logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 2

“Ken bilang kau berlari sambil menangis berhenti bersikap kekanakan Claire. Kau sudah dewasa, jangan membuat orang lain cemas.”
Ucapan Whitney terdengar menusuk.
“Orang lain yang ibu maksud pasti Ken,” ucap Claire getir. “Aku memang tidak bisa dibandingkan dengan dia. Pintar, penurut, pewaris perusahaan, dan ibu selalu memujinya. Bahkan aku bertanya-tanya apa benar aku anak kandung ibu. Aku tidak merasakan kasih sayang ibu dan membiarkan Ken menindasku, tapi sekarang aku ingin hidup dengan caraku.”
“Claire, pulanglah ke rumah, ibu janji akan pulang akhir pekan nanti.”
Akhir pekan yang Claire nantikan tidak pernah terwujud. Claire memutuskan sambungan itu kemudian mematikan ponselnya. Dia menangis, kali ini Claire menahannya supaya orang lain tidak mendengar tangisannya. Namun, terlambat seseorang sudah melihatnya dan orang itu adalah laki-laki yang beberapa waktu lalu berdebat dengannya.
“Kau?!” sela Claire terkejut di tengah tangisnya.
“Aku minta maaf nona.”
“Apa kau berubah pikiran karena melihatku menangis?” tanya Claire sinis.
“Kau meninggalkan ini di sana tepat setelah kau pergi,” ucap laki-laki itu lalu menyerahkan papper bag itu pada Claire.
“Ini bukan milikku.” Claire memeriksa isinya bukan syal melainkan kemeja pria sepertinya tertukar saat bertabrakan tadi.
“Nona sudah hampir larut, tempat ini tidak aman untuk seorang gadis aku akan mengantarmu pulang.”
“Panggil aku Claire,” ucap Claire merasa sebutan nona terdengar membosankan.
“Claire Smith?” ulang laki-laki itu.
“Kau mengenalku?” tanya Claire terkejut ketika memasuki mobil laki-laki itu dan memasang sabuk pengaman.
“Claire Smith putri pemilik Venus Corporation wajahmu terpasang di surat kabar minggu lalu.”
“Siapa namamu?” tanya Claire mengabaikan ucapan laki-laki itu.
“Felix Abraham.”
Claire menatap Felix yang fokus mengemudi. Tadi Claire meminta bantuan Felix untuk mengabari Sean serta memberi pelajaran pada Ken karena bersikap menyebalkan. Dia ingin melihat reaksi Ken ketika melihatnya pulang bersama Felix dan mengatakan laki-laki itu adalah pacarnya. Claire tersenyum senang sementara diam-diam tanpa sepengetahuannya, Felix tersenyum kecil melihat gadis itu menjadi ceria.
***
Seperti perkataan semalam, ternyata Ken benar-benar menemani Claire ke salon. Bahkan menemaninya berbelanja dan Ken sama sekali tidak keberatan membawa barang-barang belanjaan.
Ken menatap ponselnya tidak berkedip, sudah lima jam setelah Claire menghilang dan belum ada tanda-tanda gadis itu kembali. Dia cemas, tapi tidak mengerti alasan Claire pergi setelah melihatnya bersama perempuan itu. Ken tidak berani mengasumsikan bahwa Claire sedang cemburu, hubungan mereka tidak sedekat itu, meskipun Ken merasa terganggu bila Claire bersama orang lain. Terutama laki-laki bernama Han itu.
Bicara tentang Han, tidak lama setelah Ken tiba, Han sudah berada di depan rumahnya membawa paper bag dengan logo yang sama seperti milik Claire. Tidak salah lagi, sepertinya Han dan Claire tidak sengaja bertemu di tempat yang sama. Ken menahan diri untuk tidak meninju Han detik itu juga.
“Ini milik Claire tidak sengaja kami bertemu dan dia salah mengambil barang. Sepertinya dia belum menyadarinya.” Han menyerahkan paper bag itu pada Ken.
“Apa kau tahu Claire pergi kemana?” tanya Ken curiga.
“Aku tidak tahu, dia terlihat terburu-buru. Aku tidak sempat mengejarnya, apa Claire tidak ada di rumah?”
“Dia pergi.”
“Saat itu Claire meminta maaf atas namamu, aku pikir kepergian Claire kali ini ada hubungannya denganmu. Lebih baik kau mencarinya sebelum terlambat.” peringat Han serius.
“Apa maksudmu?”
“Kau mencintai Claire bukan?” tanya Han.
“Omong kosong apa ini?” Ken menarik kerah Han kasar. “Aku mencintainya karena dia adikku.”
“Semoga benar begitu.” Han melepas cengkeraman Ken tak kalah kasar.
“Karena aku akan merebutnya kalau kau memang tidak mencintainya!”
Ken menyesal tidak menghajar Han saat itu sehingga perasaanya membaik. Dia membiarkan laki-laki itu pergi dari rumahnya dengan mudah, seharusnya dia meminta pengawalnya untuk melempar Han ke laut. Kemudian Ken berakhir di penjara dan hidup menyedihkan tidak buruk memiliki pemikiran itu untuk orang seperti Han.
“Nona Claire sedang dalam perjalanan pulang.”
Perkataan Sean membuyarkan lamunannya.
“Baguslah, aku lelah dan ingin istirahat,” ucap Ken.
“Baik tuan.”
Tepat pukul sembilan malam, Ken mendengar suara mobil berhenti di halaman. Ken menyibak jendela kamarnya dan melihat Claire keluar dari mobil. Dia meraih jaketnya lalu keluar dari kamarnya. Samar-samar dia mendengar suara Claire, sesekali Ken juga mendengar tawa gadis itu, selama ini Claire tidak pernah bersikap riang seperti itu. Sepertinya Claire bahagia bersama teman barunya.
“Ken aku bertemu Felix dan dia mengantarku pulang.”
Ken menatap laki-laki bernama Felix, tidak ada yang spesial dari laki-laki itu selain fakta orang pertama yang membuat Claire bersikap riang. Melihat hal itu, darahnya mendidih, dia menarik paksa Claire menjauh dari Felix serta memberi tatapan peringatan pada laki-laki itu untuk menjauhi Claire detik itu juga. Namun, sesuatu di luar dugaan terjadi, Claire mendekati Felix kemudian mencium bibir laki-laki itu sebelum Ken menyadari gadis itu telah melakukan tindakan di luar kesadarannya. Ken murka lalu mendekati laki-laki itu dengan tangan terkepal.
“Kau menjauhlah dari Claire!” teriak Ken menggema di seluruh ruangan itu. Sean berada tidak jauh dari mereka.
“Jangan melakukan tindakan di luar batas Claire, Whitney pasti kecewa melihatmu begini,” ucap Ken.
“Ibu kecewa?” tanya Claire disertai tawa pelan. “Persetan dengan itu.”
Plak!
Bekas tangan Ken terlihat jelas di kulit Claire yang putih. Sementara Felix terkejut melihat pemandangan penuh drama itu. Ken menarik paksa Claire menuju kamar dan meminta Sean untuk mengusir laki-laki bernama Felix itu dari rumahnya. Claire berteriak keras sambil memanggil Felix meminta bantuan yang kenyataannya sia-sia. Felix sudah pergi setelah Sean membawanya keluar dan meminta laki-laki itu untuk tidak datang lagi.
Ken melepaskan Claire dan menghempaskan gadis itu ke ranjang. Dia mengatur napasnya yang berantakan, emosinya berkumpul dan darah di otaknya terasa mendidih. Claire menangis histeris dan mengeluarkan kata-kata kasar melihat hal itu, emosi Ken semakin tersulut.
“Kau menangislah!”
Ken duduk di sisi ranjang dengan ekspresi menakutkan, dia akan berada di kamar itu hingga Claire memberikan penjelasan tentang ciuman itu. Ken bertaruh ciuman itu pertamakalinya Claire melakukannya.
Sial.
“Apakah kau marah karena aku menamparmu?” tanya Ken setelah tangis Claire mereda. Dia tahu Claire belum terlelap, melihat tubuh gadis itu masih bergetar sisa dari tangisannya. “Aku tidak suka kau dekat dengan orang lain kecuali aku, kau tidak boleh berteman dengan orang lain kecuali aku, kau tidak boleh tersenyum untuk orang lain kecuali untukku, tapi saat kau melakukan sesuatu yang aku takutkan. Aku tidak bisa menahan amarah saat kau menciumnya, aku tidak bisa bisa menahannya. Claire, apa kau tahu apa yang baru saja kau lakukan itu seharusnya tidak kau lakukan bersama laki-laki itu?”
“Keluar dari kamarku aku ingin sendiri,” usir Claire.
“Baiklah, selamat malam Claire.”
Ken menutup pintu kamar itu. Namun, Sean muncul dari balik bahunya membuatnya terkejut.
“Sean, kau membuatku jantungan.”
“Maaf mengganggu waktu istirahat Anda.” Sean menyerahkan paper bag yang dititipkan Felix sebelum pergi meninggalkan rumah. “Barang ini milik nona Claire.”
“Buang saja.”
Ken mendengus mengingat barang itu milik Han karena Claire tidak sengaja mengambil barang milik laki-laki itu ketika mereka bertemu.
Malam itu Ken menghubungi Whitney, pembicaraan singkat. Namun, berhasil mempengaruhi emosinya, tangannya terkepal kemudian sambungan itu berakhir.
***

Komentar Buku (134)

  • avatar
    Fadilah

    kerenn

    27/05

      0
  • avatar
    Siapa ?Saya

    ceritanya menarik banget

    23/01

      0
  • avatar
    surianieAnne

    👍👍👍

    03/01

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru