logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7 Takdir?

Di perjalanan menuju ruang tamu, Gibran sempat melihat ada ruang kamar terbuka. Karena dia tau di rumah Amell tidak ada orang, dia mencoba mengentip sedikit. Tiba-tiba dari belakang ada suara.
"Ehem.." suara batuk.
Gibran melihat ke belakang. Dan ternyata dia adalah Amell. Gibran sedikit panik.
"Oh, gue mau cari toilet. Di mana ya? Gue kebelet," ucap Gibran alasan.
Amell melihat Gibran masih sedikit curiga, "Di sana," tunjuk Amell.
"Oh, gue numpang ke toilet ya."
"Iya."
"Ini kotak obatnya. Tunggu bentar, nanti gue yang obatin lo."
Gibran berjalan menuju toilet. Sementara, Amell melihat Gibran masih sedikit curiga. Kemudian, Amell menunggu Gibran di ruang tamu.
Setelah Gibran dari toilet, dia langsung menuju ke ruang tamu. Dia melihat Amell sedang berusaha mengobati lukanya sendiri. Amell juga terlihat kesakitan.
"Sini, biar gue aja," ucap Gibran sambil meraih kotak obat.
Gibran pun mengobati luka di tangan dan kaki Amell. Saat sedang diobati Gibran, Amell melihat kearah Gibran beberapa kali.
"Lo sebenernya siapa sih?" tanya Amell.
Gibran menatap Amell, "Gue Gibran."
"Bukan nama lo, lo kenapa nolongin gue? Dan kenapa kita ketemu lagi?"
"Mungkin itu takdir. Gue tadi emang lagi lewat daerah situ dan gak sengajan liat lo jatoh, yaudah gue tolongin. Apalagi jalannya sepi tadi."
"Tapi gue ngerasa ada yang aneh. Masa iya kita ketemu 2 kali hari ini," Amell curiga.
"Kan udah gue bilang, takdir."
"Gue gak percaya."
"Kenapa? Lo pikir gue ngikutin lo gitu?" tanya Gibran.
"Bisa jadi."
"Santai banget kali gue sampe harus ngikutin lo. Lagian lo juga siapa, gue gak kenal."
"Masa sih? Atau jangan-jangan lo diem-diem suka ya sama gue."
"Gue? Suka sama lo? Ngimpi kali. Gak akan pernah terjadi. Inget itu," tegas Gibran.
"Ish.. Biasa aja kali ngomongnya! Gue kan cuma tanya!" Amell sebal.
"Lo tanya kaya nyudutin gue," sahut Gibran.
Gibran mengobati Amell sambil mengobrol. Setelah selesai mengobati Amell, Gibran ingin pamit pulang.
"Udah, nih," ucap Gibran sambil memberikan kotak obatnya ke Amell.
"Thanks."
Gibran tiba-tiba batuk, "Uhu uhu."
"Kenapa?" tanya Amell cuek.
"Gak."
"Bentar, gue ambil minum."
Amell berdiri dan berjalan menuju dapur. Dia mengambilkan air minum lalu kembali ke ruang tamu. Dia memberikan air minum itu ke Gibran.
"Nih, minum," ucap Amell.
Gibran mengambilnya lalu meminumnya. Tiba-tiba, papanya Amell datang dan masuk ke dalam rumah. Pak Guntur melihat di ruang tamu ada Gibran. Pak Guntur dan Gibran saling bertatapan.
"Siapa ini mell?" tanya Pak Guntur ke Amell.
"Saya Gibran om," ucap Gibran sambil bersalaman dengan Pak Guntur.
"Temen kamu?" tanya Pak Guntur ke Amell.
"Bukan pa, gak tau tadi ketemu di jalan," ucap Amell.
Pak Burhan melihat tangan dan kaki Amell terluka. Dia mencoba menanyakannya ke Amell.
"Tangan sama kaki kamu kenapa?" tanya Pak Guntur.
"Tadi Amell jatuh di jalan, terus ditolongin sama dia," ucap Amell sambil menunjuk Gibran.
"Ooh, kamu udah ke rumah sakit?"
"Gak usah pa, Amell gapapa cuma luka kecil aja. Udah diobatin juga."
Pak Guntur terlihat khawatir ke Amell karena Amell satu-satunya anak perempuannya. Amell juga sudah terbiasa dimanja sejak kecil di keluarga itu.
"Terima kasih ya, nak?" tanya Pak Guntur.
"Gibran om," balas Gibran.
"Oh iya Gibran. Terima kasih ya sudah membantu Amell."
"Sama-sama om. Kalau gitu saya pamit pulang om," ucap Gibran pamit.
"Kok buru-buru. Ini udah sore sekalian makan malam bareng aja yuk," ajak Pak Guntur.
Di dalam hati Gibran, dia merasa kalau itu adalah kesempatan yang bagus karena dia bisa kenal dengan keluarga Guntur yang lainnya.
Sementara, Amell merasa tidak setuju dengan papanya kalau mengajak Gibran makan bersama di rumahnya. Dia memang tidak terlalu menyukai Gibran karena dia menyebalkan bagi Amell. Tapi dia juga sudah menolong Amell, jadi mau tidak mau Amell mengikuti keinginan papanya saja.
"Gak usah om, saya makan di rumah saja. Takut ngerepotin," ucap Gibran pura-pura menolak.
"Gapapa nak, sekalian sebagai ucapan terima kasih saya karena udah nolong Amell," balas Pak Guntur.
"Ayo, masuk aja, ayo ayo. Amell ajak Gibran masuk," ucap Pak Guntur.
"Ayo," ajak Amell cuek.
Gibran pun mau masuk ke ruang tengah. Saat hendak berjalan masuk, tiba-tiba ada penjaga rumah Amell yang datang.
"Permisi non," panggil satpam itu.
"Iya pak?" tanya Amell.
"Tadi ada orang yang mengantar motor non Amell, ini kuncinya," ucap satpam itu sambil memberikan kunci motor ke Amell.
Amell melihat kearah Gibran lalu mengambil kunci motornya, "Oh iya, terima kasih pak."
"Itu pasti temen gue," ucap Gibran.
"Sama sama non, kalau gitu saya permisi," balas satpam itu.
"Iya," balas Amell sambil mengangguk.
Satpan itu keluar dan kembali lagi ke pos jaganya. Amell dan Gibran juga berjalan ke ruang tengah.
"Duduk," ucap Amell.
Gibran duduk di ruangan itu. Amell juga menyalakan tv agar suasananya tidak terlalu sepi. Amell duduk di samping Gibran, tiba-tiba dia teringat sesuatu.
"Oh iya, gue kan harus ambil tugas di rumah Siska," ucap Amell teringat.
Amell berdiri, "Lo tunggu sini aja, papa gue lagi mandi, bentar lagi juga ke sini."
"Lo mau ke mana?" tanya Gibran.
"Gue ada urusan bentar," balas Amell.
Amell berjalan menuju kamarnya dan mengganti bajunya karena baju yang dia pakai sudah kotor. Setelah selesai mengganti baju, dia berjalan menuju ruang tengah.
"Lo di sini aja. Nanti kalo papa gue tanya. Bilang aja gue pergi ke rumah temen, ada tugas," ucap Amell.
Tiba-tiba papanya Amell datang ke rumang tamu.
"Kamu mau ke mana mell?" tanya Pak Guntur.
"Mau ke rumah temen pa," balas Amell.
"Ngapain? Udah hampir gelap ini."
"Mau ambil tugas, besok dikumpulin pagi-pagi. Kalo ke rumah temen dulu gak nyambe waktunya, beda arah juga soalnya."
"Rumah temenmu dimana?"
"Di jalan Guguran."
"Itu jauh banget dari sini, nanti biar ditemenin Gibran aja ya. Gibran bisa kan anterin Amell?" tanya Pak Guntur ke Gibran.
"Amell bisa sendiri pa," sahut Amell.
"Iya om, bisa," balas Gibran.
"Tuh, Gibran bisa. Udah kamu dianter Gibran aja. Nanti habis makan malem tapi ya. Kita makan malem dulu sama-sama," ucap Pak Guntur.
"Yaudah deh," balas Amell terpaksa.
Amell tidak mau memperpanjang lagi karena dia tau karakter papanya. Papanya itu kalau bilang a ya harus a, kapo bilang b harus b. Gak bisa di ganggu gugat.
Sesaat kemudian, Mamanya Amell dan kedua kakaknya pulang. Kedua kakaknya baru pulang dari kantor, sementara mamanya habis pulang dari butik keluarga.

Komentar Buku (585)

  • avatar
    paramarsya

    500

    1d

      0
  • avatar
    syafarah

    it's so fun

    23d

      0
  • avatar
    AuliaSafa

    seru banget kak

    23/08

      1
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru