logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 9

Keesokan harinya Bella yang menginap di rumah paman kembali ke kota Domino meskipun hanya satu hari saja di sini baginya sangat menyenangkan. Aku tidak sempat berpamitan karena harus pergi ke tempat kerja hari ini aku dinas bagian pagi. Aku hanya mengirimkan pesan. Kesibukan ku kembali menyambutku setiap orang berlalu lalang kian kemari menandakan mereka juga mengalami hal yang sama. Aku berjalan di trotoar setelah menaiki bus karena aku tidak membawa mobil dan lebih ingin menikmati perjalanan seperti ini yang sudah lama tidak ku lakukan. Lampu merah menyala pertanda aku harus segera menyeberang. Tidak lama kemudian aku sampai ke tempat kerja. Seperti biasanya pemandangan yang tidak berubah sama sekali. Aku pergi ke ruangan ku untuk menyimpan barang ku dan kembali menemui pasien yang tengah bersiap untuk menjalani operasi.
“Pagi-pagi sudah mulai ya,” ucap salah satu rekan ku
“Memang seperti ini seharusnya,” ucap ku
“Semangat-semangat,” ucap rekan ku
Di waktu yang sama di ruangan dokter kepala dia sedang berbincang dengan seseorang di telepon pembicaraannya sepertinya agak serius.
“Dia sepertinya masih mempertimbangkannya namun jangan khawatir aku akan membujuknya,” ucap Dokter kepala
“Kau harus melakukannya dengan baik. Lagi pula ini kesempatan bagus untuk anak itu sangat disayangkan jika dia menolaknya kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali,” ucap seseorang di telepon
“Tentu saja. Akan aku sampaikan lagi.”
“Ngomong-ngomong kamu sudah mempersiapkannya kan tim farmasi sudah menanyakannya padaku.”
“Tentu saja sudah ku persiapkan tuan.”
“Baguslah.”
“Jangan khawatir ini akan berjalan sesuai rencana awal.”
CKLEK
“Permisi anda memanggil saya?” ucap Billy
“Iya tunggu sebentar,” ucap Dokter kepala
Dia segera menutup teleponnya dan duduk di kursinya.
“Ada yang perlu saya lakukan?” ucap Billy
“Kedepannya kau akan kembali mengambil alih setiap operasi saraf. Itu saja.”
“Eh. Bukannya junior saya Brian dia juga ambil bagian dalam hal ini? Kenapa anda tiba-tiba mengatakan demikian?” ucap Billy yang setengah kebingungan.
“Itu... kedepannya kau yang akan kembali melakukannya tanpa dia karena sebentar lagi dia tidak akan bekerja lagi di sini.”
“Apa yang sebenarnya terjadi?’
“Tugasnya di sini sudah selesai dan akan dipindahkan ke Holive Hospital. Apa kau sudah paham.”
“Begitu rupanya tapi ini tiba-tiba. Tunggu dulu ini bukan secara tiba-tiba?”
“Karena dia sangat berbakat jadi aku memindahkannya ke sana sudah selesai bicaranya silahkan kembali bekerja.”
“Baiklah. Saya permisi.”
Kemudian billy meninggalkan ruangan dokter kepala. Tidak disangka ternyata di juga terkejut dengan berita mendadak ini tapi dia tidak langsung memberitahu yang lain dan hanya terdiam tutup mulut sampai semuanya menjadi semakin jelas.
“Ohh kepalaku eyy sepertinya aku harus meneguk sedikit cafein,” ucap Toni yang tidak sengaja berpapasan dengan Billy di koridor.
“Yo. Kau mau kemana?” tanya Billy
“Aku akan membeli secangkir kafein,” ucap Toni
“Kalau begitu permisi.”
“Iya Mr.”
Beberapa saat kemudian Brian keluar dari ruang operasi dan hendak pergi ke ruang ganti.
“Woah tidak habis-habis rupanya,” ucap salah satu rekan ku
“Ini sudah yang ke berapa? Aku sampai tidak ingat,” ucapmu
Memang dari pagi kami terus melakukan operasi sekarang waktunya untuk mengecek setiap pasien. Setelah aku berganti seragam kemudian pergi menuju setiap kamar pasien di ruang inap untuk melakukan kontrol bersama dengan suster Mei karena suster Anne dinas malam. Satu persatu ku datangi.
CKLEK
“Selamat siang permisi saatnya untuk pemeriksaan,” ucap ku
“Selamat pagi dok,” ucap pasien
“Bagaimana sekarang keadaannya ada keluhan lagi?”
“Untuk saat ini tidak ada dok.”
“Oh. Baiklah sebelumnya saya cek dulu ya detak jantungnya.”
“Baik dok.”
Sambil melakukan tindakan suster Mei juga membantu dalam mengganti cairan infusnya yang nyaris habis. Setelah pemeriksaan selesai kami berpamitan kepada pasien dan pergi meninggalkan ruangan. Menuju ruangan berikutnya dan seterusnya sampai selesai.
2 jam kemudian. Akhirnya selesai juga setelah ini aku hendak pergi ke ruanganku untuk menyelesaikan penulisan dokumen pasien. Tapi tidak lama kemudian dokter kepala memanggilku ke ruangannya. Saat itu juga aku langsung menuju ke ruangan dokter kepala. Di sana dia tengah duduk sambil tersenyum kepadaku menyuruh untuk duduk seketika aku langsung duduk di sofa.
“Langsung ke intinya saja ya. Bagaimana menurutmu apa kau sudah memutuskan?” tanya dokter kepala kepadaku. Sudah kuduga dia memanggilku untuk membahas hal itu apa boleh buat lagi pula sebelumnya aku sudah mempertimbangkan hal ini pasti akan terjadi.
“Tentu saja dok. Setelah saya berpikir akhirnya saya mengambil keputusan akan menyetujui apa yang disampaikan dokter kepala sebelumnya,” ucap ku
“Begitukah? Baiklah karena kau sudah memutuskan untuk menyetujui saya merasa senang karena dengan kemampuan anda tentu saja itu akan sangat baik,” ucap Dokter kepala kepadaku. Jujur saja bagaimanapun juga secara tidak langsung kalian memecatku tapi dengan cara yang lain. Pikiran negatif itu lagi-lagi terlintas dalam benakku. Padahal aku hanya perlu mengambil keuntungan saja dari situasi ini tidak perlu memikirkan yang lain.
“Baiklah kalau begitu silahkan untuk mengisi format ini dan tanda tangan persetujuan,” ucap dokter kepala sambil memberikan sebuah dokumen kepadaku.
Dengan bertahap aku mengisinya ternyata ini memang berisi kesepakatan bekerja di Holive Hospital karena membutuhkan ahli bedah saraf. Tidak habis pikir memangnya di sana tidak membuka lowongan pekerjaan atau semacamnya. Mungkin ini memang kesempatan untuk ku seperti yang dia katakan dengan paman.
“Sudah ku isi dan tanda tangan,” ucap ku
“Baiklah terimakasih sebelumnya Brian jangan khawatir kamu akan baik-baik saja,” ucap Dokter kepala
“Kalau begitu saya permisi dok,” ucap ku sambil pergi meninggalkan ruangannya.
Mau bagaimana lagi beritanya pasti akan cepat menyebar aku sudah membayangkan bagaimana reaksi mereka terhadapku. Ini membuatku berpikir dua kali dalam mengambil keputusan tidak hanya itu untuk membuatku berkembang memang bagaimanapun juga harus keluar dari zona nyaman.
“Kau mau cafein?” ucap Toni yang tiba-tiba datang dan memberikan secangkir hot americano.
“Ya.” Jawabku
“Apa terjadi sesuatu?” tanya Toni dengan penasaran
‘Apa aku harus mengatakannya sekarang,’ batin ku
“Jujur saja mungkin aku memberitahumu secara mendadak. Sebelumnya dokter kepala memanggilku ke ruangannya dan dia menanyakan apakah aku menyetujui permintaannya,” ucap ku
Sesuai yang ku duga Toni hanya terdiam mendengarkan tanpa berkomentar heboh.
“Terus?”
“Minggu depan aku akan dipindahkan ke Holive Hospital di Domino city. Sebenarnya beberapa minggu yang lalu paman dan dokter kepala mereka mendiskusikan suatu hal dan ternyata itu adalah kurang nya ahli bedah saraf di sana makanya dia merekomendasikan ku. Intinya seperti itu,” ucap ku
“Kalau begitu ambil kesempatan itu. Kau tahu orang lain tidak akan pernah mendapat kesempatan seperti itu jadi selagi bisa kenapa tidak,” ucap Toni
Mendengar ucapan Toni sungguh ini membuatku terkejut pasalnya aku berpikir dia tidak akan mengatakan seperti itu. Jika begini tidak salah aku mengambil keputusan.

Komentar Buku (91)

  • avatar
    Salsa bilaVenda

    baseng

    22d

      0
  • avatar
    Fiki Wijaya

    Sangat memuaskan

    18/07

      0
  • avatar
    Che semanZarini

    i like it

    17/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru