logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 2 Mandul

"Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotormu itu! Aku tak sudi mendapatkan sentuhan dari tangan yang sudah dipakai berzina dengan perempuan lain!" sarkas Alfea dengan sorot mata penuh kekecewaan.
"Kau!" tunjuk Alfea pada Dilla. "Aku tak menyangka kau menusukku dari belakang, padahal aku yang sudah menolongmu dan anakmu yang sedang kelaparan. Aku yang telah membantu memberimu dan anakmu tempat tinggal. Aku juga yang memberimu pekerjaan dan membelikan susu untuk anakmu, tapi ini balasanmu? Bahkan seekor anjing pun takkan mengigit tuannya, tapi kelakuanmu… Itu lebih hina dari anjing. Kau itu wanita, seharusnya kau tau bagaimana perasaanku. Seharusnya kau tau bagaimana sakit dan hancurnya hatiku akibat perbuatan kalian. Kenapa kau begitu tega, hah?! Kalian memang pasangan terkutuk," lirih Alfea sinis.
"Berhenti Alfea, jangan memakinya lagi. Dia sedang hamil!" sergah Aryan yang lebih membela Dilla.
"Jadi aku harus memaki siapa, hah?! Kau jahat, Mas! Kau kejam! Apa kurangku selama ini hingga kau tega berselingkuh di belakangku? Apa salahku hingga kau tega berzina dengan perempuan yang bukan istrimu? Kau sudah berdosa, Mas. Kau menjijikkan!" tukas Alfea tajam.
"Kurangmu karena kau mandul!" bentak Aryan. "Kau M-A-N-D-U-L!" tekan Aryan membuat Alfea begitu sakit hati.
'Baiklah kalau kau menilaiku begitu. Suatu hari nanti kau akan menyesal, Mas. Dan saat itu tiba, aku akan tertawa bahagia atas penyesalan terbesarmu.'
"Apa buktinya aku mandul?" tanya Alfea dingin.
"Masih perlu bukti? 3 tahun, Fea. 3 tahun kita sudah menjalani rumah tangga ini, tapi hingga sekarang kau belum juga bisa memberiku keturunan. Dan lihat Dilla, baru beberapa kali aku melakukannya dengan dia, tapi hari ini aku sudah mendapatkan kabar bahagia. Dia hamil, aku akan menjadi seorang ayah. Berkat dia aku akan segera memiliki anak. Kau tahu Fea, betapa tertekannya aku dianggap mandul oleh rekan-rekanku. Aryan seorang jaksa yang hebat, 3 tahun menikah belum juga punya anak, pasti dia mandul. Kata-kata itu selalu membuatku down. Aku down, Fea, karena itu aku berbuat nekad. Dilla sudah memiliki anak, sudah pasti dia tidak mandul karena itu aku ingin membuktikannya. Aku terpaksa melakukannya dengan Dilla, aku juga ingin memiliki anak, Fea. Aku ingin memiliki keturunan dan dia bisa memberikannya. Aku harap kau mau menerima, Fea. Nanti kita bisa membuat nama ibunya jadi namamu, bagaimana? Tidak masalah, kan?" ujar Aryan tanpa beban.
Tangan Alfea mengepal, begitu pun Dilla.
"Mas, katamu kau akan memilihku!" sergah Dilla tak terima saat mendengar Aryan akan membuat nama anaknya menjadi anak Alfea.
"Aku tetap akan menjadikanmu istriku, Dilla. Tapi untuk status anak, tetap Alfea yang terbaik. Semua untuk kebaikan anak kita, Dilla," ujar Aryan menenangkan.
Aryan berpikir akan menikahi Dilla secara siri, sedangkan Alfea akan tetap jadi istri pertamanya.
Dilla pun terdiam, sepertinya itu tak masalah pikirnya, yang penting ia tetap akan menjadi istri seorang Alfino Aryan Aldebaran maka kehidupannya ke depan pasti akan lebih terjamin.
"Hahaha!" Alfea tergelak kencang hingga ekor matanya mengeluarkan bulir-bulir kristal dari pelupuk matanya. "Kau pikir aku mau menerima anakmu itu, hah?! Aku akan buktikan aku bisa memiliki anak sendiri. Aku tidak butuh anak hasil hubungan gelap kalian," tukas Alfea dingin.
Aryan cukup terkejut dengan nada suara Alfea. Selama menikah dengan Alfea, ia tak pernah mendengar nada suara seperti itu. Alfea adalah wanita yang lemah lembut, penuh kasih sayang, dan perhatian. Tapi ia lupa, kucing yang jinak pun bisa menggigit bila ekornya diinjak, apalagi ini berhubungan dengan perasaan dan harga diri seorang perempuan. Tentu ia akan amat sangat terluka bila orang yang ia cintai, ia percayai sepenuh hati, tempatnya menggantungkan segenap cinta dan asa, malah berbalik menusuknya dengan sangat keji seperti ini.
"Tak butuh? Kau ingin memiliki anak sendiri? Benar? Bagaimana caranya? 3 tahun, Fea. 3 tahun kita sudah bersama, tapi hingga saat ini apa kau menunjukkan tanda-tanda kehamilan? Tidak, bukan?" ejek Aryan. Sebenarnya ia tidak ingin mengatakan ini, tapi ia terpaksa agar Alfea sadar posisinya dan mau menerima anaknya dan Dilla.
Tanpa Aryan ketahui, tentu Alfea bisa membuktikan ia bisa memiliki anak sendiri, tapi ia tak perlu memberitahu Aryan. Alfea tak mau, bertahan hanya untuk tersakiti. Ia yakin, bila Aryan tau tentang kehamilannya, ia pasti takkan melepaskannya. Ia tak mau bertahan saat adanya orang ketiga dalam pernikahnnya.
"Ya sudah, kalau menurutmu aku tak bisa, tak masalah. Tapi yang pasti, aku takkan menerima anak itu maupun perempuan itu. Ah, bukan hanya mereka berdua, tapi kau juga. Aku sudah terlanjur jijik padamu. Aku sangat-sangat J-I-J-I-K!" tekan Alfea agar mereka sadar perbuatan mereka berselingkuh di belakangnya itu sangat menjijikkan.
Alfea tidak pernah merendahkan seseorang yang hamil di luar nikah, tapi ini berbeda. Wanita itu hamil oleh suaminya. Bukan melalui jalur yang benar, tapi melalui perzinahan. Istri mana yang mampu memaafkan dan menerima suaminya yang telah bergumul dengan perempuan lain tanpa ikatan yang sah? Alfea pikir tak ada, begitu pula Alfea. Alfea tak mampu membayangkan bagaimana dengan kejinya mereka bergumul mesra di rumahnya. Bila membayangkan itu, seketika Alfea mual. Rasanya ingin muntah, namun ia tahan.
"Baiklah, aku beri kau 2 pilihan. Terima Dilla dan anaknya, atau-" napas Aryan tercekat saat hendak melanjutkan ucapannya.
"Aku pilih yang kedua, berpisah," potong Alfea cepat tanpa basa-basi membuat Aryan bagai tersambar petir di siang bolong.
'Hebat banget kamu, Mas. Kamu lebih memilih menjandakan istrimu sendiri demi janda lain,' lirih Alfea Nalingkas.
"Pikirkan baik-baik, Fea, jangan bertindak gegabah. Bukankah lebih baik kau menerima Dilla dan anaknya? Kau bisa menjadikan anaknya sebagai anakmu sendiri. Dilla juga tidak masalah bila anaknya dijadikan anakmu," bujuk Aryan.
Sesungguhnya dalam hati ia pun tak rela kehilangan Alfea. Alfea adalah cinta pertamanya. Ia sangat mencintai Alfea tapi ia juga menginginkan kehadiran seorang anak. Sungguh tak pernah sekalipun ia berpikir untuk menduakan Alfea, tapi kehadiran Dilla si janda yang cukup cantik walau kecantikannya masih kalah dari Alfea mampu memberikannya harapan untuk memiliki seorang anak. Dengan begitu ia dapat mematahkan argumen orang-orang yang mengatakan dirinya mandul. Dan kini terbukti, Dilla hamil. Ia akan memiliki seorang anak. Anak yang telah dinanti-nantikannya selama 3 tahun ini.
"Keputusanku sudah mutlak. Kaca yang pecah takkan mungkin bisa kembali utuh. Begitu pula hatiku, kini telah hancur berkeping-keping. Andai kalian tidak menusukku dari belakang, mungkin aku masih mempertimbangkannya, tapi cara kalian yang kalian pilih begitu keji dan aku takkan bisa memaafkannya. Aku tetap pada keputusanku, aku ingin kita berpisah. Jadi kalian bisa berbahagia dengan anak-anak kalian tanpa ada aku sang pengganggu."

Komentar Buku (142)

  • avatar
    Mohd shukeriNorhidayu

    bagus

    07/07

      0
  • avatar
    MuharmanImam

    mantap. cuy

    26/06

      0
  • avatar
    Sri Hartati Partll

    suka

    08/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru