logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

2.Kado teristimewa Rissa

"Hoaam!" Rissa menguap secara refleks saat terbangun dari tidur nyenyaknya. Netra coklat gelap itu mengerjap menyesuaikan cahaya lampu kamar yang redup.Tubuhnya masih nyaman terbungkus selimut tebal bergambar Inuyasha dan Kagome, tokoh anime favoritnya.Tak lekang oleh ingatan saat sang Ayah memberikan kejutan spesial diusianya yang beranjak 10 tahun.
"Ish, Papah ga asik nih! Kan Papah udah janji sama aku bakal pulang besok untuk ngerayain ulang tahun aku!" Protes Rissa disertai suara rengekan bocah 10 tahun. Saat itu mereka berkomunikasi lewat virtual yang menghubungkan Jakarta-Tokyo.
"Maaf ya Sayang, tapi kerjaan Papah belum selesai. Tiga hari lagi Papah baru bisa pulang ke Jakarta!" Jawab suara bariton bernada penyesalan.
"Kado yang kamu minta juga blum sempet Papah beli di sini! Menurut Shoppuseranya (penjaga toko di Jepang) kartun inuyasha itu kan sudah beda generasi sudah bukan jamannya!"
Rissa memang mengenal tokoh fiksi setengah siluman itu dari Laras, saat SD Laras begitu mengidolakan Inuyasha, hingga menurun ke anaknya.

"ANIME Papah, bukan kartun! Biarin beda generasi asal jangan beda alam! Lagian jadul juga tapi aku suka!" Protes Rissa.

"Iya, pokoknya itu lah! Kalau emang ga ketemu, terpaksa gambar selimutnya Papah ganti sama karakter yang lain ya Sayang!" Ujar Arsyad.

"Ish, harus dapet dong! Pokoknya hadiah ultahnya harus itu!" Protes Rissa tak mau kalah. Sifat keras kepala itu memang mengalir dari Ayahnya.

"Kalau ga ketemu juga, Papah ga bisa pulang dong! Kasian lho Mamah kamu udah kangen berat nih sama Papah." Ledek pria tampan itu dengan bewok tipis yang menampilkan kesan maskulin. Laras hanya tersenyum gemas mendengarkan interaksi ayah dan anak itu.

Arsyad Adam, Hot Daddy 39 tahun ini ingin membuat kejutan untuk putrinya. Sebenarnya saat menelepon tadi, Arsyad sudah sampai di Bandara Internasional Tokyo Haneda. Request sang putri pun sudah tebungkus rapi dalam kotak besar berwarna biru laut dengan hiasan pita putih di tengahnya. Smirk merekah, menggambarkan rindu mendalam karna selama seminggu jauh dari istri dan anak yang sangat dia cintai.
Jakarta pukul 05.00 a.m
Tubuh Rissa menggeliat karena merasa ada yang mengusik tidurnya. Kecupan hangat sang Papah berhasil membuka matanya yang masih mengantuk.
"Papah?" Pekik Rissa setengah sadar dengan suara serak khas bangun tidur. Dia masih linglung antara mimpi atau nyata. Saat netranya mulai memindai keadaan sekeliling, dilihatnya sang Mamah memegang cake tiramisu favoritnya dengan hiasan lilin angka 10 yang menyala. Sedangkan sang Papah duduk di sisi tempat tidur Rissa. Dipangkuannya ada kotak besar berwarna biru yang dia yakin itu kado untuknya.
"SURPRISE!" Teriak arsyad dan Laras kompak yang sontak membuat Rissa terkejut.
Setelah kesadarannya terkumpul, Rissa segera bangun dan duduk di atas kasur untuk memeluk erat Papah dan Mamahnya bergantian.
"Ish Papah bohong sama aku ya?" Rengek Rissa yang hampir menangis haru tanpa melepas pelukannya.
"Sorry! Papah kan mau bikin kejutan!" Balas Arsyad sambil menyeringi puas. Tangannya sibuk memberikan kado, dengan wajah sumringah Rissa membukanya. Gadis kecil itu meloncat-loncat di atas kasur kegirangan, mulutnya bersorak mengekspresikan kegembiraan saat melihat isi dalam kotak tersebut adalah selimut impiannya. Moment ulang tahun terindah yang dia rayakan bersama sang Ayah, sebelum Tuhan memanggil Arsyad kembali ke SISI-NYA.
Flashback off
Tangan Rissa menyambar smartphone di atas nakas untuk mematikan alarm. Diliriknya angka digital pada handphone baru pukul 6 pagi. Sebagian otaknya langsung memberi informasi kalau sekarang hari minggu, jadi dia tidak perlu bangun buru-buru. 'Santai' pikirnya, tapi ternyata perutnya tidak bisa diajak kompromi, mungkin karena semalam dia tidur tanpa makan malam, makanya perutnya keroncongan. Dengan langkah malas Rissa keluar kamar menuju meja makan.

"Mah!"
Hening tak ada jawaban. "Pasti Mamah masih joging!" Gumam Rissa pada diri sendiri.

Dia hafal betul rutinitas pagi sang Mamah adalah lari pagi keliling komplek.Di rumah berlantai dua itu, mereka memang hanya tinggal berdua. Bi Astri sang asisten rumah tangga akan datang dari pukul tujuh pagi sampai pukul sembilan malam karena rumah Bi Astri yang dekat dari tempatnya bekerja. Jadi dia memutuskan untuk pergi-pulang setiap hari.
Rissa meneguk segelas susu putih yang sudah tersedia di meja makan, tersisa masih setengah. Namun tangannya langsung menyambar roti tawar isi selai coklat kesukaannya. Belum sempat dia menghabiskan sarapannya, tiba-tiba telinga Rissa terusik oleh suara gaduh yang sepertinya dari depan rumah. Diusik rasa penasaran, Rissa berjalan ke sumber suara yang semakin terdengar berisik, seperti suara orang ribut.

"Denger ya Bu Diah! Saya aja yang cakepnya standar, ga mau sama suami situ! Apalagi majikan saya. Suami situ aja yang gatel ga bisa liat yang bening sama mulus, langsung aja nyosor. Sadar umur dong! Rambut udah banyak kembang jambu juga, masih aja doyan sama yang muda!" Cerocos Bi Astri sambil menggoyangkan kepala ala orang India bila sedang bicara.Sementara jarinya sibuk menunjuk-nunjuk Pa Burhan, suami Ibu Diah tetangga baru sebrang komplek.
"Lah! Wong saya ngomongin majikan kamu, kenapa jadi kamu yang sewot? Ga usah ikut campur ya Astri! Lagian, siapa juga yang mau kasih suami saya buat kamu?" Serang Bu Diah tak mau kalah. Sementara tanganny sibuk menjambak rambut Bi Astri, tapi dihalangi oleh Pa Burhan.
"Udah Mah, malu diliatin tetangga! Aduuh!" Giliran Pa Burhan yang angkat bicara, mencoba menenangkan istrinya yang mulai bar-bar.

"Malu Papah bilang? Ini semua juga gara-gara ulah Papah! Papah sengaja kan, nungguin si Laras lari pagi? Biar bisa joging berdua sama dia? Bukannya bantuin Mamah di rumah, malah sibuk ngelirik janda!" Serang Bu Diah sambil berkacak pinggang.
"Ehem, hem! Tolong jaga ya ucapan Ibu!" Seru Rissa yang tiba-tiba muncul dari balik pagar, membuat ketiga orang yang terlibat cekcok itu menengok ke arahnya.

Rissa yang sedari tadi hanya menonton drama live itu dari depan pintu rumahnya, merasa terusik dengan sebutan 'Janda' yang ditujukan untuk Mamahnya. Dia lebih senang mendengar sebutan 'Single Mom' untuk sang Mamah. Gadis tomboy itu maju menghampiri si Ibu yang daritadi sibuk ceramah tak berfaedah.

"Mamah saya itu ga pernah jadi wanita penggoda suami orang! Harap dicatat! Beliau itu wanita terhormat. Nah, buat Bapak juga, emang ga malu apa sama umur, sama anak, sama cucu? masih aja genit gangguin Mamah saya! Kalau Bapak mau punya istri cantik seperti Mamah, mending ajak istri Bapak ke salon, ajak ke mall. Dandanin biar cantik, Jangan suruh kerja di dapur aja!" Cerocos Rissa dengan nada sengit, tegas, dan tak bisa di bantah. Sifat sang Papah memang menurun ke Rissa. Dia berhasil membungkam mulut tetangganya itu.

"Iya Nak Rissa Bapak minta maaf ya! Anu, saya itu ga maksud lho gangguin Mamahya Rissa. Istri saya aja yang cemburuan!" Terang Pa Burhan membela diri. Terlihat si Istri tak terima dan mulai ingin buka suara, tapi buru-buru disentak Bi Astri.

"Wuss, pada bubar sana! Ributnya kalian lanjutin di rumah aja sebelum saya lapor Satpam komplek!" Usir Bi Astri sambil sibuk mendorong badan Bu Diah dan Pa Burhan menjauhi rumah Laras.

"Ayo Neng kita masuk! Bibi mau beberes rumah sama masak!" Ajak Bi Astri sambil menunjukan sekantong plastik belanjaan sayur. Dia menarik tangan Rissa lembut dan merangkulnya.

Bi Astri memang sangat menyayangi Rissa dan Laras, begitupun sebaliknya. Sejak kecil Bi Astri sudah bekerja di kediaman Ayah dan Ibu Arsyad. Saat Carrisa lahir, Arsyad meminta Bi Astri untuk membantu Laras di rumah baru mereka kala itu. Makanya, hubungan mereka sangat dekat.

"Ada apa nih, ko barusan kaya ada suara ribut- ribut?"
Kompak Rissa dan Bi Astri berputar ke sumber suara, terlihat sang Mamah cantik itu sudah berdiri di depan pagar sambil mengelap keringat di dahinya dengan handuk kecil.
"Yeah, Artisnya malah baru nongol. Ketinggalan dia Bi!" Sindir Rissa sambil menyenggol badan Bi Astri yang sontak membuatnya cekikikan.
"Kita masuk aja yo Neng, takut diliput wartawan entar jadi viral!" Cicit Bi Astri menimpali. Rissa ikut tersenyum geli lalu buru-buru melipir ke dalam rumah bersama sang asisten rumah tangga.

"Ih, ada apa sih? Ko Mamah malah ditinggalin?" Protes Laras masih tak mengerti situasi.

Komentar Buku (19)

  • avatar
    CollectionAbinaya

    bagus banget

    24/06

      0
  • avatar
    Fenix8277

    danmm daddy

    23/06

      0
  • avatar
    YinZeprin

    cerita yg bagus saya suka😂😂😂j

    03/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru