logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5

Masih hari yang sama namun langit sudah berganti dengan gelap. Matahari di gantikan bulan sebagai tugas berikutnya. Kaia saat ini sudah kembali di kamarnya, kamar yang ia tempati dari masih kanak-kanak hingga ia beranjak dewasa. Kamar yang penuh kenangan pahit maupun kenangan manis dalam hidupnya.
Kamar Kaia masih terawat baik dengan posisi perabotan kamar yang sama sebelum dirinya meninggalkan rumah dan menempati rumah baru ia tinggali bersama Rafa. Kaia sangat rindu dengan suasana kamarnya tersebut. Air mata yang tidak ingin Kaia keluarkan untuk Rafa akhirnya kembali menetes. Hatinya kembali merasa perih saat ingatan Rafa kembali singgah di otaknya. Kaia sangat benci perasaan itu.
Di saat air matanya terus menetes, Kaia melihat sebuah sajadah dan mukena tersusun rapi di atas meja. Kakinya begitu enteng berjalan menuju tempat sajadah dan mukena itu berada. Ketika mukena itu berada di tangannya, hati Kaia terketuk mengambil air wudhu untuk membasahi wajahnya.
Dengan sadar Kaia saat ini sangat jauh kepada sang Pencipta. Sudah beberapa tahun ini Kaia tidak pernah melakukan ibadah sholat lima waktu yang merupakan hukum wajib bagi seorang muslim. Pikiran dan hatinya hanya memikirkan masalah duniawi. Di tambah lagi rasa cinta yang besar terhadap Rafa.
Dulu Kaia pernah di beri nasehat oleh guru agama keluarganya. Uztad itu berkata, jika kita terlalu mengejar cinta seseorang, maka Tuhan akan menjauhkannya. Namun akan berbalik jika kita mengejar cintanya Tuhan, maka seseorang yang ia cintai akan semakin di dekatkan pada kita atas seijin Tuhan.
Ingat Tuhan Maha Pencemburu, Tuhan hanya ingin cinta kamu hanya kepadanya. Dan barulah kamu di perbolehkan mencintai hambanya namun dengan porsi yang sewajarnya atau tidak berlebihan.
Saat ini Kaia sedang menghadap kiblat dengan mukena yang membalut badannya. Setelah melakukan sholat wajib, Kaia ingin meminta maaf pada Tuhan yang telah menciptakannya. Kaia menengadahkan tangannya di depan dadanya. Dengan tulus Kaia mencurahkan semua isi hatinya kepada sang Maha Mendengar.
“Tuhan, hamba sadar selama ini sudah melakukan banyak dosa besar kepada engkau. Hamba lalai dengan hanya memikirkan masalah dunia. Hamba sudah menjadi manusia sombong yang tidak melibatkan engkau dalam hidup hamba. Cinta hamba kepada Rafa telah menomor duakan cinta hamba padamu. Hamba juga menjadi anak durhaka dengan berani menentang ayah dan bunda. Hukuman yang saat ini engkau berikan pada hamba memang setimpal dengan apa yang pernah hamba lakukan. Dengan penuh penyesalan, hamba meminta maaf kepada engkau Tuhan. Tolong untuk kali ini terimalah doa hamba dan ampuni hamba Tuhan. Engkau yang Maha Pemaaf dan Maha menghapus dosa, tolong maafkan segala kesalahan hamba,”
Kaia mencurahkan segala isi hatinya pada Tuhan dengan tangis yang tiada henti. Hatinya sungguh menyesal dengan semua yang ia lakukan. Kaia akan ikhlas menjalani takdir Tuhan yang sudah di berikan padanya. Mungkin dengan menjalani hukuman itu, dosa Kaia akan terampuni dan derajatnya akan di naikkan.
Pada dirinya Kaia berjanji untuk tidak meninggalkan Tuhannya lagi. Peringatan Tuhan sangat tidak terduga dan sangat menyakitkan. Meskipun cara tersebut adalah bentuk Tuhan menyayangi dan supaya kita kembali padanya. Setelah menyelesaikan sholat wajib, perasaan Kaia menjadi lebih baik. Berinteraksi dengan Tuhan ternyata merasakan efeknya secara langsung. Hatinya merasa lega.
Pagi itu Kaia tengah bersiap dengan memakai pakaian kantor. Kaia memakai dress hitam bawah lutut dengan di balut blazer putih. Tampilan Kaia pagi itu terlihat anggun dan menawan. Sesuai dengan perintah ayahnya, Kaia akan berangkat ke kantor Marflin. Meskipun Kaia tidak tahu pasti maksud ayahnya menyuruhnya datang ke kantor itu.
Tidak mau Kaia berangkat terlalu siang, dengan segera wanita berambut panjang lurus itu turun ke lantai satu untuk sarapan dengan ayah dan bundanya.
“Pagi ayah, bunda,” sapa Kaia tersenyum kepada orang tuanya. Kaia ikut mendudukan dirinya di kursi. Pak Subadjo dan Bu Tia merasa haru melihat perubahan Kaia pagi itu. Perubahan yang menurut mereka sangat cepat.
“Pagi juga sayang. Bagaimana perasaan kamu? Jauh lebih baik?” tanya Bu Tia dengan senyum sumringah. Mereka seperti melihat Kaia kembali meskipun belum sepenuhnya.
“Jauh lebih baik bunda. Aku telah menemukan kunci ketentraman hidupku. Benar kata guru agama keluarga jika dekat dengan Tuhan membuat hati kita tenang,” balas Kaia dengan tersenyum manis. Kaia sangat bersyukur pagi itu hatinya merasa tenang dan stabil.
“Dalam waktu dekat Uztad Ridho akan kembali datang. Kamu harus ikut Kaia, nanti ayah akan meminta nasehat untuk masalah yang kamu hadapi saat ini,” sahut Pak Subadjo. Sudah menjadi acara rutin keluarga Subadjo mengundang Uztad ke rumah mereka satu bulan sekali. Pak Subadjo ingin keimanannya tidak turun dengan ceramah Uztad tersebut. Uztad Ridho tidak hanya ceramah di depan pak Subadjo dan Bu Tia, namun juga kepada para pekerja rumah tersebut.
“Tentu, aku sangat tidak sabar menantikan kehadirannya ayah,” balas Kaia tersenyum. Keluarga Subadjo pun memulai sarapan mereka. Menu sarapan di meja makan itu terdapat nasi goreng, roti tawar dan selai, tidak lupa minuman susu dan berbagai buah-buahan. Mereka memilih menu makanan sesuai dengan selera.
Kaia berangkat menuju kantor Marflin dengan mengendarai mobilnya sendiri. Kaia menolak tawaran ayahnya untuk di antar oleh supir keluarga. Entah mengapa Kaia saat ini butuh waktu sendiri. Kesendirian membuat hatinya tentram dan mengulik berbagai kesalahan yang pernah ia buat. Kaia ingin benar-benar memperbaiki dirinya.

Komentar Buku (236)

  • avatar
    HapsariFreyda

    suka sama jalan cerita ny, cerita yg bikin greget. good job👍

    25/07/2022

      0
  • avatar
    Ganenda

    Gila novelnya seru bngt. Alur ceritanya bagus, bikin greget. Utk author update novelnya jngn lama2, gue nungguin. Lanjutin!

    07/05/2022

      2
  • avatar
    amatirGaluh

    baik

    1d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru