTRI SAHKU!"
"Sial! Kenapa kalian bodoh!" bentak Dion pada anak buahnya.
Kemarahannya semakin menjadi saat membaca laporan dari asistennya jika terjadi penggelapan dana pada perusahaannya yang mengakibatkan kerugian yang cukup fantastis. Bahkan nyaris membuatnya bangkrut.
"Maaf bos, dari semalam kami berjaga tak ada pergerakan apa pun dari mereka. Mobil nyonya Maira pun masih terparkir di garasi," mereka mencoba memberi penjelasan.
"Cepat putar CCTV!"
Salah satu anak buahnya datang membawa laptop dan memperlihatkan rekaman yang memperlihatkan saat dua mobil mewah melewati kedua anak buahnya yang sedang fokus menghubunginya.
"Akh ... brengsek! Awas kau Ezhar! Kau hanya seorang supir, dan kau beraninya menantangku. Dan siapakah orang yang berada di belakangmu? Lihatlah, kau akan menyesalinya seumur hidupmu!"
Dion tak henti memarahi anak buahnya yang sangat bodoh. Dengan amarah yang masih memuncak ia meninggalkan tempat itu. Sebuah senyum tergambar di wajah cantik wanita yang bersembunyi di dekat gerbang. Ia sempat masuk dengan cara mengendap, untuk melihat apa yang terjadi. Hatinya sangat bahagia karena penghalang bagi rumah tangganya bersama Dion sudah menyingkir dengan sendirinya. Ia berlalu meninggalkan tempat itu dengan sangat bahagia.
°°°°
Maira membuka mata ketika seorang pelayan membuka tirai yang menutupi kaca di kamarnya. Ia merenggangkan tubuhnya dan turun dari ranjang menuju jendela yang langsung menghadap taman kecil yang menyambung dengan kamarnya. Ia membuka pintu yang keseluruhannya terbuat dari kaca itu. Ia mengembangkan senyum manisnya ketika menapakkan kakinya di rerumputan yang tertata rapi. Di hirupnya oksigen dengan sangat banyak. Merasakan kesegaran yang jarang sekali ia rasakan.
"Indah sekali tempat ini, aku masih penasaran siapa pemilik istana ini?" ujar Maira lirih.
Ia pun masuk kembali ke kamar, ia juga tak lupa membersihkan diri di kamar mandi yang sama mewahnya dengan istana itu. Setelah selesai dengan ritual mandinya, Maira melangkahkan kakinya ke luar kamar. Ia sangat penasaran siapa pemilik tempat itu. Ia pikir pasti ada petunjuk untuk mengetahui siapa pangeran itu. Maira melihat kamar pintu utama sedikit terbuka, hati kecilnya pun mengajaknya untuk memasuki kamar itu. Ia menengok ke kanan dan kiri, memastikan tak ada pelayan di sekitarnya. Setelah memastikan aman, ia pun berlari dan masuk ke sana.
Namun, langkahnya terhenti saat melihat sebuah foto yang berukuran besar tergantung di dinding tepat di dekat lemari yang berisi beberapa berkas penting si pemilik kamar. Foto yang tak asing baginya. Maira mendekat untuk memastikan apa yang ia lihat itu benar-benar Ezhar, sang supir yang sekarang menjadi kekasihnya. Semakin ia mendekat, semakin ia tak kuasa menahan air matanya. Hatinya hancur. Maira merasa telah di tipu oleh kekasihnya itu.
"Siapa kamu sebenarnya, Zhar?" ucap Maira dengan isak tangis.
Tiba-tiba seseorang masuk. Maira menoleh, di lihatnya Ezhar yang berdiri mematung di ambang pintu. Ezhar melangkah mendekat ke arah Maira. Ia tahu ini hal yang pasti harus ia lalui. Melihat wajah kekasihnya yang sudah sembab ia yakin jika apa pun yang akan ia ucapkan pasti tak akan ada gunanya.
"Maira ...," belum sempat ia meneruskan ucapannya Maira langsung memotongnya.
"Diam! Jangan katakan apa pun padaku! Kalian semua sama!" Maira berlari keluar dari kamar Ezhar.
Ezhar meremas kasar rambutnya, ia berusaha mengejar kekasihnya. Namun, Maira menutup pintu kamarnya segera. Ia menolak menemui lelaki yang ia anggap telah membohonginya.
Bersambung...

Komentar Buku (314)

  • avatar
    Ony

    kurang memasyarakat

    17d

      0
  • avatar
    MashidayahNurul

    suka bestnya

    21d

      0
  • avatar
    Jemmy Khan

    lanjut

    29d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru