logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 4 Perlakuan Davin, Berbeda

04
Ray berjalan masuk ke dalam rumahnya, Dia sampai rumah pukul 5 pagi setelah menyelesaikan pekerjaannya mengantar surat kabar.
Walau dengan kondisinya yang tidak sehat, Ray masih sempat untuk bekerja.
Dia berpikir kalau hanya mengantarkan surat kabar saja tidak apa apa untuknya sebelum dia pulang.
Sesampainya di rumah, Ray melihat Dennis yang sedang tidur di ruang tengah rumah.
Sepertinya Dennis benar benar menunggu Ray yang tidak pulang semalaman.
Dia berjalan ke dapur sebelum membangunkan Dennis untuk menyiapkan sarapan.
Sambil sesekali menahan sakit, Ray tetap melanjutkan kegiatan memasaknya untuk sarapan mereka berdua.
Dennis terbangun saat mendengar suara seseorang yang sedang memuntahkan isi perutnya.
Dia, Ray. Yang sedang memuntahkan isi perutnya.
"Kak.." panggil Dennis.
"Kau sudah bangun rupanya. Aku sudah siapkan sarapan untukmu. Mandi dan setelahnya makanlah." ucap Ray sambil berjalan meninggalkan Dennis.
"Kenapa Kakak tidak pulang. Kakak bahkan tidak menjawab telponku. kakak kemana saja?" ucap Dennis.
"Aku menginap di rumah teman dan ponselku hilang." ucap Ray yang sedang duduk bersandar di sofa ruang tengah.
"Kakak bahkan tidak bilang kepadaku kalai kakak tidak akan pulang. Bukankah kakak bisa meminjam ponsel teman kakak untuk memberiku kabar." ucap Dennis.
"Dennis, bisa aku meminta tolong kepadamu. Bisa biarkan aku tidur sebentar saja aku lelah sekali." ucap Ray, dia sudah mulai memejamkan mata.
"Bangunkan aku kalau kamu sudah selesai mandi dan bersiap. Kita berangkat ke sekolah bersama." ucap Ray lagi.
Dennis menatap wajah pucat Ray dan mencoba mengecek suhu tubuhnya dan benar saja ternyata Ray, demam.
"Sebaiknya hari ini kakak istirahat di rumah. Badan kakak demam. Kakak.--"
"Aku hanya ingin tidur sebentar saja tolonglah." Ray memotong ucapan Dennis.
Jarang sekali Ray memohon untuk istirahat sebentar kepada Dennis, memang tubuh Ray terasa sangat lemas dengan kepala dan perutnya yang terasa sakit.
Ray memilih memejamkan matanya, Dia tidak ingin membuat Dennis tambah khawatir.
Tanpa bertanya kepada sang kakak, Dennis kemudian mengambilkan air dan handuk kecil untuk kompres kening Ray yang sedang demam.
Kalau saja Ray tidak memaksakan keluar rumah sakit, Dia akan baik baik saja tapi Ray tetap tidak ingin tinggal di rumah sakit.
Dan pada akhirnya Dennis memutuskan menemani Ray yang sedang sakit dirumah, mereka tidak bersekolah hari ini.
Dennis tidak tega untuk membangunkan Ray dan mengajaknya pergi ke sekolah karena demamnya tinggi.
 ***
Pukul 10 pagi, Davin sampai rumah setelah bekerja, tidak tahu ada apa karena tidak bisanya Dia pulang lebih awal.
Saat baru masuk Davin melihat Dennis sedang mengurus Ray yang sedang demam tinggi.
"Kalian tidak bersekolah." tanya Davin. Dari nadanya, terdengar Davin sedang marah.
"Kakak sedang sakit Ayah, kakak demam--"
"Bangunkan Dia, aku sangat lapar.." ucap Davin memotong ucapan Dennis. Dia bahkan tidak mendengarkan ucapan Dennis.
"Tapi Ayah, Kakak sedang sakit biar Dennis yang--"
"Dennis. Ayah tidak akan mengulangi ucapan Ayah lagi." ucap Davin. Dia memamg bersikap berbeda kepada Ray, padahal Dennis juga bisa menyiapkan makan untuknya.
Dennis hanya menurut apa yang Ayahnya suruh. Saat Jungkook akan membangunkan Ray, ternyata Dia sudah bangun dan sedang di dapur untuk menyiapkan makanan untuk Ayahnya.
"Kak, biar Dennis yang memasak. Kakak--"
"Bantu aku menyiapkan bahannya." tanpa menunggu penjelasan Dennis, Ray tetap melakukan kegiatannya memasak.
Setelah selesai memasak Dennis membantu Ray untuk meletakkannya ke meja makan dan memanggil Ayahnya.
"Kenapa kau tidak bersekolah. Kau bahkan mencotohkan sikap buruk kepada adikmu dengan membolos." ucap Davin. Padahal Dennis sudah mengatakan kalau Ray sedang sakit tapi Davin tidak mendengarkan apa yang Dennis katakan.
"Maaf Ayah, aku--"
"Aku tidak mau mendengar penjelasan mu. Jangan pikir kau pintar lantas bisa sesuka hatimu tidak bersekolah." ucap Davin memotong ucapan Ray yang ingin menjelaskannya kalau dirinya sedang sakit. Inilah alasan Ray selalu memaksakan dirinya, karena Ayahnya selalu melihatnya salah.
Dennis hanya diam di samping Davin, Dia tidak pernah berani menyela ucapan Davin saat Ayahnya sedang marah.
"Ya sudah, Ray akan keluar untuk bekerja." ucapnya.
"Tapi Kakak masih demam." ucap Dennis.
"Ya, bekerjalah daripada kau hanya diam dirumah, buat dirimu berguna.." ucap Davin.
"Aku ikut dengan kakak."
"Dennis, kau diam di rumah." ucap Davin.
Ray hanya diam sambil menghela nafas pelan, sepertinya Davin sedang dengan mood yang tidak baik baik saja dan tidak akan baik juga kalau Ray tidak menuruti apa yang dikatakan Davin.
Ray keluar dari rumah berjalan entah kemana, Dia tidak tahu akan pergi karena jam kerjanya masih beberapa jam lagi.
Mungkin ke Cafe milik Rangga itu lebih baik menurut Ray. Dan Ray melangkahkan kakinya ke Cafe milik Rangga dengan tubuh yang tidak bertenaga.
"Kau tidak sekolah? Apa kau baik baik saja?" tanya Rangga.
"ya, aku baik baik saja." jawab Ray.
"Kenapa kau tidak pulang semalam. Kemana kau pergi? Adikmu sampai mencarimu kesini, kau juga tidak menjawab teleponnya."
"Ponselku hilang. Aku sebaiknya bersiap dulu kak." ucap Ray berjalan masuk dan meninggalkan Rangga untuk bersiap bekerja.
Ray memilih membantu Rangga di Cafe daripada harus berdiam diri dirumah walau jam kerjanya masih beberapa jam lagi.
Di rasa Ayahnya sudah tidur, Dennis pergi untuk mencari Ray yang memang sedang tidak baik baik saja. Kemana Dia pergi saat tubuhnya sedang lemah.
"Kak, sebaiknya kakak beristirahat." ucap Dennis yang baru sampai di Cafe Rangga.
"Apa Ayah sudah berangkat lagi? Bukankah kau di suruh untuk tetap diam di rumah." ucap Ray.
"Kak, Dennis mohon. Kakak sedang tidak baik baik saja jangan memaksa kan diri Kakak." ucap Dennis.
"Jam kerjaku setelah ini selesai. Apa kau ingin ke rumah Ibu Araa bersamaku? Aku berjanji untuk--"
"Kakak cukup. Kenapa kakak tidak pernah mau mendengar ku." ucap Dennis yang sudah kesal dengan Ray yang mengalihkan pembicaraannya.
"Dennis dengarkan aku. Aku baik baik saja, percayalah. Jadi tenanglah. Bukankah tadi kau sudah merawatku, aku jauh lebih baik." ucap Ray.
"Aku merasa bersalah saat kakak sakit karena ku, tolonglah kak dengarkan aku kali ini." Dennis memohon agar Ray mau mendengarkan apa yang dikatakan.
" Dennis--"
"Ada apa? Kalian masih saja bertengkar?" ucap Darrel yang baru bergabung.
"Kalian bahkan tidak masuk sekolah." lanjut Darrel.
" Tanyakan saja padanya kenapa Dia tidak masuk sekolah." ucap Dennis sinis.
"Ada apa Ray?"
"Tidak apa-apa."
"Pernah kakak mengatakan apa yang kakak rasakan sebenarnya, bukan hanya jawaban tidak apa apa yang keluar dari mulut kakak."
Ray memilih meninggalkan Dennis dan Darrel yang sedang khawatir dengan kondisi Ray karena memang terlihat jelas wajah pucat Ray yang menandakan Dia sedang tidak baik baik saja.
"Biar aku yang bicara dengan kakakmu nanti, kau tenanglah.." ucap Darrel.
Darrel menghampiri Ray yang sedang duduk sambil merasakan sakit di perutnya, Dia bahkan sudah meminum obatnya tapi rasa sakitnya masih saja terasa.
"Ray, kau seharusnya tidak bersikap seperti itu kepada Dennis. Dia hanya mengkhawatirkanmu. Dia bahkan mencarimu kemana mana saat kau semalam tidak pulang." ucap Darrel.
"Memangnya kau dari mana? Tidak bisanya kau tidak pulang."
"Hanya kau yang Dennis punya saat Ayah kalian sibuk bekerja. Seharusnya kau tidak menahan rasa sakitmu seperti itu. Kau sudah menjaganya dengan baik, kau bahkan--"
"Aku hanya ingin melindungi adikku dan aku baik baik saja." Ray memotong ucapan Ray.
"Aku--"
"Dzik, tolonglah. Aku sedang tidak ingin membahasnya."
"Kau darimana semalam? Kenapa kau tidak pulang?" tanya Darrel lagi.
"Aku berada di rumah teman.." ucap Ray.
"Teman? Siapa? Kau mencoba menutupi sesuatu dariku?" tanya Darrel.
"Tidak.."
"Apa kau semalam berada di rumah sakit?" ucap Darrel, membuat Ray menatap Darrel.
"Benar kau berada disana?"
"Bagaimana kau tahu?" tanya Ray.
"Ada seseorang yang mencarimu tadi di sekolah. Dia bilang kau terluka dan keluar dari rumah sakit meninggalkan kartu pelajarmu. Apa kau kabur? Kenap tidak bilang kalau kau sedang sakit?" ucap Darrel.
"Apa kau tahu siapa Dia?" tanya Ray.
"Tidak. Aku hanya mendengar sekilas saja setelahnya guru mengajak orang itu bicara di dalam." jelas Darrel.
"Ada apa sebenarnya?" tanya Darrel. Dia sangat penasaran dengan yang terjadi kepada Ray.
"Aku hanya menolong seseorang dan aku pingsan itu saja." jelas Ray.
"Kau menolong?"
"Sebaiknya aku kembali bekerja. Tolong jangan katakan hal ini kepada Dennis.." ucap Ray memotong ucapan Darrel.
"Kau selalu menutupi lukamu dari adikmu sendiri. Dia itu sudah dewasa, kau tidak bisa terus melindunginya." ucap Darrel.
Ray hanya berjalan meninggalkan Darrel yang masih saja membahas tentang Dennis.
Dennis berjalan bersama dengan Ray menuju rumah Bibi Araa. Hari ini akan ada acara di rumah Bibi Araa dan mereka ingin membantu.
Dennis berjalan beberapa langkah di belakang Ray.
Menatap punggung kakaknya itu yang mencoba kuat walau merasa sakit.
Dia berjalan sambil memikirkan hal tentang kakaknya.
Sampai tidak tahu kalau Ray berhenti dan membuat Dennis yang sedang berjalan sambil melamun menabrak punggung Ray membuatnya terkejut dan kembali fokus.
"Apa apa?" tanya Ray, dia terkejut dengan Dennis yang tiba tiba berhenti.
"Kenapa kakak berhenti tiba tiba.." ucap Dennis kesal.
"Kau yang kenapa? Kalau jalan itu yang fokus, kau malah melamun.." ucap Ray.
"Ahh tidak."
"Apa kau ingat dulu kau sering sekali minta gendong saat perjalan pulang seperti ini." ucap Ray.
"Kau ingin kakak menggendong mu?" tanya Ray lagi.
"Tidak. Aku sudah besar untuk itu, tidak mau.." elak Dennis, dia menolak tawaran Ray.
"Dennis, apa kau menyayangiku?" tanya Ray tiba tiba.
"Tidak. Aku membencimu. Kau selalu saja membuatku khawatir." ucap Dennis. Walau itu tands kalau Dennis sedang kesal kepada Kakaknya.
"Maafkan aku. Aku bukan kakak yang baik untukmu.." ucap Ray.
"Ada apa kakak tiba-tiba bicara seperti ini?"tanya Dennis bingung.
"Kalau takdir mengatakan aku bukan kakakmu bagaimana? Aku sangat ingin merubah takdir itu. Aku ingin selalu menjadi kakakmu. Sekarang atau nanti aku tetap ingin menjadi kakak mu."
"Apa maksud kakak bicara seperti ini?" tanya Dennis lagi.
"Maafkan aku. Yang perlu kamu tahu, kalau Kakak sangat menyayangi mu." ucap Ray.
Dennis masih mencerna apa yang Ray katakan kenapa Ray bicara seperti itu. Apa ini karena Ayah mereka? Karena Ray selalu saja mendapatkan perlakuan berbeda dari Ayah mereka dan itu yang membuat Dennis selalu berpikir kalau Davin menyembunyikan sesuatu darinya.
"Kau tetap Dennis kecilku, sampai kapanpun itu akan tetap sama. Aku tidak ingin kau terluka sedikit pun atau orang lain memandangmu berbeda."
"Ingat kakak selalu ada untuk mu. Kakak tidak akan meninggalkanmu." ucap Ray.
"Tapi kakak yang selalu menyembunyikan luka di dalam hati kakak. Aku hanya ingin kakak terbuka kepadaku agar aku tahu apa yang kakak rasakan. Aku sudah cukup dewasa sekarang, aku juga ingin melindungi kakak." ucap Dennis.
Ray menatap Dennis dan tersenyum kepadanya, mengacak sedikit rambut depan Dennis.
"Dennis, sudah besar sekarang?" ucap Ray, dia bersikap seperti berbicara kepada anak kecil.
"Kakak--" rengek Dennis.
"Sudahlah ayo sebaiknya kita cepat ke rumah Bibi Araa. Dennis ku ini pasti sudah lapar kan." ucap Ray sambil sedikit menggoda Dennis.
"Aku seperti anak kecil saja.." ucap Dennis.
"Kau selalu mejadi anak kecil untuk kakak." ucap Ray sambil kembali mengacak rambut Dennis lagi.
"Kakak--" ucap Dennis kesal.
Ray tidak mau jauh dari Dennis, saat Ayahnya bersikap berbeda kepadanya, Dennis yang selalu ada untuknya.
Dia selalu membuat Ray tersenyum dengan tingkahnya.
Dennis sangat berbeda kepada Ray, Dia selalu terbuka kepada Ray dan tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari Ray tapi menurut Dennis, kakaknya itu selalu mengerti kalau dirinya sedang tidak baik baik saja tanpa Dennis menjelaskannya lebih detail.
Kakak yang selalu ada untuknya, saat Ayahnya saja sibuk dengan pekerjaannya hanya Ray yang selalu ada untuknya dan dekat dengannya.
Walau tetap saja Dia selalu tidak bisa mengerti kakaknya karena Kakaknya selalu saja pintar menyembunyikan sesuatu darinya..
🐻
TBC
by: nyemoetdz😘

Komentar Buku (42)

  • avatar
    aisyahUmmah nurul

    Cerita nya bagus dan menarik, jangan lupa nextt ya thorr

    02/04/2022

      1
  • avatar
    Ummi Aisy Rezky

    😍😍😍😍

    29/06

      0
  • avatar
    Carissa Vania Artamevira

    seruuu bgt ray care bgt

    17/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru