logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

6.Nadya si Pembuat onar

Minggu sore Pukul 16.45

Laras mulai sibuk dengan laptopnya, dia fokus membuat desain pakaian dengan bantuan fitur aplikasi android. Niatnya malam ini dia akan menyelesaikan pekerjaannya, tapi baru juga 20 menit duduk di depan meja kerjanya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Bu, ada Non Nadya di ruang tamu!" Seru Bi Astri yang muncul dari balik pintu.
Laras melirik handphone yang tergeletak di samping laptopnya, ada tiga miss call  dari Nadya. Laras memang sengaja mengabaikan panggilannya, tapi ternyata adik tirinya malah datang ke rumahnya.
"Bibi bikinin minum aja, bentar lagi saya turun!" Perintah Laras sambil melepas kacamata anti blue light yang langsung diangguki sang Bibi.

Menit kemudian Laras turun dan sudah berada satu ruangan dengan tamunya. Nadya tidak sadar akan kehadiran Laras, karna sibuk memandangi bingkai besar foto pernikahan Laras dan Arsyad yang tergantung di tembok dengan letak yang begitu center.

"Ada perlu apa kamu kesini?"

Refleks Nadya memutar badan menengok ke sumber suara." Ko Ka Laras ngomongnya gitu? Katanya udah gak marah. Swear! Aku gak ada maksud apa-apa waktu ngasih nomer Kakak ke Dika!"
"Harusnya kamu ijin dulu sebelum ngasih nomer Kakak ke orang lain! Dika jadi nelponin trus tau gak! Kalau Rissa tau pasti bakal salah paham dan ngambek!"

Saat pertemuan tidak sengaja di depan sekolah waktu itu, Dika meminta nomor hp Laras, tapi tentu saja tidak semudah itu Laras memberikannya pada sembarang lelaki. Apalagi dia sosok wanita yang sangat menjaga privasi. Namun ternyata Dika berhasil mendapatkannya melalui Nadya, adik tiri Laras yang memang dulunya satu kampus dengan Dika.
"Aku kan udah berulang kali minta maaf. Lagian hubungan Kakak juga dulu kan, fine-fine aja sama Dika. Harusnya Kakak gak perlu reject panggilannya, biar dia gak penasaran! Wajar dong, kalo cuma mau sekedar say hello!"

Nadya memang pandai berkilah. Kelakuannya dari dulu selalu seperti itu, berbuat seenaknya sendiri tanpa merasa bersalah. Laras hanya bisa memandang sinis, dia tidak ingin berdebat dengan adiknya yang keras kepala itu, bahkan Bi Astri sering menggoda majikannya dengan mengatakan kalau Laras pasti dosanya sedikit karena jarang bicara dan jarang marah.

Nadya mulai duduk di sofa dengan nyamannya. Dia meneguk jus jeruk yang tadi disuguhkan Bi Astri. Laras pun ikut duduk di sofa putih nan empuk dihadapan Nadya.
"Ngomong-ngomong kemana bodyguard Kakak, ko dari tadi aku gak denger suaranya?"
Hubungan Rissa dengan tantenya yang satu ini memang kurang bersahabat, setiap mereka bertemu pasti akan selalu adu omong. Menurutnya, Nadya pandai berkamuflase dan licik. Bahkan Rissa tidak pernah menganggap Nadya sebagai tantenya.

"Lagi nginep di rumah Eyangnya." Jawab Laras datar.

"Oya, aku dengar Radith memang sedang ada di Jakarta. Pantesan aja anak Kakak ada disana. Aku penasaran dengan wajahnya yang sekarang, sepertinya dia makin tampan. Apa Kakak sudah ketemu sama dia?"

Laras hanya melirik sekilas ke arah Nadya lalu kembali sibuk dengan ponselnya, karena disaat bersamaan ada pesan masuk dari Rissa yang mengirimkan foto oleh-oleh dari Radith. 'Lampu tidur LED dari Om ternyata tokoh favorit Mamah' Isi pesan dari Rissa disertai emoticon bahagia.

"Belum!" Jawab Laras singkat.
"Apa hubungan kalian belum membaik?" Nadya kembali penasaran.

Laras menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kesal. Dia bangkit dari duduknya, "Kalau kamu udah gak ada keperluan lagi, Kakak mau lanjutin kerjaan!"

"Tunggu Kak! Kebetuan, mumpung ga ada bodyguard Kakak, anterin aku ke mall ya! kalo ada dia kan pasti susah ijinnya, aku mau beli setelan kerja. Anterin ya Ka, please!" Rengek Nadya.
"Males ah!" Jawab Laras cuek sambil berusaha meninggalkan Nadya.
"Sebentar aja, janji gak akan lama kok!" Bujuk Nadya sambil mengangkat dua jarinya.

Setelah berfikir dan menimang-nimang, akhirnya Laras memutuskan untuk mengantar Nadya. Dia teringat pesan Bi Astri kemarin, kalau stok bahan makanan di kulkas sudah mulai habis, memang sudah waktunya juga dia belanja bulanan.

30 menit perjalanan dari rumahnya dan kini mereka sudah sampai di basement parkiran sebuah mall di Jakarta Selatan. Setelah Nadya memarkirkan mobilnya, mereka berjalan memasuki Departement store untuk membeli kebutuhan masing-masing. Belanja dan kaum wanita itu memang hal yang tidak bisa dipisahkan. Bilang hanya sebentar, tapi nyatanya malah berjam-jam dan keluar dengan membawa tentengan kiri kanan.
"Udah semua kan? pulang yuk, nanti kemaleman lagi!" Ucap Laras seraya melirik arloji silver di pergelangan kirinya yang ternyata sudah menunjuk pukul 20.15 menit.
"Kakak ga laper? Gimana kalau kita makan malam dulu? Aku ada recomend resto enak disini!" Ajak Nadya yang buru-buru menarik lengan Laras menuju tempat yang dimaksud.
"Gak takut kemaleman De? Nanti kamu pulangnya gimana?"

Laras mencoba mengingatkan Nadya akan jarak tempuh yang harus dia lalui, pulang dari Mall kembali mengantar Laras ke rumahnya, setelahnya perjalanan dari rumah Laras ke Apartemennya juga lumayan jauh. Tentunya menghabiskan banyak waktu.

"Ga usah khawatir gitu deh Kak! Aku udah biasa nyetir malem!" Sambung Nadya dengan santainya.

Tak lama berselang, mereka sudah tiba di depan Restoran yang menyajikan menu ala Korea, tampak seorang Servent lelaki menyambut kedatangan di pintu masuk. "Selamat datang! Meja untuk dua orang?" Sambutnya ramah.

"Ngga Mas, kita udah ada temen di dalam." Sambung Nadya sambil celingak-celinguk seperti mencari sosok yang dia kenal. "Disana!" Tunjuknya kemudian.

"Kamu janjian sama siapa De?" Selidik Laras yang tampak bingung dengan ucapan Nadya. Matanya ikut menatap ke arah seseorang yang ditunjuk Nadya. Tampak seorang pria yang sedang duduk membelakangi mereka.

"Nanti juga Kakak tahu!" Jawab Nadya dengan senyum jahil.

Dengan cekatan, sang Sevent membimbing kedua tamunya menuju meja yang dimaksud. Namun perasaan Laras mulai tidak tenang, dia takut adik tirinya berulah lagi seperti tahun lalu.

Saat itu Laras diminta datang ke sebuah Restoran mewah di salah satu Hotel ternama yang terletak di Jakatra pusat. Nadya memberi alasan minta ditemani bertemu klientnya, tapi ternyata Laras malah dikenalkan oleh seorang pria bule berkebangsaan Australia.Gagah memang, tajir pula, tapi tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Laras. Pria yang sama sekali tidak dia kenal tiba-tiba langsung mengajaknya menikah, 'Gila' pikir Laras yang langsung pergi meninggalkan si pria bule itu.

"Silahkan Nyonya!"

Suara servent yang mempersilahkan tamunya untuk duduk mengagetkan lamunan Laras, dilihatnya Nadya sudah duduk dihadapan si pria itu. Sementara Laras masih berdiri di belakang pria misterius tersebut.
"Hai Laras, akhirnya kita ketemu lagi ya!" Sapa pria itu ramah saat berdiri membalikan tubuhnya ke hadapan Laras.

Seketika netra coklat gelap itu membulat, Laras mengenali sosok pria yang mengenakan kemeja biru laut itu. Dia mengulurkan tangan kanannya bersiap menjabat jemari lentik Laras dengan senyum menyeringai.
"Damn Nadya! You did it again." Umpat Laras dalam hati.

Komentar Buku (19)

  • avatar
    CollectionAbinaya

    bagus banget

    24/06

      0
  • avatar
    Fenix8277

    danmm daddy

    23/06

      0
  • avatar
    YinZeprin

    cerita yg bagus saya suka😂😂😂j

    03/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru