logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Aku Diantara Suamiku Dan Sahabatnya

Aku Diantara Suamiku Dan Sahabatnya

Puji Jiejie


Bab 1 Pelukan Mas Rama

Sabtu, 10 Mei 2019
Entah apa salahku sehingga aku harus menjalani pernikahan seperti ini. Salahkah aku sebagai seorang anak yang ingin berbakti dengan menuruti permintaan kedua orang tuanya.
Salahkah aku yang hanya ingin melihat kedua orang tuaku bahagia.
Aku sudah mengorbankan pernikahan impianku demi perjodohan ini, tapi kenapa aku harus mengalami semua ini ya Allah.
Aku sebenarnya sudah tidak sanggup lagi menjalani hidup di sini, aku sudah berusaha untuk berbakti padanya, mengisi hatiku dengan namanya, menjadikannya satu-satunya dihidupku dan selalu mengutamakan dirinya dari pada apapun. Tapi apa yang aku dapat setelah memenuhi kewajibanku sebagai seorang istri, yang ku dapat hanya ‘tahta tanpa mahkota’. Hanya punya tahta sebagai seorang istri tapi tak pernah mendapatkan mahkota dari suami sendiri.
Aku tidak butuh itu semuanya ya Allah, aku tidak butuh dimanjakan dengan segala fasilitas mewah dan juga uang yang berlimpah, aku hanya butuh kasih sayang darinya dan pengakuan dari dirinya sebagai seorang istri.
Satu lagi, aku sangat muak dengan sikap sopan dan tanggung jawabnya. Aku tak perlu itu, lebih baik kamu bersikap acuh tak acuh saja daripada sok baik seperti itu.
Aku lelah.
Aku ingin bebas kalau memang kamu hanya menganggapku wanita asing seperni ini.
Anisa
Aku menulis keluh kesahku di buku diari yang baru saja aku beli siang tadi. Air mata dipelupuk mataku mulai turun dengan derasnya, aku tidak peduli kalau pembantu di rumah ini mendengar tangisanku saat ini.
Pedih, itu yang saat ini aku rasakan, seperti ada batu yang mengganjal di dadaku sehingga akan menyesakkan kalau tidak segera dikeluarkan lewat air mata.
Ya, seperti inilah keseharianku, selalu diam-diam menangis di kamar pribadiku ini sendirian. Kami tidak tidur satu ranjang, kami tidur secara terpisah. Kamar Mas Rama ada di lantai atas, sedangkan aku di lantai bawah dekat ruang tamu. Kami biasanya hanya bertemu saat sarapan dan makan malam karena ia selalu sibuk bekerja dan aku juga sudah tidak mau melayaninya seperti saat awal pernikahan.
Ku usap air mataku setelah beban di dadaku meringan, aku lalu memberikan sedikit polesan bedak dan riasan supaya tidak ada yang menyadari wajah sembabku.
Ku lirik jam di dinding kamarku, pukul 7 malam artinya sebentar lagi aku harus keluar untuk makan malam bareng Mas Rama.
Tok, tok, tok.
“Mbak anisa udah di tungguin Mas Rama di meja makan.”
Terdengar suara Sari dari balik pintu kamarku. Sari dan Mbok Minah adalah pembantu di rumah ini.
“Iya.” Jawabku dari dalam kamar, aku lalu bergegas keluar kamar menuju meja makan dan bergabung dengan Mas Rama yang sudah terlihat menyantap makanan di piringnya.
Ku dudukan diriku didepannya dan mengambil nasi serta lauk pauk yang berjajar memenuhi meja lalu menyantapnya dengan tenang.
“Besok anak temen almarhum bapak yang dari Surabaya mau datang, kemungkinan dia akan tinggal disini.” Ujar Mas Rama tiba-tiba, membuatku menoleh kearahnya sekejap lalu kembali fokus pada makananku.
“Dia rencananya mau buka cabang restoran disini, tapi karena dia perempuan jadi ayah ibunya khawatir kalau dia harus hidup sendiri. Kemarin mereka nelpon aku minta tolong supaya anaknya bisa tinggal di rumah kita, kamu gak keberatan kan?” tanyanya padaku.
Aku mendengarkannya dengan sedikit acuh tak acuh tidak terlalu memperdulikan ucapan Mas Rama.
“Iya, terserah Mas aja.” Jawabku seadanya.
“Besok jam 4 sorean paling dia udah nyampe.”
“Iya.” Jawabku acuh.
Saat itu aku tidak mengetahui kalau wanita yang datang besok sore itu akan membuat kisah rumah tanggaku menjadi lebih membara.
******
Hari ini Mas Rama pulang lebih awal dari kantornya, saat ini kita sedang duduk di ruang tamu menunggu kedatangan tamu yang Mas Rama katakan kemarin malam saat makan malam.
Pintu gerbang terbuka, munculah gadis berambut panjang lurus memasuki pekarangan rumah kami sambil menarik dua koper besar di kedua tangannya. Sari dan Mbok Minah langsung sigap berlari mengambil koper yang gadis itu bawa. Aku dan Mas Rama keluar menuju teras untuk menyambutnya.
“Mas Rama aku kangen banget tau gak sih sama kamu.”
Gadis itu berlari merentangkan tangannya dan langsung memeluk Mas Rama tepat di depan mataku. Aku terbelalak, yang ku tau Mas Rama orang yang sangat sensitif dengan wanita, ia selalu sopan dan bahkan tidak mau bersentuhan dengan wanita yang bukan mahromnya.
“Aku juga kangen.” Jawab Mas Rama memeluk balik gadis itu.
Aku hanya terdiam memperhatikan mereka, dalam hatiku aku merasa sedikit penasaran dengan sosok gadis ini karena menurutku dia tidak hanya sekedar anak teman ayahnya Mas Rama saja. Aku yakin Mas Rama sangat dekat dengan gadis itu, karena tidak mungkin Mas Rama memeluk sembarang orang.
Apakah mungkin dia orang yang spesial untuk Mas Rama?
“Silahkan masuk mbak.”
Ujarku menyadarkan mereka, Mas Rama lalu melepaskan pelukannya pada gadis itu, ia memutar tubuhnya menghadap ke arahku dengan satu tangan memegang tangan gadis itu. Dia kini menatapku dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
‘Apa aku mengganggu kegiatan kalian sampai kamu natapku seperti itu Mas. Harusnya aku yang menatapmu seperti itu. Kamulah yang bersalah disini Mas, kamu bahkan tanpa rasa segan memeluk wanita lain di hadapanku, dihadapan istrimu.’ Ingin ku suarakan suara hatiku ini dengan keras saat melihat tatapannya yang sangat menjengkelkan itu.
“Dia siapa Mas?” Kini giliran gadis itu yang menatapku tajam terkesan meremehkanku, ia mengerlingkan mata manja meminta penjelasan pada Mas Rama.
Mungkin dia pikir aku hanya salah satu pegawai Mas Rama, atau bahkan mungkin hanya dikira pembantu. Karena di lihat dari penampilan juga tak jauh beda dengan Sari. Kita memang sama-sama orang biasa kan, jadi wajar saja kalau cara berpaikaian kita sama, sama-sama beli dari pasar bukan dari toko atau supermarket.
“Anisa, Istri Mas Rama.” Ucapku dengan tegas, aku ingin menegaskan statusku pada gadis itu.
Dia terperangah tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Matanya terbuka lebar, tangannya bergetar menutup mulutnya dan kakinya sedikit terhuyung ke belakang.
“Is-istri?” Ucapnya terbata tidak percaya dengan apa yang telah ia dengar barusan. Kulihat matanya menatap Mas Rama meminta penjelasan.
Mas Rama membatu, raut wajahnya memucat, ia hempuskan nafas nya lalu menjawab pertanyaan gadis itu dengan lirih.
“Iya dia istriku, maaf aku tidak memberi tahumu tentang pernikahanku.” Gadis itu kembali terhuyung hampir terjatuh beruntung tepat di belakangnya ada pilar yang menahannya. Tubuhnya merosot ia terduduk di lantai, perlahan-lahan air matanya mengalir membasahi pipi nya yang putih, ia menangis dengan pandangan kosong. Mas Rama dengan sigap mengangkat gadis itu lalu membawanya ke dalam rumah kami.
Aku mengikutinya masuk ke dalam rumah, kulihat Mas Rama sangat khawatir, didudukanya gadis itu di sofa panjang yang ada di ruang tamu kami, perlahan ia menyandarkan kepala gadis tersebut pada sandaran sofa, ia juga membetulkan beberapa helaian rambut yang sedikit menutupi wajah gadis itu. Gadis itu masih terdiam dengan tatapan kosong dan mata yang mulai memerah, di tepisnya tangan Mas Rama yang membetulkan Rambutnya.
“Kamu gak usah sok peduli sama aku Mas!” Teriaknya, Mas Rama tidak bergeming ia kembali membetulkan rambutnya dan duduk di sebelahnya.
Aku sudah tidak tahan melihat semua adegan ini,
“Kamu luruskan dulu permasalahanmu sama dia Mas, aku ke kamar dulu.” Pamitku, aku berlalu dari ruangan itu tanpa peduli reaksi Mas Rama. Mungkin saja saat ini Mas Rama bersyukur aku memberinya waktu untuk berduaan dengan gadis itu.
Tanganku membuka pintu kamar perlahan, tanpa aba-aba air mata mulai mengalir. Dengan segera masuk dan menutup pintu kamar, aku langsung berlari menghamburkan tubuh ke tempat tidur. Air mata semakin deras mengucur, kubenamkan wajah ini ke batal dan menangis sejadi-jadinya.
******

Komentar Buku (228)

  • avatar
    IryouwRickofhy

    good👍

    17d

      0
  • avatar
    SetiawanTendy

    bagus

    19d

      0
  • avatar
    Riss

    Critanya sangat bagus dan menarik, Tapi sayang nya Udh tamat, next in dong kak critanya

    13/08

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru