logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 3 PERTEMUAN PERTAMA

PART 3
PERTEMUAN PERTAMA
"Nah, tuh sama si Alex! Dia pasti siap ngantar kamu keliling kemanapun!" sahut Ardhan.
"Gak mau! Aku maunya sama kamu!" rengek Airin.
"Sori, aku gak bisa!"
"Kenapa sih, cuma ngantar bentar doang!" rajuk Airin.
"Airin, sekarang aku sudah menikah. Aku tidak mau ada kesalahpahaman. Lebih baik kamu pergi sama Alex saja!" ujar Ardhan.
Alex tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.
"Ogah. Lebih baik aku pergi sendiri!" sahut Airin, lalu melangkah meninggalkan ruangan Ardhan sambil menghentakkan kaki.
Alex memandang kepergian Airin hingga dia benar-benar menghilang.
"Kedip, woy!" teriak Ardhan.
Alex menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Makin cantik aja tuh cewek!" ujar Alex.
"Makanya, buruan lamar! Keburu diambil orang!" sahut Ardhan.
Alex mencebik.
"Gimana mau nglamar? Dia aja lihat aku kayak lihat kuman!" ujar Alex.
Ardhan terbahak mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Malah ketawa lagi! Bantuin kek!" ujar Alex sewot.
Ardhan masih terus terbahak dan tak dapat menghentikan tawanya.
"Ya kamu usaha, dong! Mumpung dia menetap disini!" sahut Ardhan setelah berhasil menghentikan tawanya.
"Serius?" tanya Alex antusias.
"Iya, dia mengelola butik yang disini. Yang di Singapura dipegang temannya," sahut Ardhan.
"Wah, kesempatan nih! Comblangin ya?" ujar Alex sambil memainkan alisnya.
"Gak, usaha sendiri sana! Rugi gelar playboy kamu kalau urusan begini saja gak bisa!"
"Jangan bawa-bawa urusan playboy, dong! Ini urusannya beda!" Alex membela diri.
"Bedanya apa? Sama-sama naklukin cewek!" sahut Ardhan.
"Airin itu bucin banget sama kamu, susah naklukinnya!"
"Bucin apaan? Dia itu hanya terobsesi. Udah, kamu Pepet aja dia terus!" saran Ardhan.
"Kamu kasih saran buat bantu aku apa nyelamatkan diri kamu sendiri? Biar dia gak ganggu kamu terus!" tebak Alex.
"Menurut kamu?" Ardhan balik bertanya.
"Sudah kuduga!" sahut Alex sewot.
"Ini namanya simbiosis mutualisme. Kamu dapatin Airin, aku lepas dari kejarannya!" ujar Ardhan santai.
"Makanya bantuin biar dia mau sama aku!"
"Udah, ah! Malah bahas dia terus! Ayo, lanjut bahas kerjaan!"ujar Ardhan.
"Siap, Bos!" sahut Alex.
****
Airin menggerutu sepanjang perjalanan. Dia tidak berhasil mengajak Ardhan. Sejak dulu, Airin sudah menyukai Ardhan. Sayang, Ardhan malah jatuh cinta kepada saudara kembarnya yang menurutnya udik. Saat itu, Airin pulang bekerja. Saat itu, gerimis mulai turun. Dengan berlari kecil, Airin menyeberangi jalan. Tanpa diduga, dari arah berlawanan, mobil Ardhan melaju dengan kencang. Beruntung, sebelum kecelakaan terjadi, Ardhan masih sempat mengerem mendadak. Namun, kecelakaan tak dapat dihindarkan. Airin terjatuh karena terserempet bodi mobil.
“Aw ... sakit!” ujarnya sambil memegangi kakinya yang berdarah.
Ardhan segera turun dari mobil dan menghampirinya.
“Mbak, Mbak gak papa?” tanya Ardhan panik.
“Sakit!” ujarnya sambil meringis.
Ardhan melihat luka pada kaki Airin. Tampak sobekan yang cukup besar.
“Mbak bisa berdiri? Ayo, kita harus ke rumah sakit!” ujar Ardhan sambil berusaha membantu Airin. Namun, luka Airin cukup parah. Dia kembali terjatuh saat hampir berhasil berdiri. Akhirnya, Ardhan membopong tubuh Airin ala bridal style menuju mobilnya.
Sesampainya di rumah sakit, Airin segera ditangani. Saat Airin sedang di dalam ruang perawatan, tampak seorang wanita yang sangat mirip dengan Airin sedang celingukan.
“Anda kakaknya Nona Airin?” tanya Ardhan.
“Benar, anda tahu dimana adik saya dirawat?” tanya wanita tersebut gugup.
“Adik anda masih ditangani Dokter. Ayo, kita tunggu disana!” ujar Ardhan sambil menunjuk ke sebuah kursi.
Ardhan tampak mengamati penampilan wanita tersebut, sangat jauh berbeda dengan Airin. Wanita tersebut tampak mengenakan jilbab. Meski wajah mereka sama, namun wanita tersebut terlihat lebih dewasa dan menenangkan.
“Oya, kenalkan, saya Ardhan. Saya yang menabrak Nona Airin. Anda jangan khawatir, saya pasti akan bertanggung jawab membiayai pengobatannya,” ujar Ardhan.
“Saya Anita, saudara kembar Airin,” sahut wanita tersebut.
“Pantas saja, wajah kalian sangat mirip,” ujar Ardhan.
Anita tersenyum tipis. Tak lama kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan perawatan.
“Dok, bagaimana keadaan adik saya?” tanya Anita.
“Kondisi nona Airin sudah mulai stabil, tapi untuk sementara waktu dia harus istirahat total. Setelah ini, Nona Airin akan dipindahkan ke ruang perawatan,” sahut Dokter tersebut.
“Baik, Dok! Terimakasih!" sahut Anita.
Setelah menunggu selama hampir tiga puluh menit, akhirnya Airin dipindahkan ke ruang perawatan. Tak lama berselang, Ardhan pamit keluar.
"Dia sudah sadar?" tanya Ardhan setelah kembali.
"Belum," sahut Anita.
"Makanlah dulu!" ujar Ardhan sambil menyodorkan sebuah bungkusan.
"Terimakasih. Mas sendiri sudah makan?" tanya Anita.
"Sudah tadi di kantin. Aku tidak tahu kamu sukanya apa, jadi aku belikan itu," ujar Ardhan.
"Gak papa, Mas. Saya pemangsa segala, kok!" sahut Anita sambil tersenyum.
Ardhan terkekeh geli mendengar jawaban Anita.
"Syukurlah!"
Anita makan dengan tenang. Ardhan yang tampak mencuri-curi pandang ke arahnya, membuat Anita salah tingkah.
"Ini sudah malam. Sebaiknya Mas Ardhan pulang saja!" ujar Anita.
"Kamu gak papa disini sendiri? Orang tua kalian mana?"
"Orang tua kami sudah meninggal. Kami tinggal hanya berdua," sahut Anita.
"Ow … maaf. Saya tidak tahu," ujar Ardhan merasa tak enak.
"Gak papa, Mas!"
"Kalian gak punya saudara?" tanya Ardhan lagi.
"Kami hanya dua bersaudara. Dari pihak Mama tidak ada karena Mama juga anak tunggal. kalau Papa dua bersaudara. Keluarga mereka tinggal di Sumatera. Sudah lama kami tidak bertemu," sahut Anita.
"Baiklah. Ini kartu nama saya. Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku. Besok pagi aku akan kesini lagi," ujar Ardhan.
"Iya, Mas. Terima kasih sudah mau bertanggung jawab," sahut Anita.
Keesokan harinya, Ardhan benar-benar kembali.
"Selamat pagi!" sapanya.
"Selamat pagi, Mas!" sahut Anita.
"Halo, Airin!" sapa Ardhan.
"Kamu siapa?" tanya Airin heran. Dia tampak memperhatikan pria tampan di depannya dengan seksama.
"Saya Ardhan, saya yang nabrak kamu kemarin. Bagaimana keadaan kamu?" tanya Ardhan ramah.
"Kamu harus bertanggung jawab. Badanku rasanya sakit semua. Dan gara-gara kamu, hari ini aku batal interview," ujar Airin marah.
"Airin!" tegur Anita.
"Biarin, Kak. Aku sudah lama bermimpi bisa kerja disana. Sekarang ada kesempatan, aku malah kecelakaan," omel Airin.
"Saya benar-benar minta maaf atas kejadian kemarin. Lagipula, itu bukan murni kesalahan saya. Nona yang menyeberang tidak melihat jalan," sahut Ardhan tenang.
"Kau!" ujar Airin kesal.
Ardhan mengulas sebuah senyuman.
"Maaf! Saya pasti bertanggung jawab! Saya yang menanggung semua biaya rumah sakit!" ujar Ardhan.
"Harus! Tapi masalahnya, aku kehilangan kesempatan kerja di tempat impianku," ujar Airin.
"Kalau boleh tahu, dimana tempat impianmu?" tanya Ardhan.
"Razendra corporation. Aku melamar jadi sekretaris disana. Harusnya, hari ini di penentuan," ujar Airin.
"Airin, sudah!" ujar Anita memperingati.
"Tunggu sebentar!" ujar Ardhan, lalu meninggalkan ruangan Airin. Sepuluh menit kemudian, Ardhan sudah kembali.
"Kamu akan mendapatkan posisi itu, jangan khawatir!" ujar Ardhan.
"Apa? Bagaimana bisa?" tanya Airin.
"Kebetulan, saya CEO disana. Kamu melamar untuk menjadi sekretarisku. Kamu diterima," ujar Ardhan.
"Apa? Kamu serius?" tanya Airin tak percaya.
"Terserah kamu kamu percaya atau tidak. Setelah kamu benar-benar sembuh, aku tunggu kamu di kantor!" ujar Ardhan.
"Kamu benar-benar serius?" tanya Airin tergeragap.
"Iya, Rin. Dia benar. Kemarin, dia kasih Kakak kartu namanya," sahut Anita sambil menyerahkan sebuah kartu nama. Airin mengamati kartu nama itu dengn seksama.
"Anda Pak Ardhan? Maaf, Pak, saya tidak tahu!" ujar Airin merasa tak enak.
"Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Fokus saja sama kesembuhan kamu. Oya, kalau Anita sudah kerja?" tanya Ardhan mengalihkan pembicaraan.
"Sudah, Pak. Saya mengelola butik peninggalan mama," sahut Anita.
"Kenapa kamu gak membantu kakakmu di butik saja? Kenapa harus bekerja diluar?" tanya Ardhan.
"Saya mau cari pengalaman, Pak," sahut Airin.
Ardhan mengangguk tanda mengerti.
*************
Sejak saat itu, mereka mulai dekat. Ardhan sering mengantar sang Mama mengunjungi butik Anita. Tante Halimah, Mama Ardhan pun menyukai pribadi Anita yang sederhana.
Di kantor, Airin berusaha menunjukkan perhatian lebih kepada Ardhan. Sayang, Ardhan tak mengindahkannya. Dia lebih tertarik pada kesederhanaan Anita.
Satu tahun usai perkenalan, Ardhan melamar Anita. Tak lama kemudian, mereka menikah. Ardhan memboyong Anita untuk tinggal di Bali. Sementara Airin, diminta mengelola butik peninggalan keluarganya.

Komentar Buku (226)

  • avatar
    Bang Engky

    baik

    1d

      0
  • avatar
    NYALUTAK25NYALUTAK25

    semoga dapat

    20d

      0
  • avatar
    SangajiYamdo

    aplikasi yang bagus

    23d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru