logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Kalian Berdua Mandi Bareng?

Bab 3: Kalian berdua mandi bareng?
Dadaku memanas, menyaksikan bagaimana Mas Dika dan Cindy begitu akrab, sarapan berdua. Dan, sejak kapan mereka berdua bangun? terutama suamiku.
Biasanya, Mas Dika jam segini belum bangun. Tapi, kali ini mengapa tumben ya, bisa bangun sepagi ini, bahkan bersarapan ria dengan teman wanitanya tersebut.
Dengan perasaan yang pernah penasaran, aku pun menyiapkan makanan, dan piring-piring, menata di meja makan, lalu dengan perasaan sedikit sabar aku mendekati keduanya.
"Mas udah bangun ya," sapaku basa-basi.
"Iya, tapi belum lama kok, kamu ngapain?"
Ia balik bertanya.
"Lagi bantuin Bibi masak di dapur," jawabku.
"Loh, Mbak ngapain bantuin Bibi, nggak usah Mbak, nanti Mbak repot lho. Mbak di sini tuh tamu, aku jadi nggak enak,"
Cindy menyahut jawabanku.
"Gapapa Cindy. Mbak kok, yang inisiatif bantuin bibi di dapur, bukan bibi yang minta bantuan Mbak,"
Ku jelaskan pada Cindy, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
"Oh, kirain, ya udah deh, terserah Mbak aja, kalau mau bantu-bantu bibi juga nggak masalah, yang penting bukan aku yang nyuruh ya Mbak,"
Ucapnya bijak. Akupun mengangguk.
"Mas hari ini kita jalan-jalan yuk! Mumpung libur," Ajakku ceria. Senang bisa berkumpul bersama keluarga kecil kami.
"Boleh,"
Suamiku membalas seraya menyeruput kopinya.
"Ya udah, yuk Mas mandi dulu, biar lebih awal pergi jalan-jalannya!"
Ajakku basa-basi, karena sesungguhnya aku tak suka melihat Mas Dika yang kurasa terlalu akrab dengan Cindy.
"Oke! Cindy, aku pamit diri dulu ya,"
Suamiku pamit pada Cindy.
"Oke Mas, nggak papa, silakan. Bentar lagi juga aku mau mau ke kamar kok, mau siap-siap ke suatu tempat," balas Cindy santai.
Aku pun mengekori langkah Mas Dika yang memasuki kamar kami.
"Tumben, pagi-pagi banget Mas bangun, bahkan langsung sarapan,"
Ucapku saat kami sampai di kamar, meluapkan perasaan sedikit sebal padanya, melihat bagaimana Mas Dika yang pagi-pagi begitu ceria bersama wanita lain, padahal biasanya dia begitu susah bangun pagi.
"Iya, Mas tadi sengaja bangun, walau malas, kan nggak mungkin Mas bangun siang di rumah orang,"
Mas Dika beralasan.
"Bagus deh kalau mikirnya gitu. Oh ya Mas, kira-kira kita akan berapa hari tinggal di sini?"
tanyaku.
Aku sungguh tak betah, meskipun belum sehari, bahkan sedari awal pun, aku merasa tak nyaman tinggal di rumah orang, meskipun yang bersangkutan katanya tulus membantu kami.
"Kamu tuh kenapa sih, kita baru aja sehari di sini, Mas juga nggak punya uang untuk pindah dari sini."
Mas Dika seolah enggan membahas tentang perpindahan kami dari rumah ini, padahal ini bukan rumah orangtuanya yang bisa seenaknya ia tempati.
"Aku malu Mas, kalau harus berlama-lama numpang di rumah orang."
Ku keluhkan isi perasaanku padanya, barangkali iya paham.
Mas Dika pun mencopot bajunya, "iya, Mas tau. Tapi, Mas nggak ada pilihan lain Wafa. Mas juga bingung, kecuali kalau kamu siap tinggal sama ibu,"
Lagi-lagi, pria itu membahas tentang ibunya, pembahasan yang paling membuat mood ku hancur, karena dulu aku pernah tinggal bersama ibu mertuaku, dan yang terjadi adalah pengaturan besar-besaran pada rumah tanggaku, seolah-olah aku adalah istri yang tak becus mengurus suamiku.
Dan sikap ibu benar-benar menguasai rumah tanggaku. Bukan aku tak terima ia menguasai keadaan rumahku. Namun, semua yang kulakukan seolah salah dimata ibu mertuaku. Masakanku, cucianku, beres-beres rumah, semuanya di komentari, bahkan ketika aku yang ketiduran bersama putraku pun, ibu pasti mengomel, menganggap aku, seorang ibu yang tidak kompeten dalam mengurusi rumah tangga.
Dan hal itu membuat aku semakin kesal.
"Gimana kalau kita pindah dari rumah ini setelah gajian?"
Usulku kepada suami.
Sesaat Mas Dika pun menghentikan aktivitas mencopot pakaiannya, yang sebentar lagi bergegas untuk mandi.
"Mas setuju kan?" Tanyaku penuh harap.
Aku mau minta jawaban pasti padanya.
"Enggak apa-apa kalau dikontrakkan, yang biasa juga gapapa, atau pun kos-kosan,"
Timpalku meyakinkan Mas Dika.
Pria itu pun menatapku nyalang.
"Emang gak betah banget ya tinggal di rumah ini?"
Suamiku malah balik bertanya.
Aku mengangguk, "ini rumah orang, senyaman apapun, bukan wilayah aku, bukan daerahku, Mas."
Ku utarakan isi hati dengan ekspresi lemas.
"Ya udah, seminggu lagi kita akan gajian, kamu cari saja tempat yang nyaman untuk kita tinggali,"
Akhirnya suamiku pun mengizinkan untuk kami pindah rumah.
Karena senang dan gembira detik itu juga aku pun memeluk tubuh Mas Dika.
"Makasih ya Mas, aku senang dengan jawaban kamu," sumringah kukatakan rasa gembiraku.
Mas Dika pun mengangguk pasrah.
"Ya udah, Mas mau mandi dulu ya," ucapnya.
Akupun mengangguk seraya melepaskan pelukan darinya.
"Mau nemenin Mas mandi nggak?"
Mas Dika menggoda, menaik-turunkan kedua alisnya. Akupun mencubit perutnya.
"Manja,"
Tolakku pura-pura malu.
"Ayo!"
Mas Mas Dika menyeret tanganku kamar mandi.
Dan berakhir dengan aktivitas pasutri.
***
Usai mandi, aku dan Mas Dika menghampiri meja makan di dapur di dapur.
Terlihat Cindy yang telah melahap sarapan pagi, sekilas matanya melirik ku, juga melirik kearah Mas Dika.
Bisa kulihat raut wajahnya yang berubah, seolah ada sesuatu yang ia sembunyikan dalam pikirannya, entah apa itu.
"Kalian habis mandi bareng, ya!" tebak Cindy dengan wajahnya yang serius.
Aku dan Mas Dika pun saling menatap, saling menoleh satu sama lain, ada perasaan yang tak nyaman dengan ucapan wanita itu.
Pertanyaan yang menurutku tak sopan.
"Kami suami istri, ya ... mesra-mesraan itu adalah suatu hal yang lumrah."
Ku jawab dengan jawaban yang mungkin tak enak didengar olehnya. Masa bodo. Toh ia sendiri yang bertanya sesuatu yang tak layak dipertanyakan, karena dia bukan anak kecil.
"Oh."
Cindy menjawab singkat, entah apa dari maksud jawaban tersebut. Cemburu kah?
Sedangkan Mas Dika terlihat seperti malu-malu, lalu dengan perlahan melahap makanannya.
Suara seluler Cindy pun berbunyi lalu dengan tergesa-gesa wanita itu pun keluar dan beranjak dari meja makan kami.
"Bentar ya, aku angkat telepon dulu," ucapnya serius, lalu melangkah pergi menjauhi meja makan kami.
Mumpung wanita itu tak ada disisi kami, aku menoleh ke arah Mas Dika.
"Kok malu banget ya Mas, saat ditanyain barusan? kita mandi bareng, kan kita suami istri,"
Ku ungkapkan rasa tak nyamanku pada Mas Dika.
Mas Dika tak bergeming hanya menunduk tanpa kata.
"Aku mohon Mas, kita harus secepatnya pergi dari rumah ini, kita cari kontrakan, atau kostan. Terserah. Yang terpenting kita nggak numpang lagi di rumah orang "
Ku tekankan alasan dan kalimat pada Mas Dika, agar ia memahami bagaimana rasa tak nyaman dan risihnya aku, yang tinggal di rumah temannya tersebut.
Pria itu pun mengangguk, mungkin dia setuju dengan apa yang kau pikirkan, terlihat bagaimana dari cara ia yang malu saat ditanyai teman dekatnya tersebut.
Lalu beberapa saat kemudian selularnya pun menyala, terpampang sebuah panggilan dari ibu mertuaku.
Dan detik itu juga raut wajah Mas Dika menegang.
"Ini ibu!"
Suamiku terlihat panik, dan aku langsung tak enak hati. Entah drama apa yang akan terjadi di antara kami.
Aku yakin, masalah baru akan datang lagi.
"Halo Dika! kamu di mana? kok pagi-pagi rumah kamu sudah disegel!"
"Jemput ibu saat ini! ibu sedang ada di depan rumah kamu!" cerocosnya.
Wanita itu memerintahkan suamiku tanpa mempertanyakan apa dan bagaimana saat ini keadaan suamiku.
Lucu memang.
Sedangkan Mas Dika terlihat semakin tegang wajahnya.
"Dika! kok gak menjawab!"
Protes suara dari seberang sana, mengagetkan Mas Dika yang tengah kebingungan.
"Kita harus gimana?"
Mas Dika bertanya padaku. Aku sendiri pun bingung harus bagaimana?

Komentar Buku (275)

  • avatar
    waaphrr

    they say , if you lose something, it will be replaced with something better . however, I never interested with new people . I just want her back to be completely mine . It's sucks to realize the fact that you either gonna be the girl that i married to or the story that i tell my son when he get his first heartbreak . deeply inside i regret we cannot continue our story , im sorry it was all my fault , i will always wait for the last chance but i know it wont happen , i miss you . I miss us .

    30/08/2023

      0
  • avatar
    SetiadiWandi

    wahh kerennn kakkk 👍👍 penuh dengan cerita menarik dan pelajaran yang di petik.

    30/06/2022

      8
  • avatar
    SuhuWisnu

    iya

    6d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru