logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 3 Berkorban Untuk Dennis

03
Pukulan hingga tendangan di terima oleh Ray dari beberapa anak yang sedang berdiri di depannya.
Ray di pegang oleh dua anak di kanan kirinya dan anak lain memukulinya, Ray hanya diam saat pukulan demi pukulan diterimanya.
Tadi setelah menyuruh Dennis kembali ke kelas, Ray menghampiri teman Dennis dan ingin membayar apa yang dituduhkan kepada Dennis.
Ray hanya tidak ingin Dennis melihat dirinya dihajar oleh temannya jadi Ray mengajak teman Dennis agar mereka menghajarnya di gudang belakang sekolah tidak di samping sekolah yang seperti di janjikan.
"Kau kuat juga." ucapnya.
Ray terduduk sambil bersandar di dinding dengan tangan yang memegang perutnya karena mendapatkan pukulan dari beberapa orang yang sedang berdiri di depannya.
"Bukankah sudah impas, kau tidak akan mengganggunya lagi?" ucap Ray sambil menahan rasa sakit.
"Ya, kita impas. Aku suka sekali bermain denganmu, kalian itu hanya orang miskin yang beruntung bisa bersekolah di sini." ejek anak itu kepada Ray yang sudah babak belur.
"Dan kalian orang kaya yang suka sekali menindas orang kecil seperti kita." ucap Ray.
"Aku ingatkan kepada kalian, dan dengarkan baik baik. Jangan sampai kalian mengganggunya lagi, mungkin sekarang aku yang kalian hajar tapi kalau saja kalian melukai adikku. Aku yang akan menghabisi kalian.." ucap Ray dengan penuh emosi.
Ray berjalan keluar gedung sekolah sedikit tertatih karena menahan sakit di sekujur tubuhnya, belum sembuh luka dari pukulan Ayahnya. Ray sudah mendapatkan luka baru tapi Dia tidak peduli akan hal itu.
Ray berjalan sambil sesekali memegangi perutnya, ada beberapa luka di wajahnya tapi Dia sudah membersikannya walau masih saja terlihat luka itu mengeluarkan darah.
Sejak tadi setelah jam istrahat, Ray tidak melanjutkan jam pelajarannya karena tidak ingin guru tahu tentang luka yang Dia dapat, karena akan jadi masalah kalau guru tahu.
Setelah dirasa gedung sekolah sedikit sepi, Ray keluar dan berjalan meninggalkan sekolahnya menuju tempat kerja.
Tapi saat akan menaiki bus yang biasa Dia naiki, Ray melihat Dennis menunggunya di halte yang tak jauh dari sekolahan mereka, Dennis sedang bersama Darrel.
Ray hanya menghela nafas pelan saat melihat Dennis yang sedang menunggunya di halte, dia tahu apa yang akan Dennis katakan kalau tahu Ray babak belur karenanya.
Ray mendudukkan dirinya pelan di samping Dennis sambil sedikit menahan sakit.
Dia tidak menatap wajah Dennis yang sejak tadi menatapnya.
Ray tidak ingin melihat Dennis bersedih karena kondisinya.
"Ray--"
"Kenapa kalian belum pulang." ucap Ray.
"Dan Dennis, bukankah Ibu memerlukan bantuan mu, pulanglah." lanjut Ray, dia tidak menghiraukan panggilan Darrel.
"Kakak benar melakukannya?" ucap Dennis, sejak tadi dia menatap Ray yang babak belur karenanya.
"Dzik, bisa kau ajak Dennis pulang, aku harus berangkat bekerja." ucap Ray.
"Aku memang selalu saja menyusahkan mu." ucap Dennis.
"Pulanglah.. kita bicarakan di rumah setelah aku pulang bekerja." ucap Ray.
"Terus saja kakak seperti ini. aku memang tidak ada gunanya." ucap Dennis.
Dennis beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Ray.
Dennis merasa selalu menjadi beban untuk Ray saat Ayah mereka tidak pulang karena sibuk bekerja, Ray lah yang selalu ada untuknya tapi Dennis selalu merasa dirinya tidak pernah berguna untuk kakaknya. Dennis berpikir selalu saja menyusahkan Ray.
"Tolong temani Dia, aku mohon." ucap Ray kepada Darrel.
"Kau itu memang keras kepala." ucap Darrel. Dia juga merasa kesal kepada Ray yang selalu saja bersikap keras kepala.
Bagaimana ceritanya kalau Davin tahu Dennis babak-belur dan Ray diam saja? Pasti tetap saja Ray yang akan mendapatkan perlakuan kasar dari Davin.
Lebih baik Ray yang menerima hal seperti ini walau itu tidak menjamin Davin tidak akan memarahinya karena yang Davin mau, dia tidak ingin terjadi seseuatu kepada Dennis dan Dia mau Ray menjaganya dengan baik.
Walau waktu Davin dihabiskan untuk bekerja tapi kehidupan mereka sekarang tetap sama, tidak banyak berubah walau Davin mulai bekerja di tempat yang lebih layak dari pekerjaannya sebelumnya, tetap saja Ray tidak ingin menyusahkan Ayahnya, Dia memilih untuk bekerja sendiri.
Sesampainya di tempat kerja, Ray sedikit bisa melupakan masalah yang terjadi dengan mengerjakan pekerjaan yang dilakukan.
"Ada apa dengan wajahmu." tanya Rangga kakak Darrel.
Rangga adalah kakak Darrel, Dia baik kepada Ray. Dia anak laki laki yang pernah menghampiri Ray saat makan roti di taman waktu itu.
Sejak kejadian itu, mereka dekat dan itu membuat Ray juga dekat dengan Darrel. Dia pemilik Cafe tempat Ray bekerja.
Mereka itu sangat berbeda, kalau Darrel anak yang ceria berbeda dengan Rangga. Dia lebih banyak diam, sikapnya dingin seperti es tapi Dia baik kepada Ray walau cara bicaranya sangat pedas di dengar tapi begitu Rangga menggungkapkan perasaannya.
"Aku terjatuh." jawab Ray asal.
"Apa saki?" tanya Rangga sambil menekan sedikit perut Ray.
Ray hanya meringis merasa kesakitan saat Rangga menekan lukanya. Ray tidak bisa menutupi masalahnya dari Rangga, Dia selalu tahu apa yang Ray rasakan sejak dulu Rangga seperti itu kepada Ray.
Dia selalu tahu apa yang Ray rasakan tanpa Ray menjelaskannya dan Rangga memperlakukan Ray sama seperti Darrel, adiknya.
Rangga dan Darrel adalah keluarga untuk Ray di saat Dia merasa Davin memperlakukan tidak adil kepada Ray.
Pernah suatu ketika, Davin pulang dengan kondisi mabuk dan Ray menjadi sasaran amukan Davin. Alasannya karena Dia di pecat dari pekerjaannya.
Davin bahkan menggangap semua masalah datang karena Ray. Istrinya pergi juga karena Ray.
Sampai suatu saat Davin mengatakan kalau Ray bukan putranya tapi saat hal itu ditanyakan lagi kepada Davin setelah Dia sadar dari mabuknya Ray malah dapat jawaban yang tidak seharusnya Dia dengar.
"Lantas kenapa kalau kau memang bukan anakku? Kau ingin pergi dari sini? ucap Davin.
"Kenapa tidak sejak dulu aku membuangmu kalau kau merasa bukan anakku.."
Sejak perkataan itu Ray selalu saja mencoba untuk membuat dirinya percaya kalau Dia juga anak kandung Davin.
Walau seberapa keras mencoba hal itu Davin tetap berbeda kepadanya.
"Pulanglah hari ini, kau sedang tidak baik baik saja." ucap Rangga.
"Aku baik baik saja kak. Aku akan mulai pekerjaan ku." ucap Ray.
Ray tetap melakukan pekerjaannya walau Rangga sudah menyuruhnnya untuk pulang dan istirahat. Dia tidak ingin saat di rumah Dennis semakin marah kepadanya.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Ray berjalan untuk pulang. Rangga terus memaksakannya untuk pulang lebih cepat agar bisa istirahat, awalnya Rangga mau mengantarkan Ray pulang tapi Ray tidak mau merepotkan Rangga.
Dia memilih untuk pulang sendiri daripada merepotkannya.
Saat di perjalanan, Ray berlari ke arah seseorang yang akan tertabrak oleh mobil yang melaju ke arahnya tanpa orang itu sadari.
Sepertinya orang itu sedang sibuk dengan ponselnya dan tidak menyadari kalau ada mobil yang melaju kencang kearahnya.
Dengan cepat Ray menarik orang itu, membuatnya terjatuh ke trotoar.
"Apa anda tidak apapa?" tanya Ray.
"Ahh iya aku baik baik saja, kau terluka nak." ucap orang yang di selamatkan Ray. Dia melihat Ray terluka di beberapa bagian tubuhnya.
"Ahh tidak apa apa."
Telapak tangan Ray terluka karena tertindih tubuh orang yang diselamatkan itu.
Saat akan mencoba bangun Ray merasa kepala yang sejak tadi terasa sakit tidak bisa tertahan lagi dan Dia pingsan di samping orang yang ditolongnya.
Untung orang yang diselamatkan Ray baik baik saja walau tidak dengannya.
Ray malah pingsan setelah menolong pria paruh baya itu.
Pria itu membawa Ray ke rumah sakit terdekat.
Dia tidak tahu harus menghubungi siapa agar Ray ada yang menemani.
Dia juga belum sempat menanyakan nama atau alamat Ray karena setelah menolong pria itu Ray kemudian pingsan. Tidak mungkin untuk pria itu meninggalkan
Ray begitu saja.
"Apa anda Ayahnya?" tanya seorang perawat.
"Bukan. Saya hanya menolongnya dan membawanya kemari." ucapnya.
"Tidak bisakah anda menghubungi keluarganya?"
"Maafkan saya tapi saya tidak bisa. Biarkan saya yang bertanggung jawab untuknya."
"Ahh baiklah. Apa Dia kecelakaan? Dia memiliki luka di sekujur tubuhnya." tanya perawat itu.
"Kecelakaan? Aku rasa tidak. Dia hanya terjatuh dan itu tidak mungkin membuatnya terluka di sekujur tubuhnya."
"Tapi tubuh pasien terluka di beberapa bagian tubuhnya." ucap perawat itu lagi.
"Apa begitu parah?" tanyanya.
"Sepertinya terjadi luka pada perutnya, kita masih harus mengecek kondisi pasien lagi untuk mengetahui lukanya seberapa parah." ucap perawat.
"Lakukan yang terbaik untuknya. Saya yang akan menanggung biayanya." ucapnya.
Kata dokter terjadi luka serius pada perut Ray, dan Dokter mengharuskan Ray untuk melakukan operasi tapi kondisi Ray sendiri belum juga sadar dan pria yang di tolong Ray tadi tidak bisa memutuskannya karena dokter mau persetujuan pihak keluarga untuk hal itu.
Ray mengalami luka abdomen tumpul yang lebih tepatnya luka pada limpah dan pembuluh darah besar (aorta) di perutnya.
Ray membuka mata perlahan dan merasa perutnya yang terasa sakit.
Dia mulai melihat sekitar tempatnya terbaring, tidak ada siapa siapa disana.
Ray mencoba bangun dengan mencabut jarum infus di tangannya dan merapikan pakaiannya sebelum berjalan meninggalkan tempat tidurnya.
Walau terasa sangat sakit tapi Ray harus pulang. Entah sudah berapa lama Dia tidur karena ini sudah hampir pagi, pasti Dennis juga sedang menunggunya.
Setelah dari bagian administrasi, Ray segara pulang sambil memegangi perut yang masih terasa sakit.
Harusnya Ray istirahat karena dokter menyuruhnnya untuk melakukan operasi karena luka di perutnya tapi Ray memilih untuk pulang dan menemui Dennis yang pasti sedang khawatir karena Ray tidak pulang sejak semalam.
Ponselnya juga entah kemana Ray tidak menemukannya ataupun ingat dimana Dia menyimpan ponselnya, yang Dia ingat hanya saat menolong orang yang hampir tertabrak dan setelahnya Ray tidak ingat dengan apa yang terjadi.
Dan siapa Steve Roger Timothy, apa Dia yang menolong Ray dan membawanya ke rumah sakit?
Tadi saat akan membayar tagihan rumah sakit Ray, perawat bilang biaya rumah sakitnya sudah ditanggung oleh pria yang bernama Steve itu.
Perawat sebenarnya sudah menyuruh Ray untuk menunggu Steve tapi Dia tidak bisa harus berlama lama di rumah sakit karena Dennis pasti sedang menunggunya,karena ponselnya hilang, Ray hanya meninggalkan kartu pelajarnya kepada pihak rumah sakit.
Fokus Ray sekarang adalah Dennis, Dia pasti sedang menunggunya itu pikir Ray, jadi Dia segera pulang dan menemui Dennis..
🐻
TBC
By: Nyemoetdz

Komentar Buku (42)

  • avatar
    aisyahUmmah nurul

    Cerita nya bagus dan menarik, jangan lupa nextt ya thorr

    02/04/2022

      1
  • avatar
    Ummi Aisy Rezky

    😍😍😍😍

    29/06

      0
  • avatar
    Carissa Vania Artamevira

    seruuu bgt ray care bgt

    17/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru