logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7 Lastri Dalang semuanya

  Anisa merasa rumah tangganya tidak akan bisa bertahan jika mertuanya selalu ikut campur. Tidak terasa air mata Anisa menetes, Luna yang menyadari ibunya menangis langsung memeluknya.
   "Bu, Luna tidak mau Ibu menangis. Jika bapak meninggalkan Ibu karena nenek, biarkan saja, Bu. Kita hidup bertiga saja dengan adik Lendra," ucap Luna.
   Entah mengapa anak seusia Luna bisa mengatakan hal itu. Apa dia juga sudah mulai jenuh dengan perlakuan bapak dan neneknya?
    "I...ibu ibu dimana," terdengar suara Lendra. Anisa keluar dari kamar Luna dan menuju kamarnya. Dilihatnya Lendra duduk diatas tempat tidur. Anisa langsung menggendong Lendra.
    Aldi masuk ke kamar, sepertinya Lastri sudah pulang. Anisa dan Aldi tidak saling sapa, bahkan Anisa langsung menuju dapur untuk membuat nasi goreng. Sedangkan Lendra bermain dengan Luna.
   Aldi mendekati Lendra, namun Lendra menjauh. "Lendra, ayo ikut Bapak!" ajak Aldi. Tetapi Lendra malah ke dapur menyusul Anisa. Luna juga ikut ke dapur, dia mengawasi Lendra agar tidak mengganggu Anisa memasak.
    Aldi merasa kesal, anak-anaknya semakin menjauhinya. Dia memikirkan apa yang diucapkan Lastri pagi tadi.
    "Ceraikan Nisa! Ibu tidak mau melihat kamu tidak dihargai sebagai suami. Bahkan dia telah mengajari anak-anaknya untuk takut sama kamu. Padahal kamu bapak kandungnya," ucap Lastri pagi tadi.
   Ada rasa kesal dan sedih pada hati Aldi. Dia merasa Nisa memang tidak menghargainya lagi sebagai suami. Dan masalah anak, mungkin karena Aldi sering marah di depan mereka sehingga mereka takut pada Aldi.
   Bahkan hampir setiap hari Aldi berdebat dengan Anisa di depan mereka. Mungkin mereka merasa Aldi tidak menyayangi mereka lagi.
   "Mas, makan!" perintah Anisa sambil menyodorkan sepiring nasi goreng. Aldi menerimanya dengan perasaan tidak menentu. "Mas, aku mau kerja lagi," kata Anisa.
    Aldi terkejut mendengar Nisa akan bekerja lagi seperti sebelum mereka menikah dulu.
    "Bagaimana dengan Lendra? Apa sudah kamu pikirkan nasibnya jika kamu kerja?" tanya Aldi sedikit keberatan.
    "Sudah, aku akan titipkan dia pada saudaraku. Mbak Ana juga mau aku titipin Lendra." Anisa sambil menyuapi Lendra.
   Ana adalah kakak kandung Anisa, rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah Nisa. Dulu Ana sering main ke rumah Nisa namun karena Lastri, Ana jarang main ke rumah Anisa.
   "Jangan merepotkan orang lain," kata Aldi keberatan jika Lendra dititipkan Ana.
    "Mbak Ana bukan orang lain Mas. dia kakak aku. Kalau tidak boleh Mbak Ana, Apa Ibu mu mau aku titipin Lendra?" tanya Anisa.
    "Jangan Ibu!" larang Aldi. "Dia sudah tua, jangan kamu suruh momong," ucap Aldi.
    "Ya sudah, kalau begitu jangan protes," ucap Anisa.
   Sebenarnya diam-diam Anisa di tawari pekerjaan oleh bosnya terdahulu. Dia akan di pekerjakan lagi jadi karyawan toko bangunan milik Pak Andre. Dia akan dijadikan kasir, karena kasir Pak Andre baru saja keluar.
    Aldi dan Luna segera mandi bergantian, mereka akan berangkat bareng. Sebenarnya Luna tidak mau tetapi Anisa memaksa Luna.
   "Berangkat sama Bapak, Ibu harus urus rumah," ucap Anisa. Dan akhirnya Luna mau bareng dengan Aldi.
    Siang ini, Anisa mengajak Sofi ke tempat Pak Andre. Dia membawa Lendra, dia juga nanti akan mampir ke rumah Ana. Bu Jamila istri Pak Andre tampak duduk di meja kasir.
   "Anisa, sudah siap kerja kah?" tanya Bu Jamila tersenyum ketika melihat Anisa datang bersama Lendra.
   "Belum, Bu. Mungkin besok, saya mulai kerja," jawab Anisa menyalami wanita paruh baya itu. Begitu juga dengan Lendra dan Sofi.
   " Ya sudah, kamu bawa saja sepeda motor itu ke rumah dulu. Karyawan kasir sengaja kami fasilitasi sepeda motor beserta uang bensin setiap hari. Apa lagi kamu tidak punya kendaraan sendiri, kan?" tanya Bu Jamila.
   "Terimakasih, Bu. Saya diterima kerja lagi disini saja sudah senang," jawab Anisa.
   Anisa membawa sepeda motor milik Pak Andre, dan mengajak Sofi mampir ke rumah Ana. Terlihat Ana sedang duduk di depan rumah bersama tetangganya.
   "Loh Nis kamu sudah mulai kerja? Kok udah bawa motor Pak Andre?" tanya Ana saat melihat Anisa turun dari sepeda motor.
   "Insyaallah besok Mbak, jadi mulai besok saya nitip Lendra ya. Kalau Luna dia bisa aku jemput pas pulang sekolah. Aku sudah bicarakan semua dengan Pak Andre dan istrinya," jawab Anisa.
   Mereka masuk ke rumah Ana, rumah Ana baru saja di renovasi. Dulu belum pakai keramik sekarang sudah di keramik semua.
    "Bagaimana Aldi apa dia keberatan kamu kerja lagi?" tanya Ana sembari membawakan dua gelas es sirup.
   "Keberatan atau tidak aku tidak peduli, Mbak. Saya lebih mentingin kerja buat kebutuhan saya dan anak-anak," jawab Anisa.
   Mereka mengobrol cukup lama, hingga waktunya jemput Luna sehingga Anisa pamit dan Sofi juga akan pulang.
**
   Lastri berjalan mondar-mandir di depan rumah Anisa. Dia mencoba membuka pintu namun terkunci dan Anisa.belum pulang.
    Dari kejauhan terlihat Anisa sedang memboncengkan Luna dan Lendra memakai sebuah sepeda motor milik Pak Andre. Lastri langsung berkacak pinggang ketika tahu Anisa aka. kerja lagi.
    "Nisa, kalau kamu kerja anak-anak dan suami kamu bagaimana? Kamu nggak mikir apa nasib mereka?" tanya Lastri setengah marah.
    "Mereka sudah besar Bu, Luna juga setuju aku kerja. Lendra aku tituoka. ke mbak  Ana, mbak Ana sudah mau. Lalu apa lagi masalahnya?" tanya Anisa.
   "Tega kamu sama suami kamu, apa lagi nitipin Lendra di rumah orang lain," bantah Lastri.
   "Mbak Ana bukan orang lain Bu, dia budenya Lendra. Atau Ibu mau aku titipin Lendra? Tentu tidak mau, kan?" tanya Anisa sembari masuk ke dalam rumah.
   "Kalau kamu kerja, aku akan suruh Aldi tidak memberi kamu uang lagi. Biar kamu kapok, dan nggak merendahkan Aldi lagi," ancam Lastri.
   Anisa meletakkan Lendra di tikar, sedangkan Luna masuk ke kamar untuk ganti baju. Anisa merasa haus dia mengambil minum.
    "Kamu kerja tidak akan dapat uang sepersenpun dari hasil kerja Aldi," teriak Lastri.
    Anisa menatap ibu mertuanya, "Silahkan! Aku tidak takut untuk menafkahi diriku sendiri dan anak-anak. Dan aku berjanji tidak akan menerima uang sepersenpun dari mas Aldi termasuk untuk kebutuhan anak-anakku. Tapi ingat jangan suruh aku mengurus anak mu lagi." Anisa kesal sehingga dua berani melontarkan kata-kata itu.
    Suami yang harusnya memberi nafkah tetapi mau lepas tangan membuat Anisa merasa tidak perlu untuk mengurus keperluan Aldi lagi.
    "Maksud kamu apa? Kamu kan istrinya? Jadi kamu yang harus mengurus keperluan Aldi," bantah Lastri tidak mau kalah.
    "Aku akan mengurus mas Aldi kalau dia masih memberiku nafkah, Bu. Tetapi jika dia tidak memberiku nafkah maka aku akan lepas tangan," jawab Anisa.
    Lendra menangis, Anisa segera menggendong Lendra. Mereka makan siang bersama tanpa mau mengajak Lastri. Merasa sudah dicuekin Anisa, Lastri pulang.
   Dalam perjalanan pulang dia mengumbar omongan pada para tetangga Anisa bahwa Anisa sudah tidak mau mengurus Aldi dan anak-anaknya karena bekerja lagi di tempat pak Andre.
    "Jahat sekali Nisa, lepas tanggung jawab. Kalau dia tidak mengurus suami dan anaknya terus siapa Bu yang ngurus mereka? Bu Lastri?" tanya Fitri.
    "Aku nggak mau, bisa nggak bisa Anisa yang harus mengurus mereka. Itu kan tanggung jawab Anisa bukan aku," bantah Lastri.
    "Masak sih Anisa seperti itu, bukannya selama ini Aldi yang tidak pernah adil pada Anisa. Kalau aku jadi Anisa sih mending kayak gitu," kata Bu Cici.
   "Anisa yang salah, dia mau lepas tanggung jawab sama Aldi dan anaknya. Padahal kerja aja belum sudah sombong, Bu Cici tahu apa tentang Aldi?" tanya Lastri setengah membentak.
    "Tahu semua lah termasuk uang belanja Anisa yang dipotong dan diberikan Bu Lastri. Bahkan Aldi kredit leptop untuk Salman saja Anisa tidak tahu." Bu Cici membeberkan semua kelakuan Aldi.
    Lastri tidak terima, dia marah pada Bh Cici. Bahkan dia menyumpahi Bu Cici sebagai rentenir dan lintah darat.
    Aksi saling debat terjadi, bahkan Lastri hampir saja memukul Bu Cici. 
   "Stop...," teriak Pak Imron suami Bu Cici.
    Bukan berhenti malah, Lastri dan Bu Cici masih bertengkar. Sehingga menimbulkan kegaduha.
    Dor
    Terdengar suara tembakan, semua orang menoleh kearah sumber suara.
   

Komentar Buku (120)

  • avatar
    channelDzati saadah

    serasa terwakilkan dengan cerita ini beberapa keadaan mirip dengan kisah hidupku

    24/06/2022

      4
  • avatar

    baru mau mulai baca.smoga aja bagus ya

    19/06/2022

      0
  • avatar
    AntungoIndah

    bagus ceritanya

    19d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru