logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 3 Episode ketiga.

Rumah kontrakan Aira……
Tidak lama kemudian taksi yang ditumpangi oleh Zain itu pun berhenti di hadapan rumah Aira, dan ia pun langsung turun dari taksi tersebut.
“Pak, tolong anda tunggu sebentar!” perintah Zain kepada pak supir taksi.
“Baik tuan,” jawab pak supir taksi itu.
Zain pun langsung memasuki halaman rumah kontrakan Aira, ketika Zain hendak memanggil ibunya Aira, tiba-tiba ibunya Aira pun langsung menanyakan anak gadisnya itu.
“Kamu, mengapa kamu kembali seorang diri? dimana Aira? bukankah kalian pergi berdua sejak tadi pagi?” tanya ibunya Aira karena bingung ketika melihat Aira tidak ada bersama Zain.
“Justru saya ingin minta maaf kepada tante, kalau saya tidak bisa menjaga Aira dengan baik,” ucap Zain.
“Apa maksud kamu Zain? tante sama sekali tidak mengerti,” ucap ibunya Aira.
“Aira mengalami kecelakaan tante di dekat jalan raya,” tambah Zain lagi.
"Apa? bagaimana mungkin Aira bisa mengalami kecelakaan? apa yang terjadi sebenarnya?" tanya ibunya Aira yang lemas mendengar kejadian anak gadisnya.
"Tadi Aira menyelamatkan bocah kecil yang hampir tertabrak mobil, namun bocah itu selamat, dan mobil itu telah menabrak Aira," ucap Zain.
"Ya Allah tante, apakah tante baik-baik saja?" tanya Zain ketika memegang tubuh wanita paruh baya itu yang berumur 49 tahun.
Zain pun menduduki ibunya Aira di kursi tamu, dan ia pun langsung ke dapur untuk membuatkan secangkir teh manis.
“Tante, tante tunggu disini, aku akan segera kembali dengan cepat,” ucap Zain yang berlalu pergi.
Di dapur Zain mencari teh di dalam lemari, dan ketika teh itu ditemukan, Zain pun langsung membuatkan teh manis tersebut untuk ibunya Aira, sementara ibunya Aira menatapi foto suaminya sambil berkata seorang diri.
“Suamiku, seandainya saja Allah tidak memanggil dirimu, dan putri kita Aira tidak akan bekerja keras seperti ini, dia insya Allah pasti akan menikmati masa mudanya, tapi siapa yang akan berani menentang takdir Allah suamiku? bukankah semua makhluk di bumi ini takut akan azab Allah suamiku? sebab tiada lain yang berkuasa di bumi ini melainkan Allah, dan manusia juga tidak akan menjadi penguasa,” jawab ibunya Aira seorang diri.
Ketika Zain mendengar hal itu sambil berdiri di belakang ibunya Aira, dan ia pun langsung terharu sekaligus dengan di sebelah tangannya memegang secangkir teh.
“Saya berjanji kepada tante, kalau saya pada suatu hari nanti akan membuat wajah Aira kembali tersenyum, sebab saya mencintai Aira dengan tulus,” Zain bergumam dalam hatinya.
Zain pun menghampiri ibunya Aira sambil memberikan teh tersebut.
“Tante ini tehnya, hati-hati tante tehnya masih sedikit panas, dan saya minta maaf tante tadi sedikit lama di dapur,” ucap Zain ketika menyerahkan teh tersebut kepada ibunya Aira.
Ibunya Aira pun menyeruputi teh manis tersebut dengan santai.
“Terima kasih Zain, kamu itu anak berbakti, dan tante yakin keluargamu pasti bangga memiliki seorang putra seperti kamu Zain, tante yakin kamu pasti akan sukses suatu hari nanti,” jawab ibunya Aira.
“Terima kasih tante atas doanya, Aira pasti bangga memiliki seorang ibu seperti tante, namun saya sudah lama hidup mandiri tanpa keluargaku, saya juga pasti akan merindukan ibu dan ayahku tante, kalau saya sudah jadi orang sukses nanti tante,” jawab Zain sambil berjongkok di hadapan ibunya Aira sambil memegang kedua tangan ibunya Aira.
“Zain, apakah tante bisa meminta bantuanmu?” tanya ibunya Aira.
“Dengan senang hati, saya akan membantu tante, apa yang harus kulakukan tante?” Zain bertanya balik.
“Tante mau melihat kondisi anak gadis tante, apakah kamu bisa menemani tante ke rumah sakit? di rumah sakit mana Aira berada sekarang?” ibunya Aira bertanya lagi.
“Saat ini Aira berada di rumah sakit pelita hati, saya pasti akan menjumpai tante dengan Aira,” tambah Zain lagi.
Ibunya pun langsung bangun dari kursi tamu, beliau memanggil putra keduanya yaitu Rafa agar mengikuti mereka ke rumah sakit.
“Rafa, ibu mau pergi menjenguk kakakmu Aira, apakah kamu mau ikut bersama ibu ke rumah sakit?” tanya ibunya Aira.
“Aku akan menemani ibu untuk menjenguk kakak Aira, tapi mengapa kakak bisa berada di rumah sakit ibu? apa yang terjadi kepada kakakku?” tanya Rafa.
“Kamu tenang Rafa, kakakmu itu orang kuat, paman yakin dia bisa menghadapi ujian yang diberikan oleh tuhan dengan sabar dan ikhlas, dan paman yakin kakakmu kini sedang menikmati santapan lezat dari Allah,” ucap Zain yang membohongi adiknya Aira karena terpaksa.
“Insya Allah, kakakmu Aira akan sembuh kembali,”
Pada akhirnya mereka pun keluar dari kontrakan Aira, Zain menunggu ibunya Aira mengunci pintu rumahnya agar tidak kedatangan maling.
Zain pun memasuki mobil taksi itu bersama Rafa dan ibunya Aira.
“Pak, kita jalan!” perintah Zain.
“Tuan, tujuan kita kemana?” tanya pak supir taksi itu.
“Kita ke rumah sakit pelita hati, tempat anda tadi menghentikan mobil,” jawab Zain lagi.
“Baik tuan,” jawab pak supir taksi itu.
Mobil taksi itu pun langsung meninggalkan kediaman Aira Anjani, namun tiba-tiba ponselnya Zain berbunyi yang menampilkan adanya panggilan masuk dari seseorang yang mengetahui masa lalu orang tuanya.
Triririringgggg……triririringggggg………
“Assalamualaikum, siapa ini?” tanya Zain bingung.
“Ayahmu adalah seorang pembunuh Zain,” ucap sosok misterius itu.
“Hey, bajingan, kamu jaga ucapanmu, maka aku akan membunuhmu sekarang juga,” ancam Zain.
“Ya ampun, saya takut kepadamu Zain hahahaha, coba saja kamu mencariku Zain,” tambah sosok misterius itu saat melakukan panggilan telpon.
“Nyawa orang tidak berdosa telah lenyap saat itu,” tambah orang misterius itu lagi yang langsung mematikan panggilannya.
“Saya janji pak kepada anda, saya akan menghancur perusahaan Farokh Ali, saya akan cari anak gadismu sekaligus istrimu dan putramu yang saat itu masih bayi,” tambah sosok misterius itu lagi saat menatapi foto bossnya.
“Halo, halo, halo, siapa bajingan ini? bagaimana dia bisa mengetahui whatsappku?” teriak Zain seorang diri sambil bertanya-tanya.
“Apa yang terjadi Zain?” tanya ibunya Aira memastikannya lagi.
“Bukan suatu permasalahan yang harus dipikirkan tante, dan ini hanya panggilan iseng saja, sebaiknya tante istirahat saja di taksi ini, dan jangan mengkhawatirkan diriku,” tambah Zain lagi.
“Baiklah tante akan tidur sejenak,” ucap ibunya Aira.
Sementara Zain masih memikirkan tentang panggilan misterius itu.
“Apa yang dimaksud oleh bajingan itu? kenapa dia yang menghubungiku?” Zain bertanya dalam hatinya.
“Dan siapa orang yang telah disakiti oleh ayahku? ya Allah mengapa ini semua terjadi kepada diriku? bagaimana mungkin ayahku membunuh seseorang? apa tujuannya? apakah ini berhubungan dengan kekuasaan?”
Namun tiba-tiba whatsapp milik Zain berbunyi, Zain pun membuka whatsapp itu.
Isi percakapan video :
“Aku tidak akan pernah membiarkanmu untuk mengambil semua perusahaan milikmu ini, dan aku bersusah payah merebutnya,” ancam papanya Zain.
“Suatu hari nanti anak gadisku dan juga tuhanku akan menghukummu Farokh, demi Allah aku tidak mengikhlaskan perusahaanku jadi milikmu,” jawab orang yang dibunuh itu.
“Baiklah temanku, dan ini kematian yang kamu inginkan sejak awal, jadi rasakan ini,” ucap papanya Zain saat membidik 3 peluru sekaligus.
“Aaaaaaaa,” teriak orang yang dibunuh itu.
Mereka pun langsung meninggalkan lokasi kejadian itu, dan seseorang datang menghampiri orang yang dibunuh itu.
“Tuan, bagaimana ini bisa terjadi? siapa yang melakukannya?” tanya pemuda misterius itu.
“Farokh Ali yang membunuhku, dan aku memiliki satu permintaan sebelum memasuki surganya Allah, dan saya akan menyerahkan sebagian kekayaanku kepadamu, dan itu semua ada di satu flashdisk tentang perusahaanku yang lain di Jakarta sekaligus uangku dengan jumlah 7 triliun itu kuserahkan kepadamu,” jawab orang yang dibunuh itu.
“Apa itu tuan?” tanya pemuda misterius itu.
“Aku ingin kamu menjaga anakku Aira Anjani bersama ibunya dan putraku yang masih bayi,” ucap orang yang dibunuh itu.
“Tidak tuan, kamu harus selamat,” jawab pemuda misterius itu.
Tidak lama kemudian istri lelaki paruh baya itu datang ketempat kejadian.
“Apa yang terjadi kepada suamiku?” tanya ibunya Aira saat berlari menatapi muka suaminya.
“Tuan telah tiada nyonya, seseorang telah membunuhnya,” ucap pemuda misterius itu.
“Tidak, itu pasti tidak benar, lagian suamiku ini tidak memiliki musuh,” jawab ibunya Aira saat menangis.
“Kita harus pergi dari sini nyonya, sebelum anak buah Farokh Ali melihatmu dan anakmu,” ucap pemuda misterius itu.
“Tapi, kita akan kemana?” tanya ibunya Aira.
“Saya akan mencari rumah kontrakan untuk kalian bertiga,” ucap pemuda misterius itu.
Di dalam mobil ayahnya Zain memerintahkan semua pengacara untuk mengubah kekayaan ayahnya Aira Anjani menjadi namanya.
“Tolong kamu ubah semua nama bapak Firman Al Fahri menjadi namaku!” perintah Farokh Ali.
“Baik tuan,” jawab salah satu pengacara itu.
Pemuda misterius itu adalah Arif Ardiansyah yaitu ayahnya Faris Ardiansyah dan Arnold Ferdiansyah, sementara lelaki paruh baya itu menghadap ke kiri supaya wajahnya tidak kelihatan, dan ayahnya Zain menghadap ke depan.
“Tidak, ini tidak mungkin terjadi, video ini pasti berbohong, mengapa ayahku bisa sekejam itu? siapa lelaki yang dibunuh itu? sebaiknya kebenaran ini akan kucari tahu sendiri,” ucap Zain seorang diri.
Tanpa sengaja mobil taksi yang ditumpangi oleh Zain telah menabrak mobil taksi milik penumpang tunangannya Faris Ardiansyah, dan Zain pun langsung turun dari taksinya untuk mengecek taksi lain.
"Ada apa pak?" tanya ibunya Aira.
"Saya minta maaf madam, saya tidak sengaja menabrak bagian belakang taksi yang ditumpangi oleh seorang gadis cantik," jawab pak supir taksi itu.
"Tante tunggu disini, biar saya yang menghadapi gadis gila itu," ucap Zain.
"Anakku Zain, kamu harus berhati-hati menghadapi gadis itu," jawab ibunya Aira sambil memegang pundak kanan Zain.
"Tante tenang saja, saya akan baik-baik saja untuk menghadapi gadis itu," tambah Zain lagi.
"Cepat keluar!" perintah tunangannya Faris.
"Kalian telah menabrak taksi yang kutumpangi, jadi kalian harus membayar ke rugian taksi ini," marah tunangannya Faris.
"Apa masalahmu nona? percuma saja kamu cantik nona, namun kelakuanmu seperti anak kecil," jawab Zain ketika turun dari taksi.
"Berapa yang harus kubayar pak supir taksi yang penumpangnya cantik?" tanya Zain.
"Hanya 500.000 tuan," ucap pak supir taksi lainnya.
"Lain kali jika kita berjumpa lagi, maka kamu akan kubalas, pak saya akan telpon supir rumah untuk menjemputku, dan ini tarif taksi anda pak," jawab tunangannya Faris.
"Baiklah nona, terima kasih atas bayarannya," jawab pak supir taksi.
"Pak ini uang 500.000 untuk anda atas kerusakan mobil anda," sambung Zain lagi.
Zain pun memasuki taksinya kembali.
"Pak, kita jalan!" perintah Zain.
"Baik tuan," jawab pak supir taksi.
Taksi itu pun meninggalkan lokasi kejadian tadi, dimana Zain dan tunangannya Faris berantem.
Bersambung.....

Komentar Buku (173)

  • avatar
    KeyKeyla

    cetita yang sangat bagus saya menyukai cerita anda!

    5d

      0
  • avatar
    AndyMuhammad

    keren sudah saya kasih tip ya

    6d

      0
  • avatar
    AntikaPipit

    bagus

    8d

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru