logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Undangan Pak Tarno

Tetangga Sebelah Rumah
Part 2
Tak lama terdengar suara pintu diketuk, Tok! Tok! Tok!
Aku pun langsung bergegas menuju ke ruang tamu untuk segera membukakan pintu.
Dan ternyata yang datang adalah Mbak Ella, dia membawa sepiring pisang goreng ditangannya.
"Maaf, Mbak. Saya ganggu ya? Ini ada sedikit makanan untuk Suaminya," dia menyodorkan piring berisi pisang goreng tersebut ke arahku, jelas aku terpaku bukan karena pemberiannya tapi karena ucapannya.
"Mbak, kok bengong sih? ini silahkan diambil," seketika aku terkesiap dan tersadar kembali dari lamunan, dia sedikit memaksa dengan menyuruhku mengambil piring tersebut.
Lalu mau tak mau karena aku orangnya yang nggak enakan akhirnya piring tersebut kuambil dari tangannya, dia tersenyum licik.
"Makasih Mbak Ella, atas pemberian pisang gorengnya. emangnya lagi ada acara apa ya pake acara ngasih pisang goreng segala? mana buat suami saya doang lagi? disini kan juga ada saya juga sama anak-anak?" sindirku.
"Hhm … nggak ada acara apa-apa sih, Mbak. itu cuma sebagai tanda perkenalan aja sama tetangga baru, apalagi Mbak baru pindahan kan ya? pasti belum sempet masak buat suaminya, kasian kan suaminya takut kelaperan. nah itu buat ganjel perut kan juga lumayan, daripada kelaperan," jelasnya panjang lebar, sambil memamerkan deretan giginya yang sepertinya abis dibikin putih, sedangkan aku hanya tersenyum kecut menanggapinya.
'Tadi aja jutek banget sama gue, giliran sekarang kesini dateng bebawaan ternyata ada maunya, bilang aja mau kenalan sama laki gue, jangan harap Markonah!' rutukku dalam hati.
"Oh gitu, iya juga sih Mbak Ella bener, kok Mbak Ella tau sih kalau saya belum masak? Jangan-jangan Mbak Ella mata-matain saya ya?" dia malah melotot, wajahnya berubah jadi menakutkan, eh nggak deh, berubah menjadi jutek maksudnya.
"Ya, namanya abis pindahan kan pasti belum sempet masak, Mbak. kasian kan suaminya takut kelaperan. Ehem, dari tadi saya nggak disuruh masuk nih? pegel nih kaki saya berdiri terus disini," sekarang gantian aku yang melotot, nggak salah denger nih gue, kenapa ada ya orang kayak gini?
Astaghfirullah. kirain abis ngasih pisang goreng, dia mau langsung pamit terus pulang, ternyata dia minta masuk ke rumah guys! nekat banget ya? 
Terus tadi dia bilang apa? Katanya kasian suami gue takut kelaperan? gue istrinya, Mbak. kenapa situ yang panik sih? gggrrr.
"Masuk? Mbak mau masuk? tadi pagi saya tawarin nggak mau, sekarang minta masuk? Ah plin-plan nih Mbak Ella," sindirku lagi, dia berdecak kesal, sambil menghentak-hentakkan kakinya.
"Ya udah kalau nggak di bolehin juga gapapa, saya permisi dulu, dasar tetangga nggak tau terima kasih. Udah dikasih makanan tapi malah diusir." Dia mencak-mencak sambil berlalu pergi, aku pun hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah tetangga aneh tersebut.
Alhamdulillah akhirnya pergi juga wewe gombel itu, hayati sampai lelah ngadepinnya. Baru kali ini nemu tetangga absurd kaya gitu. Kalau ditanya di dunia nyata ada apa nggak? jawabannya ada. Wkwkwk.
💋💋💋💋
Sesampainya di dapur aku menaruh piring pisang goreng tadi di atas meja dekat Mas Rian dan anak-anak yang sedang makan.
"Lama amat sih kamu diluar. emangnya siapa yang datang? terus ini dari siapa?" Mas Rian merenteti dengan banyak pertanyaan sambil menunjuk piring pisang goreng tadi.
"Itu, orang yang tadi kita omongin. si 'tetangga aneh'. dia ngasih pisang goreng ini katanya buat kamu, takut kamu kelaperan, perhatian banget ya? wewe gombel satu itu, cie cie …" jawabku sambil meledek Mas Rian yang terbengong karena mendengar ucapanku barusan.
"Apaan sih, ngarang kamu ah. buat rame-rame kali maksud dia. makan aja sama kamu atau kasihin ke orang aja, aku lagian juga udah kenyang, aku mau istirahat dulu ya? capek nih pegel-pegel badan ngerentek semua," Mas Rian bersiap untuk segera ke kamar, sedangkan aku hanya senyum-senyum sendiri dari tadi.
Aku memang sudah yakin sedari tadi, kalau suamiku itu nggak bakal mau makan pemberian dari tetangga, karena entah kenapa dia paling nggak suka makan makanan dari pemberian orang, apalagi ini dari tetangga baru yang absurd itu.
Pernah dulu waktu kami tinggal di kontrakan lama, ada salah seorang tetangga memberikan kami makanan berupa sayur asem dan lauk pauknya, menurutku itu sangat lezat dan kebetulan juga emang belum masak. 
Saat Mas Rian pulang kerja, lalu aku tawari makanan tersebut, dia malah menolak dan menyuruhku untuk membeli makan saja di warung masakan padang tak jauh dari rumah, alasannya nggak doyan masakan orang. Aneh! Padahal kan kalau beli juga namanya masakan orang juga.
Makanya aku tak terlalu khawatir saat wewe gombel tadi memberikan pisang gorengnya untuk Mas Rian, karena udah pasti dia nggak bakal mau.
"Mah! Dih, dia malah bengong sambil senyam-senyum sendiri lagi? Kamu kenapa? sehat kan?" Mas Rian membuyarkan lamunanku lagi, kali ini dia malah memegang keningku dengan telapak tangannya, emangnya aku sakit apa?
"Apaan sih, Mas. orang aku nggak kenapa-napa kok. ya udah sana istirahat jangan lupa mimpiin aku ya Cinta," aku menepis tangannya, kemudian memberikan kata-kata romantis untuk Suamiku yang satu itu.
"Iya Sayangku." Dia pun berlalu pergi.
Kami memang selalu menggunakan panggilan romantis, agar rumah tangga selalu terasa hangat, dan prinsip dalam rumah tangga kami selalu menggunakan moto 4L yaitu Keterbukaan, Kesetiaan, Kerja Sama, dan Kasih Sayang.
Semoga Rumah tangga kami selalu dilindungi oleh Allah, dan dijauhkan dari pelakor. Aamiin.
💋💋💋💋
Mas Rian hari ini sudah mulai masuk kerja lagi, karena semua printilan pindahan udah beres sejak kemarin.
"Aku berangkat dulu ya, Mah. doain suaminya kalau lagi cari nafkah," dia menyodorkan tangannya, lalu kucium tangannya dengan penuh hormat.
"Hati-hati, ya Mas. semoga hari ini berkah, rejekinya lancar mengalir deras, Aamiin," ucapku sambil mendoakan.
"Aamiin." Lalu Mas Rian segera menaiki motornya dan berlalu pergi.
Aku melirik ke arah rumah Mbak Ella, dia sedang mengintip kami dari tadi sepertinya dari celah pagar, kudiamkan saja dan segera berlalu untuk masuk ke dalam rumah.
"Mbak, Mbak … tunggu!" tiba-tiba suara seseorang memanggilku.
Lalu saat aku membalikkan badan, ternyata seorang laki-laki paruh baya, siapa ya kira-kira?
"Mbak orang baru ya disini? Pindah kapan?" Dia menelisik dari atas sampai bawah, tentu saja membuatku terasa canggung.
"Iya, Pak. kemarin Pak saya pindahannya. ada apa ya Pak?" tanyaku lagi pada laki-laki paruh baya ini.
"Kenalin saya Tarno, jangan manggil Bapak, panggil Mas aja ya? saya kan belum terlalu tua, masih umur 50 an lah," ucapnya sambil memamerkan giginya yang hampir semuanya berwarna emas, membuatku bergidik ngeri membayangkan kalau dilahap oleh Bapak tua ini. Mana pede banget lagi suruh panggil Mas. Wkwkwk.
"Iya Pak, eh Mas Tarno. ada apa ya tadi manggil saya?" tanyaku lagi penasaran.
"Eh, iya lupa kan tuh. Ini ada undangan buat Mbak-nya ya? anak saya yang pertama mau nikah, jangan lupa datang ya Mbak?" Dia menyerahkan selembar undangan kepadaku sambil cengar-cengir nggak jelas. Aneh.
"Makasih Pak, udah undang saya. Padahal saya orang baru loh disini, oh iya sebentar Pak." lalu aku segera buru-buru ke dalam untuk mengambil piring berisikan pisang goreng kemarin yang sudah kuhangatkan sebelumnya, karena sayang juga mau dibuang, maka dari itu aku kasihkan saja pada Pak Tarno.
"Ini Pak, silahkan dicicipin ya? Mudah-mudahan doyan," aku memberikan piring isi pisang tersebut ke Pak Tarno dan langsung diterimanya tanpa basa-basi.
"Ya Ampun, makasih loh Mbak. Pakai acara ngasih-ngasih segala, nggak enak saya jadinya," dia masih cengar-cengir nggak jelas.
"Iya, Pak, gapapa kok santai aja. Jangan lupa dicobain ya, Pak?" 
"Sipp. saya pamit dulu ya? Oh iya, inget! Jangan panggil Bapak, panggil Mas aja biar akrab," ujarnya lagi sebelum pergi, apa-apaan udah tuir begitu maunya di panggil Mas? dasar aneh juga nih tetangga.
"Ok Pak. Hati-hati awas kesandung." Dia hanya mengacungkan jempol tangannya dan berlalu pergi.
Lalu aku masuk ke dalam rumah, tiba-tiba terdengar pintu diketuk dengan keras.
Dug!
Dug!
Dug!
"Iya sebentar, sabar napa." teriakku dari dalam, karena memang aku sedang di dapur.
Saat kubuka ternyata yang datang adalah Mbak Ella lagi.
"Ada apa ya Mbak? ngetuk pintunya pelan aja, saya belum budek kok," dia melotot lagi mendengar ucapanku barusan.
"Maksud Mbak apa? kenapa pisang goreng yang saya kasih kemarin malah dikasihin lagi ke Pak Tarno? nggak sopan sama pemberian tetangga!" dia marah-marah guys sama aku.
"Loh, kan Mbak udah ngasih buat saya ya? terserah saya dong mau saya apain tuh pisang goreng, mau saya ancurin juga urusan saya, bukan urusan Mbak," jawabku sambil memandangnya dengan sinis.
"Jangan kepedean ya kamu, itu buat suami kamu, bukan buat kamu. Ngerti!" Lalu dia pergi sambil menghentak-hentakan kakinya lagi, kebiasaan jalannya begitu.

Komentar Buku (219)

  • avatar
    FahrulAzes

    bisa

    21d

      0
  • avatar
    GalangMama

    bagus

    27d

      0
  • avatar
    AjeeArjuna

    baguss

    23/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru