logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Cinta buta untuk  Marni

Cinta buta untuk Marni

Rishtey khoirunnisa


bab 1

marni masih duduk termenung di depan cermin. Marni ingin melarikan diri dari kehidupan ini. Namun rasa takut dan hormatnya pada Romo,yang membuatnya terkungkung di dalam kamar pengantinnya saat ini.
Terdengar derap langkah kaki di luar,suara alas kaki beradu dengan tanah sangat nyaring terdengar. Pintu kamar Marni berderit. Menandakan ada yang menggerakkannya. Marni masih belum kembali dari lamunannya.
"Mbak,mbak Marni harus siap. Harus kuat. Mbak sebentar lagi akan menjadi seorang istri." Ucap Bitung sembari mengusap pundak mandi dengan lembut.
Marni masih tak bergeming.
"Mbak. Katanya jadi penganten itu senang. Kenapa mbak malah murung?"tanya kasih adik Marni.
"Mbak."kata kasih sembari menggoyangkan tubuh Marni.
Marni tersentak,iapun kembali ke alam nyata,ia meninggalkan lamunan yang baru saja ia lalui.
"Buyung,aku Moh nikah."hanya itu yang terucap dari mulut Marni.
Kemudian Marni menangis terhubung di pelukan biyungnya.
"Mbak,jangan nangis mbak."kata kasih sembari ikut memeluk kakak tercinta.
Sementara sang biyungnya(ibu)hanya bisa tersenyum tipis sembari mengusap punggung putrinya.
"Sudah mbak,ayo kita ke depan. Romo dan para tamu sudah menunggu."titah biyungnya.
Kemudian biyung mengandeng kedua putrinya untuk keluar kamar. Sementara langkah kaki Marni masih tampak berat. Kasih memandang iba ke arak kakaknya,ia masih tak mengetahui kenapa makanya tampak murung.
Kemudian mereka berjalan beriringan. Para tamu kehormatan pun sudah tampak berdatangan. Romo yang notabennya orang penting di kampung,maka tak heran kalau banyak perangkat desa atau pejabat pemerintah yang turut hadir dalam acara pernikahan Marni.
Marni,aman di jodohkan dengan seorang pria yang lebih tua dari Marni. Yanto adalah anak pertama dari pasangan Supono dan marijah,Yanto memiliki adik yang bernama parti.
Romo Husen menjodohkan Marni dengan Yanto karena menurut kabar yang beredar kalau Supono adalah seorang tuan tanah dan ia penguasa perdagangan di wilayah tetangga.
Romo yang notabennya seorang politikus kala itu,ia ingin melebarkan sayap ke wilayah tetangga,dengan menjodohkan putrinya.
Sedangkan dalam benak Marni tak pernah terbersit akan menikah dengan pria dengan perawakan tinggi,besar,hitam dan berkumis,rambutnya pun kribo kemana-mana. Marni pun tak pernah di pertemukan terlebih dahulu dengan Yanto. Marni merasa ketakutan saat mata Yanto memandang ke arahnya.
Sementara Romo Husen dan Supono,tampak bahagia dengan penyatuan anak-anak mereka. Berbeda dengan marijah,ia tampak memalingkan wajahnya. Ia sama sekali tak menyetujui perjodohan ini. Karena ia sebetulnya sudah memiliki calon mantu sendiri dari ibu kota yang notabennya lebih moderen. Namun Supono menolak permintaan istrinya,setelah mendapat lamaran dari Romo Husen. Supono merasa sungkan kalau menolak penyatuan kedua keluarga itu,karena Romo orang yang sangat berpengaruh.
Acara pernikahan berlangsung dengan meriah. Supono dan Romo Husen tampak tak henti menebar senyum. Sedangkan Yanto wajahnya tetap saja datar. Ia sama sekali tak menunjukan expresi apapun. Berbeda dengan Marni,ia tampak takut,cemas dan marah.
Tiba saat malam pengantin Marni,rumah Marni yang hanya beralaskan tanah dan berdindingkan gedek(anyaman bambu) masih tampak ramai para famili. Marni masih ikut bergabung bersama saudara yang masih menginap di rumahnya. Sementara yanto,ia sudah berada di dalam kamar pengantinnya.
Saat Marni sedang asik bercanda sejenak,ia di kejutkan dengan bentakan dari Romo.
"Marni!"bentaknya.
"Iya Romo."saut Marni dengan lembut.
"Ngapain kamu di sini? Mana suamimu?"tanya Romo sembari berkecamuk pinggang.
"Nggak tau,Romo."saut Marni tertunduk.
"Cari.."perintah Romo sembari mengacungkan jarinya ke arah luar.
"Iya."timpal Marni.
Kemudian Marni mencari Yanto ke segala arah. Namun ia tak menemukannya. Marni merasa sangat marak pada dirinya sendiri. Kemudian ia berjalan melewati kamarnya dengan korden yang masih belum tertutup. Iapun memalingkan wajahnya ke arah dalam kamar,ia melihat Yanto sudah tertidur dengan mengeluarkan dengkuran halusnya.
Ketemu?"tanya Romo.
"Sudah tidur,Romo"saut Marni sembari menunjuk ke dalam kamar.
"Ya sudah masuk!"perintah Romo.
Marni masih terdiam tak bergeming.
"Marni! Masuk!"bentak Romo sembari mengacungkan teken(tongkat untuk membantu ketika berjalan)
Tanpa aba-aba selanjutnya Nasrani langsung masuk kamar. Dan ia menutup korden(kain yang di jadikan penutup/pintu).Marni tak langsung berbaring di ranjangnya. Ia masih berdiri mematung sembari memeluk tubuhnya.
Romo kemudian membuka korden,ia tampak melotot. Memberi kode agar Marni segera mendekati suaminya. Marni yang mendapat perintah pun tak kuasa menolak. Ia pun duduk dengan sangat hati-hati di pinggir ranjang reognya yang terbuat dari bambu.
Marni berusaha untuk tidak membangunkan Yanto dengan bunyi decitan ranjang bambu ketika Marni duduk. Sementara Romo mengetahui putrinya hanya duduk di tepi ranjang,ia kembali membelalakkan matanya sembari mengacaukan teken ke arah Marni.
Marni yang merasa terancam atas tingkah romonyapun akhirnya menurutinya. Marni merebahkan tubuhnya secara perlahan-lahan. Marni pun berhasil merebahkan tubuhnya di pinggir ranjang reotnya. Romo kemudian meninggalkan kamar Marni.
Marni masih Tek berani bergerak. Takut akan menimbulkan bunyi dari decitan ranjang reotnya. Namun di luar dugaan,Yanto seketika memeluk Marni. Saat Marni akan melepaskan pelukannya,namun sudah terlambat. Yanto sedang mengunci tubuh Marni,Yanto sudah terduduk di atas tubuh Marni. Ia sudah siap menikmati tubuh Marni. Sedangkan Marni hanya bisa tergugu dengan apa yang Yanto lakukan.
Saat Yanto telah selesai menikmati tubuh Marni,ia langsung terkulai di samping marni.masih dengan telanjang bulat. Iapun tak memperdulikan keadaannya maupun keadaan Marni.sementara Romo mengintip kegiatan pengantin baru dari balik pintu kamar. Ia hanya tersenyum melihat penyiksaan yayang Marni alami.
Marni masih tergugu,ia melorot di bawah ranjang reotnya. Marni meraung sejadi-jadinya. Marni kemudian meraup tanah yang menjadi lantai di rumahnya. Iapun menggosokkan tanah ke sekujur tubuhnya. Ia terus menangis.
Saat Marni melihat banyak bercak darah membekas di ranjangnya,iapun semakin histeris dan semakin menjadi.
Sampai kasih datang memasuki kamar kakaknya.
"Buyung,mbak Marni kenapa?"teriak kasih.
Kasih kemudian melihat Yanto yang terlentang dengan keadaan telanjang bulat,kasihan langsung tersulit emosi. Ia mengambil sapu,dan ia memukulkan sapu pada Yanto sembari berteriak.
"Kau apakan mbakku. Dasar,"maki kasih.
Sementara yanto tak menggubrisnya. Iapun melanjutkan tidurnya setelah ia mengambil sarung di sebelahnya. Dan menutupi bagian bawah perutnya.
Kasih semakin kebingungan melihat kakaknya yang semakin histeris. Kasih kemudian memeluk Marni dan iapun ikut menangis.
Tak lama biung datang. Ia kemudian memeluk Marni sembari mengusap wajah putrinya.
"Mbak Marni,kamu harus ikhlas. Ini sudah tugas kamu sebagai istrinya .kini Yanto adalah suamimu. Dan kamu harus berbakti kepadanya. Apapun itu."nasehat biyung.
"Tapi,Marni tidak cinta Yung "ucap Marni.
"Cinta nanti akan datang dengan sendirinya,mbak. Sudah sana mandi."perintah biyung.
namun biyung masih celinguan melihat sekeliling ranjang. ia tak menemukan noda bercak darah di ranjang Marni. namun Biyung hanya bisa trrdiam. karena takut akan menyulitkan Marni.
Marni tanpa berkata-kata,iapun berjalan dengan tubuh polos dan penuh tanah menuju bilik. Kamar mandi Marni berada terpisah dari rumahnya. Dan Marni masih terus meratapi hidupnya yang harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia ketahui. Marni terus menggosok setiap tubuh yang telah di jamah oleh Yanto dengan sangat kasarnya. Sampa-sampai setiap kulitnya terasa sangat panas dan perih.

Komentar Buku (115)

  • avatar
    RahayuningtyasSelfi Aprilia

    bagus

    2d

      0
  • avatar
    KhairunnisaYasmin

    bagus

    12d

      0
  • avatar
    NiRa

    ceritanya sangat bagus saya suka

    17d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru