logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 6. Selamat Hari Ibu!

Setelah teman-temannya pulang, Bella langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Tangannya bergerak lincah untuk men-scroll kabar beranda di Instagram-nya. Hingga tangannya terhenti saat melihat salah satu postingan dikabar beranda Instagram-nya. Bella menepuk jidatnya pelan. Ia lupa, kalau hari ini tanggal 22 Desember, yang berarti hari ini adalah Hari Ibu Sedunia!
Bella beranjak dari kasurnya kemudian melangkahkan kakinya ke arah kamar Arka, Abangnya. Setelah sampai di depan kamar Arka, Bella langsung saja menerobos masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Membuat Arka berjingkat kaget saat melihat kedatangan Bella yang tiba-tiba. Arka mendengkus kasar.
"Lain kali, ketuk pintu dulu Dek," sinis Arka.
Bella tersenyum pepsodent dengan wajah tanpa dosanya. "Iya, Bang. Kalau gak lupa itu juga."
"Mau ngapain?" tanya Arka. Bella mendekati Arka, kemudian duduk di samping Arka.
"Bang, sekarang tanggal berapa?" tanya balik Bella.
"Tanggal 22 Desember," jawab Arka.
"Abang inget gak kalau hari ini tuh Hari Ibu Sedunia?"
"Inget. Kenapa emangnya?"
"Ya udah yuk kita ucapin dulu ke Mama, Bang," saat Bella ingin beranjak dari duduknya, Arka langsung menahan tangannya.
"Kenapa Bang?" tanya Bella yang masih berdiri di hadapan Arka.
"Duduk dulu," suruh Arka. Bella mengangguk kemudian mendudukkan kembali dirinya di samping Arka.
"Kenapa bang?" tanya ulang Bella.
"Sekarang Mama lagi gak ada di rumah 'kan?" Bella mengangguk menjawab pertanyaan Arka.
"Pulangnya kapan?" Bella berpikir terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Arka.
"Kek nya malam deh, Bang. Jam tujuh-an juga kayaknya bakalan udah pulang," jawab Bella. Arka mengangguk.
"Kenapa sih, Bang?" tanya Bella penasaran.
"Kita bakal ngasih kejutan buat Mama, dek," jawab Arka.
"Kejutan? Kejutan apa, Bang?"
* * *
Antaris melihat tanggal dilayar ponselnya, yang menunjukkan tanggal 22 Desember. Ia ingat betul bahwa hari ini adalah Hari Ibu Sedunia. Antaris beranjak dari duduknya kemudian melangkahkan kakinya menghampiri Cyrinda, Mamanya. Antaris mendudukkan dirinya di samping Cyrinda, kemudian, tanpa aba-aba, ia langsung saja memeluk Cyrinda.
Cyrinda yang tiba-tiba dipeluk oleh putra nya, sempat merasa kaget. Tetapi, Cyrinda tetap membalas pelukan putranya. Cyrinda melepas pelukannya, kemudian menatap Antaris, putranya.
"Kenapa?" tanya Cyrinda lembut. Antaris menarik nafas terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Mamanya.
"Selamat hari ibu! Terimakasih telah menjadi ibu terhebat di dunia. Aris merasa sangat bahagia dan bangga menjadi putramu, Ma." Antaris tersenyum ke arah Cyrinda.
Tiba-tiba mata Cyrinda berkaca-kaca saat mendengar ungkapan Antaris, putranya. Ia langsung memeluk Antaris sambil menangis haru. Antaris membalas pelukan Mamanya.
"Mama juga bangga bisa melahirkan kamu ke dunia ini, Antaris. Dan, Mama juga bangga bisa memiliki putra seperti kamu, sayang." Cyrinda masih saja menangis dipelukan putranya.
Antaris melepas pelukannya, kemudian menghapus jejak-jejak air mata dipipi Mamanya.
"Jangan nangis, Mah. Antaris gak suka kalau lihat Mama nangis," ujar Antaris sambil menghapus sisa-sisa air mata Cyrinda.
"Mama kira, kamu bakalan lupa," kata Cyrinda. Antaris terkekeh sebentar.
"Nggak Mah. Buktinya, sekarang Antaris udah ngucapin, 'kan?" Cyrinda mengangguk.
"Terimakasih, sayang," lagi-lagi, Cyrinda memeluk Antaris.
"Seharusnya, Antaris yang ngucapin terimakasih sebanyak-banyaknya sama Mamah. Karena, Mamah telah merawat aku sampai sebesar ini. Terimakasih Mah. I Love You, Mah."
* * *
Arrion mengambil kunci motornya yang tergeletak di atas tempat tidurnya. Kemudian, ia berjalan ke arah motornya, lalu menaikinya. Ia langsung melajukan motornya ke arah toko bunga. Sesampainya disana, Arrion langsung membeli bunga mawar, kemudian membayarnya.
Arrion berjalan ke arah TPU. Dan, disinilah ia sekarang. Di samping makam Mamanya. Ya, memang Ibunda Arrion telah meninggal saat Arrion berumur 10 tahun.
Arrion tersenyum getir saat melihat batu nisan yang bertuliskan 'Kalya Jauharah'. Tangannya terulur untuk mengusap batu nisan Mamanya.
"Assalamualaikum, Bu," salam Arrion sambil menyingkirkan beberapa helai daun di atas makam Mamanya.
"Ari kesini cuman mau ngucapin, Selamat Hari Ibu Sedunia."
"Bunga-bunga ini hanyalah sedikit tanda penghargaan untuk semua yang telah Ibu lakukan untuk Ari. Ari sangat berterima kasih atas semua yang Ibu lakukan. Selamat hari ibu!" Arion mulai menaburkan bunga mawar yang tadi ia beli dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.
"Ari gak bakal nangis kok, Bu. Karena, kalau Ari nangis, Ibu juga pasti bakalan nangis 'kan, disana?" Ari menggigit bibir bawahnya menahan tangis.
Nggak boleh! Ia nggak boleh nangis! Sebisa mungkin ia harus tahan, agar air matanya tidak mengalir. Tapi, pertahanan nya runtuh saat satu bulir air mata meluncur tanpa seizinnya. Arion langsung memeluk batu nisan Ibunya sambil menangis tersedu-sedu dengan bahunya yang berguncang hebat.
"Walau Ibu udah nggak ada lagi didunia ini, tapi ibu akan selalu ada dihati Ari. Ari sayang ibu. I Love you Moms." Arion berucap dengan lirih.
* * *
Setelah sampai di depan rumahnya, Adira -mama Arka dan Bella- langsung memarkirkan mobilnya di garasi. Adira menatap rumahnya yang gelap total. Ia mengernyitkan keningnya heran. Tumben sekali lampu di rumahnya dimatikan semua? Tak ingin ambil pusing, Adira langsung memutar kenop pintu.
Ceklek ...
Adira menajamkan pendengarannya saat telinganya mendengar suara petikan gitar dari arah depan.
"Siapa?" tanya Adira. Tidak ada yang menjawab. Hanya terdengar suara petikan gitar lalu terdengar suara orang bernyanyi. Adira mengenali suara itu. Ya, suara Arka, putranya.
Bersinar kau bagai cahaya
Yang selalu beriku penerangan
Selembut citra kasihmu kan
Selalu ku rasa dalam suka dan duka
Kau lah ibuku cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatan mu
Bagaikan embun kesejukkan hati ini
Dengan kasih sayangmu
Betapa kau sangat berarti
Dan bagiku kau takkan pernah terganti
Kaulah ibuku cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu
Kaulah ibuku cinta kasihku
Pengorbananmu sungguh sangat berarti
Kaulah ibuku cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu
Kaulah ibuku cinta kasihku
Terima kasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu
Sinari hidupku dengan kehangatanmu
Lampu dirumahnya langsung menyala bersamaan dengan Arka yang telah menyelesaikan nyanyiannya. Tanpa membuang-buang waktu, Adira langsung memeluk putra dan putrinya. Arka dan Bella langsung membalas pelukan Mamanya, Adira.
"Selamat hari ibu! Mama adalah orang yang paling peduli dan penuh kasih yang kita kenal. Terimakasih telah membawa kita ke dunia ini dan berada di sini untuk kita setiap hari. I Love you, Mah." Bella mencium pipi kiri Adira.
"I Love you too, Sayang." Adira membalas dengan suara yang serak karena habis nangis. Kemudian Adira mengecup kening Arka dan Bella dengan penuh kasih sayang.

Komentar Buku (136)

  • avatar
    LovelyGraziella

    bagus bangett ceritanya cepetan update bab terbaru kak!!ga sabar bangett apalagi dibuat jadi novel beuh pasti laris

    25/08/2022

      0
  • avatar
    SilvaManoel

    e daora

    1d

      0
  • avatar
    SyahFirman

    udah

    21d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru