logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Sarapan Bersama

Radit menunggu jawaban dari Salsa berharap malam ini bisa menjadikan Salsa miliknya seutuhnya. Namun bukan jawaban yang diberi, tapi Salsa pergi dari kamar itu. Dia lari naik keatas dan tidur di kamar sebelah. Menguncinya dari dalam dan menangis.
Radit masih ada di bawah, dia sangat kesal karena penolakan dari Salsa. Dia tidak terima karena selama ini tidak ada yang berani menolak keinginannya. Apalagi hasratnya sudah tidak bisa ia tahan, dan harus dituntaskan sendiri di kamar mandi.
"Sa... sayang, kamu dimana?" ucap Radit saat masuk ke kamar namun tidak menemukan istrinya.
Dia mencari di kamar mandi namun juga tidak ketemu. Akhirnya dia mencari di kamar sebelah, betapa terkejutnya ketika kamar itu terkunci. Dan dengan segera dia mengambil kunci serep dan membuka pintu itu.
Mendengar pintu yang terbuka membuat Salsa menarik selimut dan pura-pura tidur. Radit berjalan ke arah istrinya dia memastikan jika Salsa tidur atau hanya pura-pura.
"Aku tau, kamu belum tidur. Aku mau bicara sebentar!" ucap Radit dengan menahan amarah. Karena dia tau Salsa sedang menangis.
"Mau bicara apa? Mau marah?" jawab Salsa dengan sinis.
"Kalau suami lagi ngajak bicara hadap sini!" bentak Radit yang membuat Salsa bergidik ngeri. Tatapan tajam setajam elang yang siap menerkam mangsanya membuat nyali Salsa semakin menciut. Mau tidak mau dia pun mengikuti perintah Radit.
"Ayo balik ke kamar. Aku tidak menerima penolakan, jalan sendiri atau aku gendong?" ucap Radit dengan lembut tapi tegas dan tidak bisa dibantah. Radit tidak mau tidur mereka terpisah, walau hubungan mereka belum ada apa-apa.
Adzan subuh telah berkumandang, membangunkan dua anak adam yang tengah tertidur. Salsa terjaga terlebih dahulu, dia melepaskan tangan Radit yang dari semalam memeluknya dengan erat.
"Mau kemana?" ucap Radit dengan suara seraknya khas bangun tidur yang menyadari Salsa akan pergi.
"Mau bersih-bersih terus shalat subuh. Mas nggak bangun?" sahut Salsa yang membuat Radit langsung terjaga.
"Udah iqomat belum? Ah.. kenapa aku bisa telat, padahal aku merasa baru tidur kok sudah subuh saja!" gerutu Radit yang langsung ambil handuk dan beranjak ke kamar mandi.
"Sudah kayak e Mas, shalat di rumah saja. Kita jamaah," ujar Salsa yang ditanggapi dengan anggukan Radit.
Saat Radit mandi, Salsa pergi ke kamar sebelah untuk mandi juga dan segera bersiap untuk shalat berjamaah dengan Radit.
Baju sudah Salsa siapkan, sajadah juga sudah dia pasang baru dia pergi mandi. Di saat Radit selesai dan tidak menemukan siapapun membuat dia jadi kesal. Tapi tidak lama kemudian Salsa muncul dan sudah berganti baju dan terlihat segar.
"Ayo, tadi dari mana? Suka banget ngilang?" gerutu Radit yang hanya dibalas senyuman Salsa.
Selesai shalat dua rakaat, Salsa mencium tangan Radit dengan takzim dan di balas Radit dengan mencium pucuk kepalanya.
"Maaf ya mas, semalam sudah buat kamu kecewa. Tapi aku mohon beri aku waktu untuk bisa menerima semua ini, biar aku belajar mencintai kamu dahulu. Karena aku tidak ingin melakukan hanya karena nafsu belaka," ujar Salsa dengan menatap kedua manik sang suami, agar dia tidak marah.
"Iya, aku yang salah telah mengikuti hawa nafsu. Tapi nanti setelah kita nikah secara resmi, aku mau kamu jadi istri aku seutuhnya. Mengerti?" jawab Radit dan dijawab Salsa dengan anggukan.
Hari masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas, tapi tidak bagi Salsa. Dia sudah terbiasa bangun pagi dan memulai aktivitas, seperti pagi ini, selesai shalat dia lalu mengumpulkan baju kotor dan segera mencuci. Sedang Radit dia kembali tiduran dan bermain ponsel.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 Radit turun dan menuju meja makan karena mencium bau nasi goreng yang sangat menggugah selera.
"Aku kira tadi tidur lagi mas, mau aku buatkan teh atau kopi?" tanya Salsa yang melihat Radit duduk di ruang makan.
"Teh tapi jangan manis," jawab Radit pura-pura sibuk bermain ponsel padahal dia lagi merekam kegiatan Salsa yang lagi masak.
Radit menyantap nasi goreng dengan sangat lahap. Membuat Salsa tersenyum senang, karena itu berarti masakannya cocok di lidah Radit. Selesai sarapan bareng, Salsa segera mencuci piring dan naik untuk menyiapkan baju kerja Radit. Sampai dia lupa untuk minum obatnya.
"Sa, aku berangkat kerja dulu. Ingat pesanku kemarin kan?" ucap Radit saat mau berangkat kerja.
"Hmm... rumah harus bersih, makanan harus hangat, tidak boleh ghibah apalagi menerima tamu sembarangan," ucap Salsa seraya menjemur baju.
"Bagus, selama aku pergi. Kamu jangan pergi dari rumah," tambah Radit. Hanya anggukan yang diberi Salsa, dia lalu mencium tangan suaminya sebelum Radit berangkat.
Pusing, lelah dan lemas itu yang kini dia rasakan. Semenjak subuh sampai dzuhur dia belum selesai membersihkan rumah. Ditambah tadi pagi tidak minum obat. Mau istirahat sejenak tapi takut kalau Radit pulang belum juga selesai, hingga dia memaksakan untuk terus melanjutkan aktivitasnya lagi.
***
Sedang di kantor Radit juga memiliki banyak sekali pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Baru saat istirahat tiba dia punya waktu untuk menelpon Salsa. Entah sudah berapa kali menelpon tapi tak ada jawaban. Baik telpon rumah maupun ponsel Salsa. Dan akhirnya dia melihat kegiatan Salsa lewat CCTV. Melihat Salsa yang tiduran di lantai membuat Radit cemas dan segera pulang.
"Dasar bodoh, kalau merasa sakit ya istirahat jangan dipaksa kerja," gerutu Radit di dalam mobil. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah. Dia segera membuka pintu dan menghampiri Salsa yang tak sadarkan diri.
"Kamu ini, kalau belum sehat benar jangan dipaksa buat kerja. Merepotkan saja, gara-gara kamu aku harus pulang!" omel Radit saat Salsa sudah sadar.
"Maaf, lagian siapa yang menyuruhmu pulang?"
"Bagaimana aku tidak pulang, lihat kamu tiduran di lantai? Kalau mama datang bagaimana?"
"Iya, iya maaf tadi kepalaku pusing banget mau istirahat nanggung. Mas sudah makan?"
"Belumlah, kamu sudah makan?"
"Belum juga, tapi aku belum masak. Tunggu bentar aku masak dulu baru nanti kita makan,"
"Nggak usah, kepalamu masih sakit?"
"Masih sedikit, kenapa?"
"Kita makan di luar bisa? Atau mau delivery saja? Tadi pagi sudah minum obat?" Hanya gelengan yang di beri Salsa membuat Radit tambah kesal.
Dari sikap dingin yang kadang membuat jengkel Salsa, tapi Radit tetap perhatian. Radit akhirnya memesan makanan sebelum dia kembali ke kantor. Rencana mau di rumah saja tapi dia dapat telpon dari Andi yang harus menghadiri rapat penting.
"Sa, aku tinggal di rumah sendiri tidak masalah kan? Soalnya ada rapat dan aku harus pergi sekarang!" pamit Radit dari balik pintu kamar mandi.
"Iya Mas, Hati-hati di jalan. Maaf tidak bisa antar," sahut Salsa dari dalam. Radit baru pergi setelah pamit sama istrinya.
Radit menjalankan mobilnya menuju tempat yang sudah diberitahukan Andi. Sedang Salsa di rumah selesai mandi dia menunggu kurir yang mengantar makanan untuknya sambil bermain ponsel. Tapi siapa sangka saat dia buka aplikasi biru dia melihat Ryan membuat story.
"Sayang dimana kamu kini. Aku sangat merindukanmu," tulis Ryan dengan mengunggah foto-foto mereka saat bersama.

Komentar Buku (182)

  • avatar
    JMegaa

    bagus ceritanya, ditunggu novel selanjutnya 🤭

    15/06/2022

      0
  • avatar
    Sari

    Wouw, baca blurb-nya aja udah bikin nyes. Terus semangat, akak

    18/05/2022

      0
  • avatar
    ArdiansyahAlif

    ini keren bro ahai boy

    8d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru