Aini kaget ini pertama kali achmad berteriak kepadanya, aini menangis dia gemetar, ini pertama kalinya ada orang yang berbicara keras padanya, bahkan orang tua aini tidak pernah sekalipun berbicara keras kepadanya, aini memang sangat dimanja karena dia anak terakhir, orangtua aini tidak pernah marah ataupun membentaknya, aini tertunduk lemas, dia tidak tau harus berkata apa, disamping itu achmad terlihat menyesal, melihat aini menangis achmad langsung memeluknya dan meminta maaf.
“Sayang jangan nangis, maafin aku ya” achmad melepaskan pelukannya dan mengusap air mata aini, aini hanya terdiam, tangisannya semakin menjadi dan achmad kembali memeluk aini, dia mengusap kepala dan mencium kening aini.
“Sayang udah ya, jangan nangis, aku salah, aku minta maaf ya, aku kaya gini karena aku sayang, aku gamau kamu diambil sama laki laki lain”
Aini mengangguk dan mencoba berhenti menangis, dia menghela nafas panjang untuk mencoba menghentikan tangisnya, achmad mengusap air mata yang membasahi pipi aini, dia terus mencoba untuk menenangkan aini.
Akhirnya aini berpamitan untuk masuk kedalam rumah, sesampainya dirumah dia langsung bergegas masuk kekamar dan mengunci pintu rapat rapat, ia kembali menangis setelah mengingat bagaimana achmad membentaknya dengan sangat keras hanya karena hal sepele, keesokan harinya ketika achmad menjemput aini sepulang bekerja, aini melihat achmad membawa buket bunga yang berisi mawar berwarna ungu, achmad terlihat melemparkan senyuman untuk menyambut aini.
“Sayang, ini buat kamu, maafin aku ya soal semalem, aku bodoh banget bikin kamu nangis kaya gitu, aku salah dan janji gaakan bikin kamu nangis lagi” achmad mengangkat tangannya dan jarinya membentuk angka 2 seraya berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
Aini tersenyum melihat achmad yang sedang membuat tampang imut agar aini tidak marah lagi.
“Iya aku maafin, tapi janji ya jangan kaya gitu lagi, makasih bunganya ya sayang”
Achmad mengangguk sembari tersenyum dan langsung memeluk aini dengan hangat,
Setelah itu mereka bergegas untuk mencari makan, ditengah jalan achmad mengajak aini untuk mampir ketukang topi, ternyata ia ingin mengambil pesanan topi yang ia pesan tempo hari.
“Kita ke tukang topi bentar ya, aku mau ambil topi abis ini kita cari makan oke”
Aini mengangguk dan segera turun dari motor untuk mengikuti achmad kedalam toko, pada saat sedang menunggu, achmad datang dengan topi yang ia kenakan, aini tertawa geli melihat tulisan yang ada di topi tersebut.
“Yang apaan si itu tulisannya, kamu gamalu diliatin orang orang ake topi kaya gitu? Ucap aini sembari tertawa terbahak bahak.
“Kenapa harus malu? Nih baca aini punya achmad keren kan? Ucap achmad sambil memainkan topinya dan bercermin.
Aini heran tapi dia merasa bahagia, dia merasa sangat dianggap oleh achmad, dan dia merasa achmad sangat mencintainya.
Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah satu tahun aini dan achmad menjalin hubungan, hubungan mereka semakin erat, begitu juga dengan hubungan aini dan keluarga achmad, aini sangat dekat dengan keluarganya, dan sudah dianggap seperti anak sendiri, sikap aini juga tidak canggung ketika sedang berada dirumah achmad, semua keponakan achmad sangat menunggu kedatangan aini, aini merasa telah memiliki keluarga kedua, namun berbeda dengan achmad, sampai saat ini, aini belum memperkenalkan achmad kepada keluarganya, aini belum merasa siap, dia takut jika keluarganya tahu tentang latar belakang pendidikan achmad, suatu sore mereka sedang berjalan di sebuah mall dijakarta dan mampir untuk makan.
“Sayang sebentar lagi kita satu tahun ya? Ga berasa deh udah lama juga ya kita pacaran” ucap aini sambil mengelus pipi achmad.
“Iya, bersyukur sekali aku udah setahun bareng kamu, anugerah terindah”
Aini tersipu malu mendengar perkataan achmad, dia tersenyum hatinya merasa berbunga
“Terus anniversary kita nanti gaada apa apa gitu? Jalan jalan atau kemana? Kemarin aku lihat story ig nya mia sama pacarnya loh yang, mereka ngerayain anniversary yang kesatu tahun, ada kuenya gitu, seneng banget aku kalo ada kejutan kaya gitu juga” aini berbicara seakan mengkode achmad agar dibuatkan kejutan seperti itu juga, namun achmad hanya mengerenyitkan alis dan tersenyum kecil, dia tidak merespon perkataan aini.
Aini merasa kesal pada achmad, karena dia tidak merespon apa yang ia bicarakan, aini cemberut dan menjadi diam juga, achmad tertawa gemas melihat tingkah aini yang seperti anak kecil.
“Kamu nih jelek banget sih, ngambek ya? Udahlah gausah ada perayaan apa apa, yang penting kitanya baik baik aja kan? Nanti aku beliin coklat aja ya?” ucap achmad sembari mencubit kedua pipi aini dengan gemas.
Aini hanya diam tidak mengatakan apa apa, matanya melihat kearah lain dan tidak memperhatikan achmad yang sedang berbicara, achmad hanya tertawa melihat tingkah aini, karena mood aini tak kunjung membaik, aini meminta achmad untuk mengantarnya pulang, achmad pun mengiyakan permintaan aini dan tidak berusaha untuk mencegahnya, akhirnya mereka bergegas untuk pulang, selama perjalanan pulang aini hanya diam tanpa kata, dia merasa kesal dengan achmad, namun achmad tidak menggubris sikap aini padanya, sesekali ia melihat wajah aini yang sedang cemberut dari kaca spion motor, dia hanya tertawa karena itu sangat lucu.
“Jangan cemberut terus sih jelek tau” achmad meledek aini sambil mencubit pipinya gemas.
Aini hanya diam tanpa menjawab perkataan achmad.
“Yaudah kamu masuk gih, udah malem nanti masuk angin, bye cantik love you”
Aini hanya mengangguk tanpa menjawab apapun, achmad hanya tersenyum melihat tingkah pacarnya dan bergegas pergi.