logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7 Tujuh

"Baguslah, kau berhasil menghalangi dia datang ke sini, tapi apa yang kaukatakan padanya?" tanya Kyle pada Ronan. Asisten pribadinya itu kemudian menceritakan semua pada Kyle. Seketika mata Kyle membeliak lebar mendengarnya.
"Apa? Kau mengatakan hal seperti itu? Mengapa kau mengatakan kata-kata bodoh seperti itu?"
" Ada apa, Tuan? Apa ada masalah? Apa aku melakukan kesalahan? Apa seharusnya aku membiarkan dia datang ke sini? Apa ...?"
"Tutup mulutmu!" tukas Kyle cepat. Ronan segera terdiam.
"Kau selalu saja menjadi banyak bicara saat membuat kesalahan."
"Tuan, maaf, saya hanya berpikir untuk membuat dia tidak datang menjenguk Anda."
"Dasar bodoh!" desis Kyle sambil terduduk lesu.
"Sekarang bagaimana aku bisa kembali dekat dengannya?"
"Tuan, bukankah ada Cio?"
Kyle menggeleng kemudian menatap tajam pada Ronan.
"Apa kau pikir aku pria seperti itu? Aku tidak akan memanfaatkan anak kecil, apalagi itu anakku sendiri."
"Maaf, Tuan," ucap Ronan lagi. Pria bertubuh tanggung itu kemudian diam beberapa saat. Ia kemudian menunjukkan bungkusan yang dititipkan Vania padanya.
"Lalu bagaimana dengan barang ini?"
"Kau mau membunuhku?"
"Tidak, Tuan, tapi dia yang menyiapkan semua ini untuk Anda."
"Kau minum saja."
"Apa? Tapi, Tuan ...."
"Itu hukuman untuk kebodohan yang kaulakukan."
"Baiklah, Tuan."
Ronan mengambil sebotol minuman multivitamin dan membuka tutupnya. Ia kemudian bersiap meminum, meski tersirat keraguan pada wajahnya. Namun, tiba-tiba Kyle menarik botol minuman tersebut dan mengambil juga barang pemberian Vania dari tangan Ronan.
"Enak saja, kau tidak boleh meminumnya. Dia memberikan untukku, mana bisa kau meminum begitu saja?" tukas Kyle sambil membawa barang itu pergi diikuti gelengan kepala Ronan. Racun pada tubuh tuannya itu pasti masih ada.
***
"MOMMY!"
Seruan yang cukup keras tersebut mengejutkan Vania. Semua rekan kerja dia juga ikut menoleh ke asal suara. Terlihat Cio yang tengah berlari dan segera merangkul erat pinggang Vania.
"Cio, kamu ...."
"Aku kangen mommy," potong Cio yang tetap memeluk Vania. Orang-orang sontak berbisik sambil menunjuk-nunjuk pada keduanya. Namun hanya Kezia yang langsung berkata-kata.
"Ternyata sudah punya anak toh, gitu masih berani merayu Tuan Kyle."
"Aku tidak pernah merayu siapa pun," sahut Vania, tetapi ditanggapi senyuman merendahkan oleh Kezia.
"Dasar murahan," ucapnya.
"Jaga mulutmu itu, jangan bicara sembarangan!" tegur Cynthia yang menghampiri dengan cepat dan berdiri di samping Vania.
"Kau masih membela dia?" tukas Kezia sambil menuding pada Vania.
"Kau pasti sama murahan seperti dia."
"Kau ...!!!" geram Cynthia meradang. Namun belum sempat ia meluapkan amarah, Cio tiba-tiba berbalik dengan cepat dan mendorong Kezia hingga terjatuh. Wajah Kezia merah padam. Ia sontak berdiri dan berniat memukul Cio. Namun Vania segera menarik Cio ke belakang tubuhnya. Tangan tersebut melayang dan menampar pipi kiri Vania dengan keras.
"Mom!" teriak Cio panik. Ia kemudian melihat pada Kezia.
"Kau berani memukul Mom, Daddy akan membuatmu tidak lagi ada di sini karena memukul Mommy."
Kezia terbahak, dengan nada mengejek, ia kemudian berkata,
"siapa ayahmu? Memang dia siapa hingga bisa membuatku tidak bekerja di sini lagi?"
"Dia adalah putra Tuan Kyle," jawab Ronan yang baru saja datang. Semua tertegun dan wajah Kezia sontak berubah pasi.
***
"Nona Vania, saya sungguh minta maaf, tapi Tuan Muda Cio terus mencari Anda. Dia bahkan merengek dan hal itu telah mengganggu Tuan Kyle, padahal beliau butuh istirahat karena kondisi dia masih sedikit lemah," tutur Ronan.
Vania hanya mengangguk saja. Yang dia pikirkan sekarang bukan itu, tetapi bagaimana ia akan menjelaskan pada rekan-rekan kerjanya. Selama ini, dia terus berusaha meyakinkan mereka bahwa tidak ada apa-apa antara dia dan Kyle, tetapi tiba-tiba muncul Cio yang memanggil mom padanya di depan semua orang. Bagaimana sekarang ia akan menjelaskan pada mereka? Apa mereka akan percaya bahwa dia memang tidak ada apa-apa dengan Kyle atau mereka akan menganggap dia memang menjalin asmara dengan pria itu?
Pikiran itulah yang berkecamuk dalam benak Vania, tetapi Ronan telah salah paham mengira bahwa Vania merasa terganggu karena Cio datang mencari.
'Apa mereka akan percaya padaku?' gumam Vania lagi dalam hati.
***
Yang dipikirkan Vania tidak meleset karena Cynthia kemudian datang menemui dia saat jam istirahat kerja. Mereka berdua duduk bersebelahan pada bangku yang berada di ruang istirahat karyawan. Tidak jauh Cio tampak tengah asyik melipat origami.
"Apa dia memang putra Tuan Kyle?" tanya Cynthia mengawali pembicaraan.
Vania mengangguk. Ia tahu Cynthia sebenarnya tidak ingin menanyakan hal itu.
"Lalu apa dia juga ...?"
"Dia bukan putraku," sahut Vania cepat.
Cynthia tertawa canggung dan mengangguk.
"Aku sudah menduganya. Kau sendiri terus berkata kalau baru mengenal Tuan Kyle, jadi mana mungkin telah memiliki anak dengannya."
Vania hanya diam. Cynthia kemudian kembali bertanya,
"apa kau akan menjadi ibu tiri anak itu?"
"Tentu saja tidak," jawab Vania cepat.
"Aku hanya membantu mengasuh saja. Kau tahu saat aku pergi dengan tuan Kyle sebenarnya dia menyuruhku untuk mengasuh anaknya itu. Aku bekerja di kantor, tetapi dia menjadikan aku pengasuh anak."
Cynthia tersenyum menanggapi.
"Tapi anak itu memanggilmu Mom, bukankah itu artinya dia menganggapmu ibunya?"
Vania menghela napas panjang.
"Semua hanya salah paham. Cio tidak pernah mengenal ibunya dan Tuan Kyle tidak berniat memperkenalkan mantan istrinya pada anak itu. Kurasa dulu timbul masalah hingga Tuan Kyle sangat membenci mantan istrinya."
Cynthia mengangguk. Ia dan Vania kemudian kembali mengawasi Cio.
***
Hari berlalu dan Cio kembali datang ke tempat kerja Vania. Begitu pula pada hari-hari selanjutnya. Sementara, Kyle tidak juga datang ke perusahaan.
'Ia mungkin sengaja mengirim anaknya kemari agar bisa berduaan dengan calon istrinya. Dasar pria egois, mementingkan kesenangan sendiri daripada menghabiskan waktu dengan anak,' rutuk Vania kesal. Di tempat kerja, rekan-rekan Vania telah tidak lagi menggosipkan Vania. Mereka sepertinya juga telah terbiasa dengan kehadiran Cio. Namun bukan berarti masalah selesai karena Kath datang ke perusahaan untuk menemui Vania.
Perasaan Vania sungguh tidak tenang saat Kath menemui dia dan mengajak ia bicara di ruangan Kyle. Cio yang hendak ikut dilarang oleh Vania. Kath juga membujuk Cio dengan kata-kata manis, tetapi Cio terlihat tidak senang. Barulah saat Vania membujuk, Cio mau menurut dan tidak ikut dengan mereka.
"Bagus sekali, kau bahkan bisa membujuk anak kecil itu. Kau pasti sudah pengaruhi dia hingga hanya menurut padamu," tukas Kath sambil bersidekap dan tersenyum sinis.
"Aku tidak pernah melakukannya. Aku hanya ...."
"Aku tidak peduli. Yang kuinginkan hanya satu, kau pergi dari sini. Tidak lagi bekerja di sini dan pernah menemui Kyle dan Cio lagi."





Komentar Buku (160)

  • avatar
    91Eycha

    cerita yg menyentuh hati dan perasaan.tidak bosan untuk di baca

    02/07

      0
  • avatar
    BasukiDeni Irawati

    seru ! menarik !

    23/05

      0
  • avatar
    QueenWitchy

    sukses bikin emosi pembaca naik turun.

    16/03

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru