logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

RUMAH KEDUA SUAMIKU

RUMAH KEDUA SUAMIKU

Nur Hanifah Hanif


Bab 1 pulang tanpa aku

"Kamu yakin, nggak mau ikut ,Mas pulang?"tanya suamiku saat aku memasukan baju-baju ke dalam tas ransel besar yang akan di bawanya pulang.
"Yakin"jawabku singkat. Aku terus memasuk-masukan baju suamiku yang akan di bawanya. Ku pastikan semua yang akan dipakai disana selama tiga hari tak ada yang tertinggal.
Liburan awal tahun, memang menjadi rutinitas aku dan suami untuk mengunjungi rumah mertua yang jaraknya 3 jam dari rumahku. Tapi itu dulu, saat perang dunia belum melanda. Dua tahun terakhir ini aku jarang ikut Mas Fery pulang. Terakhir lebaran entah tahun kapan. Yang jelas, sudah dua lebaran aku tak ikut pulang juga dua kali tahun baru tak ikut pulang juga. Aku malas dengan sindiran dan kata-kata pedas dari kakak iparku atau kakak kandung Mas Fery jika sedang berada disana. Setelah perang dingin melanda karena aku sakit hati dengan sindiran Kakak ipar, aku enggan dan berat hati rasanya untuk menginjakkan kaki disana.

Alhasil,kalau sedang begini aku dan Mas Fery akan cekcok karena aku gak mau diajak pulang. Tapi kali ini Mas Fery santai saja. Mungkin sudah bosan selalu membujukku untuk ikut tetapi aku tak pernah mau.
Aku beralasan kalau capek naik kendaraan lama. Belum lagi cuaca yang panas disana. Belum lagi tugas dari kepala sekolah yang harus aku selesaikan dengan segera. Padahal itu semua hanya alibi agar aku tak ikut pulang.
"Yasudah kalau begitu, jaga diri baik-baik"ucapnya tak seperti biasa.Padahal biasanya dia akan me.ohon dEngan wajah di tekuk, berujung ribut dan saling diam akrena kesal.
Kemudian Mas Fery beranjak, menarik tubuhku ke pelukannya.
Ah, aroma tubuh Mas Fery pasti bakal aku rindukan tiga hari kedepan.Tapi,anehnya tak ada bujukan atau Mas Fery akan marah seperti sebelum-sebelumnya jika aku bersikeras tetap disini. Mungkin memang sudah bosan.
Aku mengiringi kepergian suamiku sampai mobil yang di kendarai nya benar-benar hilang dari pandanganku.
Seperginya Mas Fery, aku merebahkan diri di kasur. Bingung kalau suami nggak ada. Aku mau memulai beresan rumah dari mana ini? kalau nggak ada suami sebetulnya bisa lebih santai. Tapi, aku juga janjian dengan Azizah, teman mengajarku di sekolah yang sama untuk rekreasi di agrowisata dekat rumah sambil mengerjakan tugas kuliah. Ya, aku masih mahasiswa semester lima, meski umurku sudah mendekati usia kepala tiga.
Itu karena, setelah tamat SMA aku tak langsung kuliah karena keterbatasan biaya. Setelah lama bekerja dan menjadi guru honorer,mau gak mau aku harus melanjutkan pendidikan agar bisa mengajar dengan semestinya.
Kubuka ponsel ,dan melihat-lihat status WhatsApp orang-orang yang ada di daftar kontak ku.
Aku dan Aziza janjian satu jam lagi. Masih ada waktu untuk bersantai sambil bermain ponsel. Urusan rumah nanti sajalah.
Aku membuka faceebook. Kulihat status Kakak ipar pertamaku, Mbak Tatik. Sebuah uanggahan foto dengan seorang perempuan muda, kira-kira seumuranku dengan caption.
"Sedang menanti"
Aku mengernyitkan dahi. "Apa maksudnya?foto sama caption nggak nyambung"gumamku. Foto itu baru di unggah lima belas menit yang lalu. Sama seperti kepergian Mas Fery yang baru keluar rumah limabelas menit yang lalu juga.
**
Aku dan Aziza menikmati udara segar di saung depan kolam renang .Agrowisata jambu kristal di desaku ini baru buka dua tahun lalu, masih terhitung baru untuk sebuah tempat wisata. Apalagi tempatnya yang di desa begini, tak selalu ramai. Hari ini hanya ada lima pengunjung saja,serasa milik pribadi.
Sudah hampir Zuhur, Mas Fery belum mengabari kalau sudah sampai atau belum.Padahal harusnya dia sampai pada jam 11 siang tadi.
Ah, mungkin disana tak ada sinyal. Itu yang aku sebalkan kalau sedang LDR begini. Mas Fery akan jaraaaang sekali menghubungi aku karena memang sinyal yang kurang bagus di desa nya. Kadang ia gak peduli dengan HP nya. Berbeda kalau sedang dirumah. Rasanya tak pernah lepas dari HP.
Bukan nya mengerjakan tugas kuliah, kami malah asyik makan-makan disini. Selain Aku dan Aziza ada Laila dan Nisa teman sekelas kuliahku yang sama-sama mengerjakan tugas disini.
Menjelang ashar kami baru pulang,cukup puas untuk me time, walaupun tugas kuliah tetap utuh tak tersentuh. Yah begitulah memang.
Nggak enak memang berjauhan sama suami.Sampai detik ini, gak ada kabar dari Mas Fery. Aku melepas mukena setelah sholat isya.
[Mas, tadi sampai sana jam berapa]
aku mengirim pesan whatsappa pada Mas Fery. Terakhir dilihat pukul 19.25, artinya Mas Fery belum lama online. Tapi kenapa tak mengabariku sekedar memberi tahu sudah sampai apa belum?.
Pesan juga langsung centang dua meski masih abu-abu. Artinya tak ada masalah sinyal.
Lama pesanku tak di balas,aku mencoba menelpon.Berdering, tapi tak di angkat. Sudah kuduga, kalau disana entah apa yang membuat dia sibuk sampai bisa mengabaikan HP nya begitu.
Aku makan malam sendirian sembari masih menunggu kabar dari Mas Fery.
sampai aku selesai makan,belum ada balasan pesan.Tapi kulihat WhatsApp ya online limamenit yang lalu.
Aku mulai kesal.
[Sibuk banget Tah, sampai tak sempat ngabarin]
Kukirim pesan lagi.
Masih mencoba aku telpon, berdering tapi tak di angkat juga. Semakin kesal.
Bisa saja aku menelpon ke nomor kakak nya,atau iparku tapi aku lupa kalau aku tak punya nomor mereka. Ya, nomor kakak kakak iparku tak ada yang aku simpan karena aku malas statusku diintip dan nanti dikomentari yang tak mengenak kan hati. Bahkan kakak Mas Fery yang nomor dua, mengirim permintaan pertemanan di Facebook, tak kutanggapi. Biarlah, aku menjauh bukan untuk membenci, tapi untuk menghindari luka hati yang baru.
Aku menarik napas dengan berat. Sudah jauh dari suami, nggak ada komunikasi begini tuh rasanya aarrgghhhh nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
aku menggeser layar WhatsApp untuk melihat status dikontak whatsap.
Mas Fery membuat status sepuluh menit yang lalu. Cepat-cepat aku membukanya.
Foto blur nggak jelas, tapi samar-samar kulihat ada perempuan duduk, wajahnya bukan seperti wajah kakak ipar. Ah atau itu wajah Mbak Leni, Kakak ipar ku yang kedua, nggak jelas karena fotonya blur. Entah siapa yang membuat status ini. Apakah keponakan Mas Fery yang masih kelas satu SD?
[Bisa bikin status, tapi wa ku nggak di balas]
aku mengirim pesan komentar pada foto yang ada di status WA Mas Fery.
Sepuluhenit berlalu, pesanku centang dua biru.
Tapi, status itu sudah tak ada lagi disana.Dihapus.
[Ya Num, Mas Sampai rumah jam setengah sebelas tadi.Langsung istirahat capek jadi nggak sempet ngabari]
kubaca balasan dari Mas Fery yang malah menambah hatiku Gedeg.Mana bisa nggak sempat ngabari, tapi WhatsApp online.
[Huh. Lain kali jangan gitu ,Mas. Mas tu perjalanan jauh.Aku kan khawatir takut ada apa-apa kalau nggak ada kabar dari Mas]
balasku sedikit merajuk.
Mas Fery tak lagi online.Pesanku terabaikan lagi.
Ih ngeselin.
***
Hari libur, suami nggak dirumah rasanya sunyi banget. Aku berjalan kerumah sepupuku untuk bermain bersama Manda anak dari sepupuku, Manda baru berumur 7 bulan.Bermain bersamanya membuat aku sedikit lupa dengan perasaan kesalku dengan Mas Fery.
Dilema memang, ikut pulang takut sakit hati lagi, nggak ikut pulang ya gini makan hati pesan di abaikan.
Lapar juga lama-lama momong bayi tujuh bulan ini.Aku pulang untuk makan. Ku periksa whatsap, kalau-kalau ada pesan dari Mas Fery. Ah tapi nihil.
Kulihat status barangkali dia membuat status.
Eh beneran.Ada status Mas Fery.
Segera kubuka statusnya yang baru dibuat tiga puluh menit yang lalu.Artinya saat aku bermain bersama Manda tadi dong.
Sebuah Vidio.Sepertinya yang membuat status itu bukan Mas Fery. Terdengar gelak tawa keponakanya yang kelas satu SD itu sambil memegang kamera. Mereka sedang mandi di sungai. Sungai di desa Mas Fery memang besar ,airnya jernih dan mengalir deras. Batu-batu besar tersusun cantik disana.
Ada mas Fery, Mbak Tatik dan Mbak Leni. Juga Dea keponakan Mas Fery atau anak Mbak Tatik. Tapi, perempuan itu siapa? Yang duduk di batu bersebelahan dengan Mas Fery sambil melambaikan tangan ke arah kamera,Mas Fery juga tampak tersenyum santai seperti biasanya. Eh, sepertinya perempuan itu yang ada d status Facebook Mbak Tatik kemarin siang.
Siapa perempuan itu? kalau tetangganya, aku sedikit tau lah.
Perasaan itu bukan tetangga Mas Fery.Saudara juga sepertinya bukan.Keluarga Mas Fery disana tak ada saudara. Saudaranya ada di kabupaten lain, karena dulu orang tua Mas Fery membuka lahan saat ada program transmigrasi kesana.
Ish siapa perempuan itu?
Rasa laparku jadi hilang gara-gara melihat status tadi. Ku telpon, sama seperti kemarin tak di angkat juga. Ingin rasanya aku melempar HP ini, tapi sayang ini HP baru yang baru saja aku beli lima bulan lalu hasil dari jualan online gamis.
"Huh, ngeselin emang kalo udah ada dikampung, nggak inget istri . Padahal kalo dirumah HP terusssss"
Kukirim voce note dengan suara lantang saking kesalnya.
Sudahlah bodo amat, di balas syukur nggak dibalas juga sudah. Aku blokir saja nomornya dari pada aku berharap ada pesan dari dia, tapi nihil terus.
Baru mau meletak kan HP, ada panggilan dari nomor yang belum aku simpan.Tepatnya tidak aku simpan. Ini nomor Galih.Terlihat dari foto profil yang di pajang, ia sedang duduk di ujung perahu diatas laut.Galih adalah Teman SMA ku dulu, sempat pacaran tapi hanya sebentar,kemudian putus. Yang sampai terus ngejar-ngejar padahal sudah ku tolak berapa kali saat minta balikan.Sampai aku menikah pun dia masih mengejar.
Sebel rasanya, ku blokir juga nanti Galih ini. Eh, tapi kadang dia orangnya kocak, suka bikin aku ketawa.
Ah, tapi ngapain juga meladeni dia.Nanti jadi Geer. Ku geser lencana merah ke atas, kutolak panggilan Galih.
Yang kuharap Mas Fery, malah yang datang Galih. Dasar
Laparku tak bisa di tahan lagi.Ternyata rasa kesal hanya menghilangkan rasa lapar sejenak.Aku makan siang lagi-lagi sendirian.Ah aku tak mau pusing, ku makan nasi dan lauk banyak-banyak biar aku gemuk biar kakak iparku nggak mengomentari aku kurus lagi, kurang bahagia dan kurang makan katanya.Padahal kalau aku kurang bahagia dan kurang makan, salah adiknya lah.Berarti tidak bisa membahagiakanku dan tak bisa memberi makan aku makanan sehat. Tapi tak mungkin juga aku jawab begitu pada kakak ipar, yang ada nanti malah ribut.
Serba salah memang punya Kakak Ipar yang usianya terpaut jauh. Nggak SE frekuensi. Sindiranya di biarkan sakit hati, di lawan jadi ribut.
Itulah yang mambuat aku malas pulang kerumah mertua. Mertuapun sama saja, selalu menyindir-nyindir aku dengan membicarakan sikap anak teman nya yang katanya nyenangkan itu. Entah siapa orangnya yang dibicarakan itu aku tak tau. Tapi selalu, kalau aku disana mertua akan menceritakan orang itu. Namanya Selfi, entah Selfi siapa. Selfi Sukaesih kali.
[Hanum,aku main kerumahmu ya]
Kubaca pesan dari galih.
Dasar laki-laki otaknya sengklek.Sudah jelas-jelas banyak gadis,masih aja ngejar-ngejar istri orang.
Ku kirim saja foto ku dan Mas Fery dengan pose paling romantis pada Galih. Berharap dia panas dan sakit hati lalu tak mengenalku lagi.
[Boleh kan,Num?]
Eh malah bertanya. Buta apa gak peka nih orang.
"Nggak"
Kubalas pesan dari Galih.
Dia membalas lagi
Tapi, tak ku ladeni. Aku masih kesel.

Komentar Buku (48)

  • avatar
    PertamaHeldi

    jelekk

    11/08

      0
  • avatar
    dari07Wulan

    Kren bnget kak

    23/07

      0
  • avatar
    alfiandandy

    bagus

    14/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru