logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6 Pablo

zekiel menghela nafas panjang sembari mengaduk minumannya menggunakan sedotan.
Hari pertamanya bertugas sebagai malaikat maut benar-benar sangat buruk.
Lebih buruk dan tidak kuat daripada sebagai ksatria. Baginya, melihat orang-orang yang disakiti tersiksa seperti Andy kemarin dan melihat rekan-rekan pasukan lainnya yang ditebas satu ditusuk menggunakan senjata tajam jauh lebih berbeda.
Dan melihat rekannya mati untuk membela negara tidak ada apa-apanya dengan siksaan seorang bocah berusia 10 tahun akibat pukulan keras dari kedua orang tuanya.
Tiba-tiba Pablo datang dan melihat Izekiel yang tengah menghela nafas terus sambil mengaduk minuman dinginnya.
"Kamu kelihatannya tertekan sekali." Ujar Pablo sambil duduk di sebelah Izekiel. Izekiel menghela nafas panjang. "Kemarin adalah haru yang buruk."
"Buruk? Apa yang terjadi?" Akhirnya Izekiel menceritakan kejadian kemarin kepada Pablo.
"Sangat disayangkan..." balas Pablo merasa simpati atas kejadian yang dialami oleh Andy.
"Tapi... Itulah kehidupan." Izekiel langsung menoleh ke arah lelaki memakai topi fedora itu.
"Bagi manusia, kapan mereka mati saja mereka tidak tau."
"Tapi..." Pablo terdiam beberapa saat. "Aku merasa aneh saat kamu cerita darimu."
"Maksudnya?" Tanya Izekiel kebingungan. Kemudian Pablo menjelaskan bahwa, Andy di awalannya dimasukan ke dalam sistem kasus tingkat resiko bunuh diri, namun seiring waktu, Andy justru mati dibunuh oleh orang tuanya secara tidak sengaja.
"Apa itu sudah biasa?" Tanya mantan ksatria itu dan Pablo menjawab, "Tidak. Ini pertama kalinya bagi perusahaan ini. Kami selalu tau kapan kaum manusia akan meninggal."
Pablo langsung bangkit berdiri membuat Izekiel memandang ke arah pria bertopi fedora itu dengan tatapan kebingungan.
"Aku harus mengerjakan pekerjaanku yang belum kuselesaikan." Ucap Pablo ingin pamit kepada pegawai magang itu.
"Memangnya kamu kerja bagian mana?" Pablo tersenyum dengan penuh bangga.
"Aku kerja di bagian pencatatan buku arwah. Kapan-kapan kamu mengunjungi ke tempatku." Setelah Pablo pergi, Izekiel menghela nafas panjang.
Dia masih tidak enak dengan Andy kemarin.
******
Izekiel memandang sebuah tablet yang berisi data seorang target yang akan bunuh diri.
"Kali ini ada kasus baru. Dia adalah seorang mahasiswi berusia 21 tahun."
Izekiel membaca profil tentang target yang akan mereka awasi.
Dari daftarnya, gadis muda itu hanyalah gadis biasa.
Namanya Siska, berusia 21 tahun. Dia adalah mahasiswi jurusan akuntansi dan sekarang menempuh mengerjakan skripsi.
Dia berasal dari keluarga yang bisa membiayai anak-anaknya hingga perguruan tinggi.
Izekiel juga melihat data presentasinya yang mencapai 85%. Cukup tinggi dari kasus kemarin yang masih 80%.
"Ayo kita berangkat." Ucap Diane bangkit dari kursi kerjanya dan berjalan mendahului Izekiel. Lelaki itu langsung menyusul atasannya dan mereka segera berangkat menuju ke kampus Siska.
Di kampus Siska berada, Siska keluar dari ruang dosen dengan wajah kesedihan. Dia memandang kertas berisi hasil skripsi yang dipenuhi oleh coret-coretan.
"Siska!!" Wanita itu langsung menoleh dan mendapati kedua temannya berjalan menuju ke arah Siska.
"Kita berdua minggu depan mau sidang, lho!!" Seru salah satu dari mereka berdua menceritakan bahwa mereka berdua telah disetujui skripsi mereka dari dosen pembimbing dan dilanjutkan dengan sidang minggu depan.
"Wihhh... Selamat, ya!!" Seru Siska membunyikan rasa sedihnya di depan teman-temannya.
"Kapan kamu nyusul kita?" Siska terdiam beberapa saat. Dia bingung harus menjawab apa kepada kedua temannya.
"Secepatnya... Santai saja."
"Oh ya!! Kita pamit dulu, ya..." kedua temannya langsung pergi meninggalkan Siska. Siska menghela nafas panjang sambil memandang hasil skripsinya yang dipenuhi oleh coret-coretan dari dosen.
Dari kejauhan, Diane dan Izekiel memandang jauh dengan tatapan datar.
"Sepertinya dia sering perbaiki hasil skripsinya terus-menerus."
"Maksudnya?" Tampaknya Izekiel masih bingung dengan sistem di dunia ini.
Kemudian, Diane menjawab, "Lebih baik kamu diam saja." Diane berjalan mendahului dan Izekiel langsung menyusul atasannya lagi.
Izekiel berjalan cepat menyamakan langkah kaki Diane dan pria muda itu berkata, "Tapi tampaknya dia baik-baik saja..."
"Tidak semuanya orang bisa baik-baik saja." Balas Diane memasang wajah datarnya. Kemudian, Izekiel menambahkan.
"Tapi kenapa dia ingin bunuh diri? Kelihatannya masalah dia sepele doang." Diane berhenti berjalan dan lelaki itu juga hal yang sama.
Diane menatap ke arah mantan sersan itu dengan tatapan dingin.
"Itu kamu, bagi dia masalah seperti itu sangat besar." Diane berjalan lagi dan Izekiel terus melontarkan argumennya.
"Memangnya hal seperti itu bisa membuat dia ingin bunuh diri? Kesalahan itu memang wajar, kok. Dan juga... Waktu aku belajar di akademi, aku sering mengalami kesalahan, tapi aku-"
"Ijak!!"
"Izekiel, bu." Diane menoleh ke arah anak magang itu dengan tatapan kesal.
"Kamu pikir masalah dia itu sama denganmu? Kesalahan dia berbeda dengan kesalahan denganmu."
"Tapi-" tiba-tiba Diane langsung memotong perkataan Izekiel.
"Tidak ada tapi, tapi-an! Jangan memberi kesimpulan menurut pendapatmu saja. Lihat dengan pandanganmu yang lain!" Ucap Diane dengan suara yang meninggi.
Izekiel terdiam beberapa saat. Apakah masalah kesalahan Siska yang harus mengulang lagi mengerjakan skripsi itu membuat dia stres?
Bagi Izekiel, masalah itu hanya kecil daripada dirinya yang pernah melakukan kesalahan kecil saat berlatih menjadi ksatria dan dia harus diberi hukuman yang jauh lebih hebat daripada dicoret-coret oleh dosen.
"Ijak..."
"Nama saya Izekiel, bu." Diane menghembuskan nafasnya dengan kasar dan dia berkata, "Jangan membandingkan kesalahan kecilmu dengan kesalahan kecil Siska. Kamu dan Siska berbeda. Beda dunia, beda juga kegiatan manusia di sini daripada duniamu."
Diane berjalan lagi dan dia mengucapkan beberapa sebelum dia pergi. "Hargai perasaan orang, anak muda."
********
Izekiel menghela nafas dengan kasar. Gara-gara perkataannya yabg terlalu menyepelekan perasaan Siska, dia diberi sedikit hukuman dari Diane untuk tidak ikut dalam kasus ini.
"Lebih baik kamu merenungkan perkataanku selama kasus ini berlangsung. Untung saja aku tidak membawamu menghadap ke arah Siska...."
".... Kalau tidak, dia pasti jauh lebih sakit hati daripada kehidupannya yang rumit ini."
Lelaki itu kemudian merubah posisinya menjadi duduk tegak sambil mengacak rambutnya dengan kasar.
"Argghhh!!"
"Sepertinya kamu mengalami masalah?" Izekiel langsung terkejut bahwa direktur berada di sebelahnya.
"Oh... Halo, direktur." Sapa Izekiel dengan kikuk. Direktur langsung menuju ke topik utamanya. "Ada masalah apa kali ini?"
Izekiel langsung menggaruk pipi kirinya yang tidak gatal dan dia menjelaskan alasan dirinya dihukum oleh Diane atas pendapatnya yang terlalu 'kurang ajar'.
"Tapi... Pendapatmu benar-benar salah, baby."
"Apa?" Izekiel langsung kebingungan dan sedikit tidak terima dengan jawaban dari direktur.
Kemudian beberapa saat, direktur justru tertawa. Menertawakan Izekiel, tentu saja.
"K-kenapa anda tertawa, direktur?" Setelah direktur telah tenang, wanita itu menjelaskan, "Kamu lebih kolot daripada aku, ya..."
"K-kolot?" Izekiel semakin bingung apa yabg dimaksud dari perkataan dari bosnya.
"Iya. Pikiranmu sangat sempit. Dengarkan aku, baby."
Direktur kemudian menjelaskan sesuatu kepada Izekiel. "Setiap masalah, pasti bisa dilalui oleh manusia. Tetapi beberapa manusia tidak bisa dilakukan dengan baik."
"Baik masalah kecil atau besar, manusia pasti memiliki titik lemah. Dalam kasus ini, dia tidak hanya stres karena masalah skripsi, bisa saja dia mengalami masalah dengan lingkungan di sekitarnya."
Direktur langsung menepuk pundak Izekiel dan berkata, "Benar kata Diane, kamu jangan menyimpulkan begitu cepat tentang kehidupan orang lain."
Direktur kemudian bangkit berdiri dan berkata, "Untuk sementara kamu renungkan dulu, oke?"
Izekiel terdiam sangat lama. Merenungkan perkataan Diane dan direktur.

Komentar Buku (172)

  • avatar
    MiiRed

    bagus ceritanya

    1d

      1
  • avatar
    BudyantoAgus

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    YantoDaryanto

    ceritanya bagus

    6d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru