logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 GARA-GARA KEPELESET

Disentuh, Caesar adalah lelaki pertama yang menyentuh tubuhnya. Seumur hidup Abygail, hanya kedua orang tua dan sahabatnya yang menyentunya. Ia buta akan cinta, buta akan pacaran, tidak pernah mendengar kata-kata porno atau apalah. Tapi kini di tangan sang musuh, lelaki yang sudah memisahkan ia dengan kedua orang terhebat dalam hidupnya, menyentuh seinci demi seinci tubuh sensitive Abygail.
Jika bukan karena demi dendamnya pada lelaki itu, ia tidak akan pernah sudi membiarkan tubuhnya disentuh oleh siapapun.
Satu sentuhan saja sudah membuat hormone di dalam V Aby berkedut. Sebuah perasaan berbeda menyerang aliran darah Aby. Sekuat tenaga Aby berusaha mengontrol hasratnya. Memanggil terus alam kesadarannya. Agh, andai saat ini dia membawa senjata sudah dipecahkannya otak cabul lelaki ini.
“Bos … apa yang bos lakukan?” Aby harus berkomunikasi. Ya, dia harus melakukannya untuk mengontrol kesadarannya. Tangan laki-laki itu sudah berhasil membuatnya terbuai.
“Apa kau menikmatinya?”
“Nikmat pantatmu! Sumpah aku ingin mencincangmu detik ini,” maki batin Abygail.
“Eh, tidak bos.”
“Apa?!” pekik Caesar terdengar kesal. Ia menarik tangannya menjauh dan berbicara ketus pada Abygail yang masih di posisi menugging. Aby bernapas lega.
“Apa kamu ini benar pernah melakukannya atau tidak? Sentuhanku begitu sangat lembut. Bahkan para wanitaku langsung mendesah begitu tanganku bergerak.”
“Bos, bos bagaimana sih, saya dan wanita yang lain tidak sama. Kami memiliki kemampuan hormone yang berbeda. Bos tidak bisa menyamakan kami.” Caesar memanggut.
“Benar juga kata-kata kamu. Lalu memangnya berapa lama pacarmu menidurimu setiap kali kalian melakukannya?”
“Agh, mana saya tahu bos. Saya hanya tahu saya dan dia sudah tertidur karena lelah. Bos! Apakah sudah selesai? Saya capek begini, Bos!”
“Belum. Saya bahkan belum memulai.” Caesar terus melanjutkan perjalanan telujuk tangannya naik menuju kulit bokong Abygail. Tak lama lelaki itu mendekatkan tubuh bagian bawahnya. Telinga Abygail menangkap suara resleting celana yang sedang dibuka Caesar.
Hatinya semakin tak menentu, jantungnya berpacu mengalahkan pacuan kuda yang berkejaran. Lambung dan pencernaannya mulai bergejolak tak menentu. Hingga rasa ingin buang angin semakin terasa.
“Ya Tuhan, begini lagi. Aku rasanya ingin … ingin … agh, masa bodo, aku sudah tidak tahan.” Gerutu batin Abygail.
Detik itu juga bertepatan saat Caesar berniat ingin mencium kulit bokong Abygail, hidung laki-laki itu mengendus-endus. Ada aroma tak sedap menyembur dari lipatan pantat Abygail.
“Sial! Apa kamu kentut, Viens?!” pekiknya kesal. Abygail memejamkan mata karena lega. Tapi ia tidak tahu jika di belakangnya Caesar sudah berbungkus kekesalan karena mendapat balasan berupa kentut.
“Ma … maafkan saya bos, saya … saya sakit perut, Bos. Jika sedang gerogi atau gugup, maka saya ingin buang angin, Bos.” Abygail memutar balik badannya. Pinggangnya terasa keram di posisi seperti itu beberapa puluh menit.
Abygail terduduk di bibir ranjang menatapi Caesar yang bergelatah sambil menutup hidungnya. Tidak hanya itu ia mengibas-ngibaskan tangannya menyapu aroma ketut Abygail yang melambung dalam udara di ruangan itu.
“Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu gerogi dan memiliki kebiasaan buruk itu?”
“Apakah Bos bertanya? Bos hanya bertanya apakah saya sudah pernah pacaran, berapa pacar saya, dan berapa kali saya bercinta, hanya itu, Bos.”
“Aggh, diam! Kau selalu bisa mencari alasan saja.”
“Saya tidak mencari alasan Bos, tapi saya bicara kenyataan.”
‘Diam! Diam!” sebenarnya, dalam hati Abygail tertawa senang. Ia berhasil membuat lelaki itu tidak nyaman. Setidaknya gas kotoran perutnya adalah senjata ampuh menghindari terenggutnya sang mahkota.
“Sekarang aku tidak perlu sentuh-sentuh. Terlentanglah!” perintah Caesar. Lagi-lagi Abygail mematung. Rupanya lelaki itu belum menyerah dengan tes gila ini.
“Kenapa kamu bengong?!” bentaknya.
“Bos, kenapa kita tidak menyudahinya saja. Ini sia-sia. Bukankah di luar sana ada banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan.”
“Oh, jadi kamu tidak mau? Baik, kita sudahi saja. Dan kamu tidak perlu datang lagi kemari.”
“Tidak, tidak, tidak! Jangan usir saya, Bos. Baiklah, saya akan melakukannya.” Sekali lagi Abygail menurut lagi karena ancaman Caesar yang selalu ingin mengusirnya.
“Buka bajumu semuanya.”
“Ha? Buka lagi?” kedua kaki Abygial mulai gemetar. Tak bisa dibayangkan bagaimana mulut lelaki itu menjilat-jilat seperti anjing di tubuhnya. Membuat ia mencium bau darah kedua orang tuanya pada Caesar.
“Kamu kenapa lagi?”
“Eh, Bos saya … saya … saya ingin … ini.” Abygail memperlihatkan jari kelingkingnya. Caesar menepuk kening sesalnya. Ia pun mengibaskan telapak tangannya meminta Aby pergi ke kamar mandi.
Begitu mendapat isyarat dari Caesar, Abygail bangkit dan hendak menarik celananya. Celana itu gagal menaik karena suara Caesar yang melarang.
“Jangan pakai celanamu. Biarkan begitu.”
“Tapi, Bos saya ….” Mulut Aby membungkam ketika lelaki itu menyorot tajam dan menggeram kesal ke arahnya. Abygail mendengkus lemah. Dengan langkah yang cukup pelan karena kewalahan dengan kain celana Jeansnya yang masih membelit kedua kaki, Aby memasuki toilet kamar.
“Ish, dasar lelaki aneh. Bagaimana aku bisa jalan dan kencing dengan celana seperti ini?!” ketusnya berlalu.
“Ehem!” Caesar hanya berdehem keras mendengar gerutuan Abygail.
Caesar tampak setia menunggu Abygail di dalam kamar mandi. Lelaki itu berdiri sambil bertolak pinggang. Cukup lama dari rentan seseorang membuang hajat kecil.
“Viens! Apa kamu mau menjadi penunggu kamar mandiku?! Jika dalam hitungan satu kamu tidak keluar, maka peluruku ini akan-”
“Iya Bos!” teriak Abygail berhambur terbirit-birit dari kamar mandi hingga melupakan celana di kedua kakinya.
“Iya! Iya! Iya BOOOSSS!” teriakan panik Abygail membuatnya kehilangan keseimbangan dan akhirnya tidak sengaja tersungkur ke lantai. Niat hati hendak berpegangan pada tubuh Caesar, tangan Aby malah menarik celana sang bos hingga melorot ke bawah dan mempertontonkan sang junior.
Mata Aby membelalak sangat sempurna ketika benda tumpul itu membidik apik tepat di depan matanya.
“Bos! Kenapa wajah Bos langsung berubah seperti ini?!” racaunya kaget kepada si junior Caesar.
“Kau bicara dengan siapa bodoh? Saya di sini,” suara Caesar datar. Aby langsung melonjak mundur dan sedikit mendongak. Mata Aby menekuk keras begitu menyadari kalau yang dilihatnya adalah kelamin Caesar.
Aby mengerjap-ngerjapkan matanya. Membuang pandangan ke arah lain. Geli, jijik, malu dan canggung membaur dalam dirinya saat itu.
“Matamu kenapa?”
“Tidak Bos, mata saya sepertinya perlu di sterlisasi. Apa Bos punya sanitizer, saya ingin membersihkan kotoran di mata saya, Bos.”
“Ckckckc, kamu pikir junior saya ini kumanan? Asal kamu, tahu dia memiliki perawatan khusus, salon khusus. Dan crem perawatan khusus juga. Maka dari itu setiap wanita senang mengulumnya.”
“Apa itu bisa dimakan Bos?” Caesar memutar bola matanya. Ini pertama kalinya ia menemukan wanita yang sama sekali buta tentang seks dan benda-benda yang berhubungan dengannya.
“Ya ampun. Viens, kamu dari zaman apa sebenarnya? Masa hal seperti ini kamu tidak tahu? Apa kau kurang belajar? Memangnya IQmu berapa?”
“Terakhir kali saya tes, 120 Bos. Dan itu di atas rata-rata.”
“Lalu kenapa yang beginian saja kamu tidak tahu. Saya jadi ragu … jangan, jangan kamu tidak pernah bercinta,” Caesar menatap curiga.

Komentar Buku (287)

  • avatar
    Farah Aida Ramli

    kadang sakit hati kadang kesian sama caesar dan aby..tp kenapa aby prgi😭

    07/07

      0
  • avatar
    01Riri

    the best❣️🔥

    22/04

      0
  • avatar
    AdeliaEcha

    kereeennnnnn

    04/11

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru