logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Chapter 7 Kepribadian Ganda

"Ti...dak mungkin. Benarkah aku berada di tubuh gadis yang bernama Maribelle?" tanya Megan pada dirinya sendiri. Nada suaranya bahkan berubah menjadi alto.
Megan masih meracau tidak jelas di depan cermin. Mungkinkah sang malaikat telah mengirimnya ke jasad yang salah? Atau karena dosanya terlalu besar maka dia ditempatkan ke dalam tubuh gadis buruk rupa. Entahlah, tapi dia lebih memilih meninggal daripada hidup dalam siksaan dan rasa malu.
"Bagaimana caranya aku bisa keluar dari tubuh ini?" gumam Megan bermonolog.
Ketika melihat ke sekeliling kamar, Megan mendapatkan ide cemerlang. Ia harus memukul dirinya sendiri sampai pingsan. Dengan begitu rohnya bisa terlepas dari tubuh gadis buruk rupa ini.
Tatapan Megan tertuju pada sebuah peti kecil berbentuk kotak yang terbuat dari kayu. Yah, benda itu paling pas menjadi alatnya. Cukup menghantam satu kali dengan keras, maka dipastikan ia akan pingsan.
"Aku harus berhasil. Semoga gadis ini tidak mengalami cedera berat karena aku," batin Megan sembari mengambil peti itu.
Sambil menghitung mundur di dalam hati, Megan bersiap mengangkat peti itu. Namun mendadak pandangannya kabur. Kepalanya berputar seperti tertimpa angin puting beliung. Megan terhuyung dan menjatuhkan peti itu dari genggamannya.
Megan memegangi kepalanya yang serasa akan pecah. Mati-matian ia berusaha menguasai tubuh barunya agar tidak kehilangan keseimbangan.
"Jangan sentuh barang peninggalan ibuku!" teriak suara yang berdengung di telinganya.
"Kembalikan!"
Tunggu dulu, suara ini bukan berasal dari luar namun dari dalam dirinya sendiri.
"Si...apa kamu? Kenapa merasuki tubuhku? Apa kamu hantu?" tanya suara tak kasat mata itu.
"Aku bukan hantu. Justru aku yang mau bertanya siapa kamu?" sembur Megan berjalan tertatih ke tempat tidur.
Megan merasa dirinya sudah menjadi gila karena berbicara sendiri. Dia bagai memiliki kepribadian ganda di dalam satu tubuh.
"Aku Maribelle. Tolong keluarlah dari tubuhku."
Mendengar gadis itu mengaku sebagai Maribelle, Megan pun tersentak. Ternyata ini bukan kekeliruan. Sang malaikat sengaja menempatkannya di tubuh gadis buruk rupa dengan satu tujuan besar, yaitu mengubah nasibnya. Tapi bagaimana bisa ia melaksanakan tugas seberat ini. Apakah dia harus mencarikan dokter bedah plastik untuk menghilangkan bekas parutan di pipi Maribelle?
"Aku juga ingin keluar dari tubuhmu. Makanya aku mengambil peti tadi untuk memukul kepalaku, maksudku...kepalamu agar pingsan. Tapi aku yakin itu tidak akan berhasil," ucap Megan kepada Maribelle.
"Ke...napa?"
"Karena aku diutus oleh malaikat untuk menolongmu. Ingat baik-baik apa kamu pernah berdoa meminta supaya seseorang menyelamatkanmu dari penderitaan?" tanya Megan.
Maribelle terdiam beberapa saat sebelum menjawab.
"I...iya dua malam yang lalu aku mendoakan hal itu."
"Nah, karena doamu itu aku dikirim masuk ke tubuhmu. Aku Megan Daverson, seorang gadis muda berusia dua puluh tahun, tapi tubuhku sedang koma di rumah sakit. Rohku keluar lalu seorang malaikat datang untuk memberikan tugas padaku," terang Megan.
"Ah, sudahlah, akan terlalu panjang jika dijelaskan. Intinya aku diperitahkan malaikat itu untuk menolongmu keluar dari penderitaan. Setelah itu aku baru bisa kembali ke tubuhku sendiri. Sekarang katakan apa saja penderitaanmu. Akan kucoba menelaahnya kemudian mencarikan jalan keluar," sambung Megan langsung pada intinya.
"Penderitaanku ada banyak, haruskah kujelaskan semuanya?" tanya Maribelle.
"Iya. Aku perlu mengetahuinya secara rinci, Maribelle. Sejauh ini aku baru mengetahui satu penderitaanmu yaitu bekas luka di wajah. Persoalan ini sebenarnya mudah diatasi asalkan punya uang."
"Katakan dimana kamu menyimpan laptop atau ponsel. Aku akan mencarikan nama dokter bedah plastik terbaik di kotamu. Lalu kita akan menghubunginya dan membuat janji temu," sambung Megan.
"Kamu bisa memanggilku Belle. Tapi aku tidak mengerti apa yang kamu maksud. Apa itu laptop dan ponsel?"
Megan tercengang dengan pertanyaan yang diajukan Maribelle.
"Kamu tidak tahu laptop dan ponsel? Oh my goodness, kamu hidup di zaman apa, Belle? Apa kamu tidak mengikuti perkembangan teknologi? Pantas saja kamarmu mirip kamar nenek buyutku di tahun 1900an," cela Megan atas kebodohan Maribelle.
"Ini memang tahun 1925," jawab Belle.
"What? Kamu tidak sedang bercanda, kan?"
Dengan panik, Megan menyeret kakinya ke sudut meja rias. Disitu ia melihat selembar surat kabar dengan cetakan huruf yang aneh. Megan segera meraih surat kabar itu lalu membaca beritanya.
Perutnya mendadak mulas ketika membaca tanggal terbit surat kabar tersebut.
"17 Februari 1925. Artinya aku...terlempar ke masa lalu," batin Megan frustasi.
Sekarang ia mengerti mengapa kamar dan barang-barang Maribelle terlihat kuno. Itu karena ia memang hidup di masa yang berbeda dengannya. Dan tentu saja di tahun tersebut tidak akan ada laptop, ponsel, apalagi internet. Bahkan televisi pun kemungkinan belum ada. Lalu bagaimana ia bisa mencari informasi tanpa adanya teknologi modern.
Dengan frustasi, Megan mengacak-acak rambutnya.
"Stop, jangan merusak rambutku," ujar Maribelle menurunkan tangannya.
Dilihat dari cermin, tingkah Megan seperti orang yang tidak waras. Ia mengalami perkelahian antara kedua tangannya sendiri.
"Okey, aku akan mengalah padamu Belle. Sekarang diam dan dengarkan aku," perintah Megan.
"Jawab pertanyaanku satu per satu. Pertama siapa nama belakangmu, kedua siapa orang tuamu dan dengan siapa kamu tinggal?"
"Namaku, Maribelle Darwin. Ayah dan ibuku sudah meninggal dunia. Sekarang aku tinggal bersama ibu dan kakak tiriku," jawab Maribelle.
"Oh, kisah klasik, ibu dan saudara tiri menyiksa anak tiri. Aku mengerti sekarang. Apa mereka memperlakukanmu sebagai pembantu seperti dalam dongeng Cinderella? Jangan-jangan kamu juga tidak tahu tentang Cinderella," desah Megan kesal.
"Iya, hidupku kurang lebih seperti itu. Sayangnya aku tidak memiliki peri dan pangeran tampan. Wajahku juga buruk rupa," ucap Maribelle lirih.
"Tenang saja aku yang akan bertindak sebagai ibu perimu. Kita tinggal mencari sang pangeran untuk menjadi pasanganmu. Sedangkan untuk wajahmu....kenapa kamu bisa memiliki luka parut ini?" tanya Megan penasaran.
"Karena aku pernah menyelamatkan sahabatku yang bernama William. Tapi dia meninggalkanku setelah wajahku menjadi cacat."
"Tidak kusangka di masa lalu ada juga lelaki yang tidak bertanggung jawab," umpat Megan.
"Lalu apa masalah terbesarmu saat ini? Apa aku harus memberi pelajaran pada ibu tirimu?"
Maribelle terdiam, namun air mata tiba-tiba mengalir dari sudut matanya. Megan kelabakan dan mencoba menenangkan jiwa Maribelle.
"Tenang, Belle. Menangis tidak akan menyelesaikan masalahmu. Ceritakan saja pelan-pelan."
"Sebentar lagi aku...akan dinikahkan dengan seorang laki-laki yang mengerikan. Aku dijadikan penebus hutang judi oleh ibu tiriku."
Megan langsung terperangah mendengar pengakuan Maribelle.
"Seberapa mengerikan lelaki itu? Apa dia semacam gangster, vampir, pembunuh berdarah dingin, atau pria tua hidung belang?"
"Bukan, namanya Kendrick Osborne. Dia seorang Tuan Muda yang buruk rupa. Menurut rumor dia mengalami musibah kebakaran sehingga wajahnya rusak parah. Sejak itu mentalnya terganggu. Dia suka berteriak sendiri, memukul pelayan dan menghancurkan barang-barang. Dan dia tidak pernah keluar dari mansion ayahnya," jelas Maribelle.
Cerita Maribelle membuat otot leher Megan menegang. Masalah gadis ini begitu kompleks. Hidupnya adalah campuran kisah Cinderella dan Beauty and The Beast. Tapi dalam kisah ini peran utama wanitanya juga buruk rupa.
"Sepertinya malaikat itu senang menyusahkan aku dengan memberikan kasus yang tidak biasa. Haruskah aku menjadi istri seorang monster? Walaupun ini bukan tubuhku tapi aku tinggal di dalamnya dan ikut merasakannya," pikir Megan bergidik ngeri.
"Kapan kamu akan dinikahkan dengan laki-laki itu?" tanya Megan berusaha mempertahankan kewarasannya.
"Besok."
Megan baru akan memberikan tanggapan ketika pintu kamarnya diketuk dengan keras.
"Belle, cepat bangun! Kalau kamu tidak membuka pintu aku akan mendobraknya!" teriak suara seorang wanita.
Megan pun berdiri dengan waspada.
"Siapa itu, Belle?"
"Itu ibu tiriku, Beatrice Darwin. Mungkin dia datang bersama Lorena, anaknya."
Megan menarik nafas panjang lalu melangkah ke pintu.
"Saatnya aku menunjukkan padamu arti keberanian yang sebenarnya, Belle. Lihat saja bagaimana aku akan menangani mereka."

Komentar Buku (54)

  • avatar
    m******n@gmail.com

    this so amazing semangat ya buat nulisnya👍👍👍 ditunggu kelanjutannya

    03/05/2022

      0
  • avatar
    Trivnsymlli

    yes

    23d

      0
  • avatar
    Viina Siagian

    bagus ceritanya

    23/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru