logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Chapter 1

Bel istirahat sudah berbunyi tujuh menit lalu, kini Keisya dan Nayla, sehabatnya baru sampai di kantin selepas membuang air kecil tadi. "Siapa yang pesan nih, Kei?" Tanya Nayla.
"Gue aja deh Nay. Gantian," Usul Keisya.
"Oke."
Sekarang, Keisya yang akan memesan makanan. Ia mengantre di stand penjual bakso, tempat yang sama saat Nayla memesan bakso kemarin. "Mang, baksonya dua ya, gak usah pake mie dua duanya." Ucap Keisya.
"Oke neng!" Mamang penjual bakso tersebut mengangguk.
Menunggu beberapa menit untuk sang mamang penjual bakso membuat pesanannya. Matanya menjelajah isi kantin, lalu pandangannya fokus kearah pintu utama kantin, dimana ketiga cogan SMA Sejahtera berdiri disana, Rajendra Dzora cowok terganteng dari ketiga sejoli itu.
Lalu ada Dean, dengan nama lengkap Andrean Naufal, dan yang terakhir, Alfajar Basit. Pesona ketiga sosok tampan itu memang sudah bukan rahasia lagi. "Neng, ini udah atuh." selepas memberikan selembar uang berwarna hijau, Keisya mengambil alih nampan berisi dua mangkuk bakso yang dipesannya tadi.
Ketika melewati meja para most ia jadi gugup sendiri. Keisya berjalan menunduk sembari berkomat kamit agar segera sampai di mejanya yang sayangnya masih ada beberapa meter dari tempatnya berdiri. Dan malangnya. Ini bukan hari terbaiknya.
Prang!
Keisya memejamkan matanya ketika nampan yang dipegangnya jatuh mengenai pakaian milik seseorang.
Astaga, pasti panas banget.
"Ma-maaf gu-gue gak ss-engaja." dengan masih memejamkan matanya, ia mencoba berbicara, bahkan belum sama sekali tau siapa orang yang mengenai tumpahan baksonya dan berharap bahwa orang itu adalah malaikat baik yang berbicara nggak apa apa kok.
Namun, Dewi Fortuna tidak memihak kepadanya.
"Damn it!" Terdengar desisan dari orang yang ditabraknya. Keisya membuka matanya dan melotot tidak percaya. "Ma-maaf,maaf maafin aku. Nggak sengaja." Segera cewek itu mencari kotak tissue yang tersedia di setiap meja kantin, dan membersihkan bagian pakaian Jendra, cowok yang di tabraknya.
Jendra mendesis kepanasan, lalu menepis tangan Keisya yang sedang membersihkan pakaiannya yang terkena tumpahan kuah bakso panas. Dengan perasaan marah juga menahan sakit di kulitnya yang terasa sedikit perih, ia mengangkat wajahnya dan sedikit menunduk untuk melihat siapa yang sudah menumpahkan kuah keparat itu di pakaian putih miliknya.
"Gak usah cari perhatian! Tuh beresin mangkuk lo! Sialan!" Lalu cowok itu meninggalkan Keisya, kedua sahabatnya dan seluruh murid yang sedang memperhatikan.
Cih memalukan!
"Maaf.." Keisya mulai memunguti pecahan kedua mangkuk yang di bawanya tadi di bantu Nayla yang entah sudah sejak kepan berada di sampingnya.
"Udah udah sabar!" Nayla menepuk pundak Keisya iba.
Sedang kedua sahabat Jendra. Dean dan Fajar, sudah menyusul sahabatnya yang sedang bawa perasaan tadi.
•••
"Woi Jendra! Mau kemana Lo? Baper banget sih jadi cowok, gitu aja marah!" Teriak Fajar menggema di seluruh koridor hingga menyebabkan dirinya menjadi Miss AWARDS mendadak karena semua mata tertuju padanya.
"Apa lo liat liat?! Gue ganteng? Ah jelas." seorang siswi berkuncir kuda menatap sinis kearahnya. "Ashiapp!" Dean tertawa dibuatnya.
"Eh, noh temen lo kejar! Genit banget sih," ucap siswi itu. "Sip cantik, yan! Dean! yang ini pantekin buat gue, dadah, Mila?!" Setelah melihat name tag siswi itu Fajar berlari dengan kecepatan turbo di susul Dean.
"ASHIAPP!" tawa Dean pecah lagi.
Berlanjut menyusuli Jendra yang berlalu kearah koperasi sekolah untuk mendapatkan pakaian baru dan melepaskan baju putih yang tadi terkena tumpahan kuah bakso. Banyak siswa-siswi yang berbisik bisik ketika melewatinya karena ia melepas baju di halayak ramai.
"Yah, Ndra buka dong sekalian kaosnya. Tuh mereka pengen liat!" Sindir Fajar di angguki Dean saat menyadari sahabatnya menjadi sorotan murid-murid yang lewat. Merasa tersindir, siswa-siswi yang tadinya ramai mendadak kembali keaktivitas masing masing.
"Bacot," Jendra menggunakan baju yang dilepasnya untuk menyabet kedua sahabatnya.
"Geblek lo!"
"Bego lo!"
Umpat kedua cowok itu berbarengan, saat baju milik Jendra mengenai muka tampan milik keduanya. Jendra mengganti pakaian dengan yang baru dan melipat pakaian yang kotor dengan urakan.
"Kenapa atuh ini rame-rame?" Ketiga cowok itu menoleh ke arah suara.
"Ini mang, bajunya dia enggak sengaja ketumpahan kuah bakso sama dedek-dedek gemes." Celetuk Fajar.
"Oalah! Udah ada pakaian gantinya belum?"
"Udah lah mang! Tapi ngutang! Hahahaha!" Fajar tertawa terpengkal-pengkal. Dean dan mang Ari, si penjaga loker ikut tertawa. Mengabaikan raut muka masam yang terpancar dari wajah tampan milik Jendra.
"Berisik!"
•••
Setelah insiden tadi, Keisya dan Nayla- meminta maaf kepada mamang penjual bakso dan mengganti rugi kedua mangkuk yang pecah dengan uang jajan Nayla. Untung Nayla orang berada. Dan cewek itu suka membawa uang jajan 50 Ribu ke atas.
Keduanya telah kembali duduk dan makan dengan tenang di sisi kantin. "Eum.. maaf ya Nay, besok uangnya gue ganti deh." Setelah menelan baksonya, Keisya angkat bicara atas kerisauan nya dari tadi.
"Nggak usah! Anggep aja kita impas. Karena gue suka nyontek pr lo, nah ini sebagai imbalannya." Nayla menanggapi ucapan Keisya dengan santai.
"Kaya sama siapa aja lo! Biasanya morotin gue ampe ratusan ribu, biasa aja tuh." Celetuk Nayla lagi. Keisya yang tidak terima ucapan Nayla, mendorong sedikit bahu cewek itu.
"Ratusan ribu ndasmu!"
"Ehehehehe iya iya nggak. Santai aja sama gue mah. Ya nggak ? Ya nggak?" Nayla menaik turunkan alisnya.
"Iya deh iya! Udah makan lagi, nanti bel, kita belum selesai." Ingat Keisya.
•••
Selesai makan, mereka memilih menghabiskan waktu duduk di bangku depan kelas yang menghadap lapangan. Menyaksikan beberapa anak laki laki yang sedang bermain bola. "Keisya! Tuh lihat tuh kei!" Seru Nayla histeris.
Keisya menoleh. Lalu mimik wajahnya berubah masam. "Sialan!" Usai menempeleng kepala Nayla, Keisya berdiri dari duduknya. "Eh mau kemana lo?" Nayla menarik sebelah tangan Keisya ketika melihat Keisya berdiri.
"Pipis." Rupanya pemandangan yang membuat mimik wajahnya masam membuatnya ingin buang air. "Yah, baru lihat yang kaya begitu aja pengen pipis! Apalagi liat mereka pelukan." Celetuk Nayla diakhiri gumaman.
Keisya memilih tidak menanggapi. Karena sudah benar benar kebelet, ia berlari meninggalkan Nayla menuju toilet. Saat keluar dari salah satu bilik toilet, bel masuk pelajaran selanjutnya terdengar hingga tempat Keisya berdiri. Namun tak ayal ia meninggalkan kebiasaannya sehabis buang air kecil, ngaca.
Lalu setelah keluar dari toilet, Keisya berjalan melewati loker loker milik siswa. "Permisi," panggil Keisya kepada bapak petugas penjaga loker. Laki laki setengah gempal itu menoleh.
"Eh iya, ada apa ya neng?"
"Anu pak, ehm.. saya boleh pinjem kunci loker punya ka Jendra?" Laki laki itu menyerit sebentar.
"Ah si aa' ganteng? buat apa ya neng? Udah ijin sama orangna?" Keisya mengangguk lalu menggeleng.
"Ah kalo gitu teh si eneng ijin dul-"
"Tapi- tadi saya nggak sengaja numpahin kuah bakso ke bajunya ka Jendra, jadi saya mau tanggung jawab dengan cuciin bajunya. Tapi dia nggak tau kalo saya mau nyuciin bajunya," jelas Keisya.
"Ijin dul-"
"Nah itu dia pak, bapak jangan kasih tau ka Jendra nya. Biar besok pas dia ambil bajunya, udah bersih lagi. Ya pak ya? Plis!" Petugas laki laki itu geleng geleng kepala.
"Yaudah atuh ini." Setelah petugas itu memberikan kunci lokernya, juga Keisya yang mengucapkan terima kasih. Cewek keras kepala ini segera membuka loker dengan nomor 56 milik Jendra.
Setelah mengambil baju bernoda itu dan menutup kembali lokernya dan mengembalikan kunci loker pada petugas Keisya berlari menuju ruang kelas. Sudah bisa dipastikan ia akan terkena omel.
Setibanya di rumah, Keisya cepat cepat berganti baju lalu menuju kamar mandi dengan baju milik Jendra. Ia akan menjalankan misi rahasianya, mencuci baju milik pujaan hatinya.
Tidak memiliki ibu membuat Keisya menjadi mandiri. Tentu saja ayahnya tidak ingin repot repot menggaji asisten rumah tangga, jika Keisya bisa melakukannya sendiri. Selesai membilas baju putih itu, Keisya menjemurnya di halaman depan.
Namun, sesaat setelah menjemur pakaian itu, Dean yang kebetulan sedang lewat menyerit bingung. "Keisya!" Keisya dengan senyum merekah nya menoleh.
"Iya, ada apa?"
"Itu bajunya Jendra, kenapa bisa sama lo?" Tanya Dean. Keisya terkejut. Dari mana Dean tau itu baju Jendra?
"Itu ada name tag nya." Seakan tau apa yang sedang dipikirkan cewek kuncir kuda di depannya yang terlihat kaget ini, Dean menahan tawanya melihat Keisya yang sedang terciduk.
"Syutt! Jangan kasih tau siapa siapa ya, ka Dean. Plis!" Sepertinya Keisya sudah banyak memohon hari ini. Dean mengangguk dengan ekspresi geli nya.
"Iya iya santai. Eh btw sekalian di gosokin dong!" Celetuk Dean. Keisya memutar bola matanya malas.
"Ya iya lah! Tanggung banget di cuciin doang!"
"Sip baiklah!"

Komentar Buku (14)

  • avatar
    SallehBahirah

    Niceeeee🫡🥰

    30/06

      0
  • avatar
    NduttZidniii

    oloo

    14/06

      0
  • avatar
    GorengBakso

    bahasa yang mudah dipahami serta cocok dengan kepribadian remaja.. seperti menceritakan pengalaman yang mungkin pernah dilalui dimasa remaja

    26/05

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru