logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

2. Kenalan?

***
Kabar tentang kedekatan Irene dan Aruna sedang ramai dibicarakan seluruh murid SMA Bhineka Satu.
Kabar tersebut membuat Irene tidak nyaman karena yang pasti dirinya akan dibully dimana mana mengingat ia hanyalah Gadis cupu dari keluarga menengah kebawah.
Irene melangkah kedalam kantin. Ia mencari bangku kosong yang nyatanya tidak ada. Semua terisi penuh dan yang pasti seisi kantin menatapnya dengan tatapan tidak terbaca.
Irene menunduk takut. Ingin kembali ke kelas tapi perutnya sangat lapar. Hingga tatapannya jatuh pada Aruna yang sedang bergurau bersama dengan teman temannya disalah satu bangku kantin.
Irene sangat berharap Aruna melihatnya dan mengajak dirinya makan bersama.
Salahkah jika berharap begitu?
Tapi bukankah Aruna memang perhatian padanya? seharusnya Aruna tidak masalah jika berdekatan dengan dirinya'kan?
Pikiran Irene sudah sampai ke arah sana, bahkan Irene bersiap akan melangkah mendekati Aruna, sebelum seseorang menghentikannya.
"Ireeeeene!" Teriakan cempreng yang sangat Irene hafal. Siapa lagi jika bukan Nona muda Syaira Janista.
Irene melihat Syaira yang duduk tidak jauh dari bangku Aruna dan geng Best boy lain duduk.
Jika itu Syaira sepertinya tidak akan terjadi apapun saat duduk dekat dengan geng Best boy. Ya semua perempuan sudah minder duluan dengan geng Princess cool yang isinya enam Gadis cantik kaya raya dan berbakat.
"Sini, sini, sini, kamu lapar'kan? Nih banyak makanan!" Teriak sekaligus titah Syaira pada Irene.
Orang lain sudah biasa dengan tingkah Syaira yang seperti itu. Syaira memang menggemaskan meski terkadang ia menyebalkan.
Irene sih ya dateng saja menghampiri. Lumayan juga tadi Syaira menawarkan makanan ditambah duduknya deket dengan geng Best boy.
"Makanan apa?" Tanya Irene saat sudah sampai dihadapan Syaira dkk.
"Nih liat." Syaira tersenyum manis kemudian ia mengambil baskom yang sudah dia pinjam dari Ibu kantin lalu memasukan semua makanan bekas dirinya dan kelima temannya yang lain.
Syaira mengaduk makanan itu jadi satu dan menyodorkannya pada Irene. Dilihat dari segi manapun itu adalah campuran makanan yang malah terlihat sangat menjijikan.
Eliya dan Virly sudah menahan muntah sejak Syaira mengaduk makanan campuran itu.
Irene mengernyit jijik menatap makanan itu.
"Maksudnya apa Syaira?" Tanya Irene pelan.
"Ya makanlah! Itu makanan buat kamu! Habiskan ya, pokoknya harus habis, kamu kelaparan'kan?" Syaira berlaku masa bodoh dengan tampang polosnya.
Irene menggelengkan kepalanya. Irene benar benar tidak nafsu liat makanan itu sampai rasanya ingin muntah. Mencium aroma makanannya saja sudah membuat bulu kuduk Irene merinding.
Benar-benar menjijikan sekali. urgh!
"Sini sambil duduk dooong," titah Syaira lagi saat tidak ada jawaban apapun dari Irene.
Sudah biasa.
Bagi Listy, Sofia, Virly, Disya dan Eliya kelakuan Syaira yang begini itu sudah biasa. Meski mereka melarangnya, nanti pasti Syaira akan bertingkah lagi dan lagi atau malah mereka yang jadi sasarannya.
Maka tidak ada satupun yang berani menghalangi atau membantah Syaira meski yang dilakukannya salah. Mending cari aman saja sejak awal. Bahkan kalau sampai Syaira menangis, nantinya mereka juga yang repot.
"Duduk aja Rene, santai sama kita mah." Timpal Disya.
Irene akhirnya duduk disamping Syaira yang masih tersenyum lima jari.
"Makan buruan, jangan cuma diliatin aja loh." Suruh Syaira setengah memaksa.
Irene mengangguk patuh dan mau tidak mau menyesap makanan itu walau sedikit. Irene mengernyit saat lidahnya tak cocok dengan makanan campuran itu. Tenggorokannya pun sulit untuk menelan makanan.
"Gimana? Enakkan?" Tanya Syaira dengan santai.
Irene menggelengkan kepalanya, gestur wajahnya pun terlihat seperti akan muntah.
"Udah ya, Syaira, aku mual." Kata Irene.
"Setengahnya aja coba abisinnya." suruh Syaira lagi.
"Nggak." Irene menolak keras.
Brak!
Disya menggebrak meja kantin.
"Bacot ya, makan aja itu Syaira udah baik ngasih!" Bentak Disya kesal.
Kedua tangan Irene gemetar terutama tangan kanannya yang memegang sendok.
"I-iya." Dengan wajah seperti akan menangis, Irene memakan makanan campuran itu lagi.
Syaira tersenyum senang melihatnya, bahkan ia bertepuk tangan bahagia.
"Abisin yaa." Ucapnya semangat.
Anggota geng Princess cool lain hanya tertawa saja dengan kegiatan yang sudah biasa bagi mereka. Sedikit rasa iba memang ada, tapi Irene hanya lah orang tidak penting bagi mereka.
Tiba-tiba Aruna yang memperhatikan kegiatan itu ah sepertinya bukan hanya Aruna, melainkan semua netizen yang ada dikantin menyimak kegiatan Syaira dkk, Aruna dengan gentle berdiri di hadapan meja yang ditempati Syaira dkk.
"Dia mau muntah, bisa berhenti nggak?" tanya Aruna dengan dingin, membuat Syaira berhenti tertawa dan menatapnya tanpa ekspresi.
"Loh, Aruna dari Best boy?" Sofia berjengit kaget. Sungguh selama hampir 2 tahun lebih sekolah di SMA Bhineka satu, baru kali ini mereka dihampiri meski karena menjahili seseorang.
"Astaga, ada gerangan apa Aruna datang menghampiri kami." Cuitan Virly mengundang siulan anak geng Best boy lain.
"Menolong dia." Aruna langsung menunjuk Irene.
Irene merasa kikuk kini karena Syaira menatapnya dengan tatapan polos.
"Menolong Irene? Kamu kekasihnya?" Pertanyaan Syaira tidak dijawab oleh Aruna.
"Irene kamu kekasih yang namanya Aruna ini?" Syaira bertanya pada Irene karena Aruna diam saja.
"Itu ...." Irene menggaruk dahinya bingung.
"Waah, Irene kekasih Aruna ketua geng Best boy! wah, wah, waaaah!" Teriak Listy ribut.
Syaira mengerutkan dahinya hingga tiba tiba Syaira berdiri dari duduknya.
"Kamu Aruna'kan namanya? Kekasih Irene kan? Kenalkan, aku Syaira Janista. Calon perebut kamu." Syaira menjulurkan tangannya berharap dijabat oleh Aruna.
Tapi yang ada Lelaki tampan itu diam dengan pandangan blank. Tentu saja yang tahu sesuatu hanya Aruna sendiri dan geng Best boy.
Aruna merubah pandangan dinginnya pada Syaira beberapa detik. Ia tidak menyangka Syaira akan dengan mudah berkata seperti itu padanya. Ini Syaira yang ia kenal? atau Syaira Janista si nakal ketua geng Princess cool?
Yang heboh malah anggota geng Best boy.
"Anjoy, gileee, kamu ditaksir Nona muda Syaira, selamat!" Kata Rangga setengah berteriak.
Jabatan tangan yang Syaira harapkan akhirnya terlaksana tapi dijabat oleh Erik.
"Silahkan rebut dia dari Irene, Nona manis, kami mendukungmu." Erik berkata sambil mengedipkan sebelah matanya pada Syaira.
Syaira sebenarnya tidak mengerti. Ingat, dia hanya bercanda tapi kenapa semuanya heboh. Akhirnya Syaira ikut tertawa heboh. Memang orangnya unik seperti itu. Wajarkan saja ya.
"Hahahaha! jangan sedih ya Irene, siap siap aja nanti Aruna jatuh cinta sama aku," ucap Syaira disertai cengiran lima jarinya. Syaira suka bercanda seperti sekarang. Apalagi melihat Irene diam tidak berkutik.
Irene menunduk malu sekaligus kesal karena nyatanya anggota geng Best boy lain seperti mendukung Syaira dan Aruna, serta respon Aruna yang hanya diam memperhatikan Syaira.
"Haaah," Irene menghela nafas lelah.

Komentar Buku (30)

  • avatar
    Meysin

    Syukak bangettt🥰

    17/07

      0
  • avatar
    Sisca Siscallist

    menarik

    10/07

      0
  • avatar
    ErnawatiVera

    cerita nya sangat keren

    11/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru