logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

chapter 7

[Hati-hati dengan istri kamu, dia punya rencana untuk membuatmu lupa padaku].
Nomornya tidak tersimpan, tapi profilnya foto buku nikah. Siapa sebenarnya dia dan apa hubungannya dengan Mas Bayu.
Sebelum Mas Bayu selesai mandi lebih baik aku save dulu di ponselku nomor wanita ini. Nanti saat Mas Bayu tidak di rumah atau entah Mas Bayu lagi tidur aku lacak siapa pemilik nomor tersebut.
Setelah menyalinnya aku meletakkan kembali ponsel Mas Bayu, tapi pesan wanita itu aku hapus agar Mas Bayu tidak tahu.
Aku semakin curiga kalau orang terdekat ku lah selingkuhan Mas Bayu. Selama ini yang tahu aku punya rencana hanya Meli, tapi tidak mungkin Meli menusukku dari belakang.
"Kok melamun, Dek?"tanya Mas Bayu yang tiba-tiba sudah masuk ke kamar.
"Eh, a-anu Mas, aku kepikiran Rania,"ucapku berbohong. Kalau aku jujur bisa-bisa rencana ku gagal.
"Memangnya Rania dimana?tanyanya.
"Di rumah Ibu, Mas,"balasku.
"Dia kan sudah terbiasa tidur di rumah Ibu, kenapa kamu jadi kepikiran?"tanya Mas Bayu.
"Iya Mas, mungkin karena sudah lama Rania tidak tidur dengan kita,"balasku.
"Kalau kangen besok kan bisa diajak pulang dan tidur di rumah,"ucapnya.
"Iya Mas,"ucapku.
"Mas lapar ayo makan,"ajak Mas Bayu. Aku menganggukkan kepalaku seraya bangkit.
"Kamu masak apa, dek?"tanyanya.
"Sayur capcay, ikan nila goreng sama sambal terasi, Mas,"balasku.
"Wah, kamu memang paling tahu kesukaan suami,"ucapnya sumringah.
Kali ini aku tidak suka dengan pujian Mas Bayu. Kalau dulu paling bahagia kalau dapat pujian dari suami kalau sekarang rasanya hambar.
Mas Bayu makan dengan lahap, hingga semua habis tak bersisa. Begitulah kalau dia makan makanan kesukaannya. Setelah selesai makan suamiku terlihat sudah ngantuk.
"Ngantuk ya Mas?"tanyaku.
"Iya, Dek. Mas kekenyangan makanya ngantuk,"balasnya.
"Mas sih makannya banyak,"ledekku.
"Habis masakan kamu enak makanya Mas makan banyak,"balasnya.
"Ya sudah Mas masuk kamar duluan ya,"ucapnya.
"Iya Mas,"balasku.
"Tolong ambil tas Mas di mobil ya,"ucapnya. Aku hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Setelah Mas Bayu masuk ke kamar aku membersihkan meja lalu mencuci piring bekas makan, memang aku seperti itu selesai masak langsung cuci begitu juga selesai makan langsung di cuci semua karena aku tidak suka westafel penuh dengan piring kotor.
Semua sudah beres tinggal mengambil tas Mas Bayu yang tertinggal di mobil. Ku buka pintu mobil kemudian mengambil tas suamiku. Saat hendak menutup pintu aku melihat alat kontrasepsi di bawah.
Ku ambil benda tersebut lalu kuperhatikan. Astagfirullah! Mas Bayu benar-benar sudah melakukannya dengan wanita itu.
Air mataku mengalir membayangkan Mas Bayu melakukan hubungan terlarang di mobil. Ku tekan dadaku yang terasa sesak membayangkannya.
"Dek, kenapa kok lama?"tanya Mas Bayu yang sudah berdiri di belakangku.
"I-it anu aku tadi nyuci piring dulu,"ucapku.
"Kamu kenapa sayang kok nangis?"tanya Mas Bayu.
"A-aku kelilipan Mas,"balasku. Sebenarnya ingin sekali aku bertanya, tapi gimana lagi kalau ceroboh semua akan sia-sia.
Benda yang aku temukan tadi ku masukkan dalam saku piyama. Nanti telah semua bukti-bukti baru aku interogasi Mas Bayu.
Tiba di kamar Mas Bayu merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Aku juga ikut merebahkan tubuhku, tapi aku tidak dapat terpejam sementara Mas Bayu sudah terlelap dalam tidur.
Adzan subuh berkumandang aku pun segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian mengambil air wudhu.
Sudah lama aku tidak mengerjakan kewajiban ku mungkin ini teguran dari Allah yang telah lalai melaksanakan perintahNya.
Selesai sholat aku berkutat di dapur menyiapkan sarapan. Masih teringat dengan benda yang aku temukan tadi malam.
Rasanya ingin sekali aku meluapnya emosi ku, tapi ku tepis perasaan itu takut Mas Bayu malah meninggalkan aku tanpa memberi apapun.
Setelah selesai membuatkan sarapan aku ke kamar membangunkan Mas Bayu.
"Mas, ayo bangun sudah siang,"ucapku selembut mungkin. Biarlah untuk saat ini mengalah.
"Iya sayang Mas bangun ini. Mas mandi dulu ya habis itu kita ke rumah Ibu jemput Rania,"ucapnya.
"Iya Mas,"balasku.
Sambil menunggu Mas Bayu selesai mandi aku menyiapkan pakaiannya lalu aku ke dapur. Ku ambil bubuk yang di dalam laci. Bubuk itu pernah aku taburkan di minuman Mas Bayu saat dia mau pergi ke luar kota.
Saat itu Mas Bayu ingin ke luar kota tanpa pamit, saat dia lagi mandi aku menaburkannya. Sekarang juga aku buat seperti itu agar Mas Bayu tidak pergi kemana-mana.
Apalagi hari ini hari minggu pasti wanita itu akan mengajak Mas Bayu keluar.
Setelah selesai sarapan Mas Bayu bangkit kemudian dia ke ruang tamu. Ku perhatikan dia sering sekali menguap mungkin obatnya sudah bereaksi kali.
"Mas, kamu masih ngantuk ya?"tanyaku.
"Sepertinya iya dek,"balasnya.
"Ya sudah Mas tidur lagi aja, biar aku aja yang jemput Rania,"ucapku.
"Mas tidur dulu ya sayang kayaknya Mas sudah nggak tahan menahan ngantuk,"ucapnya.
"Iya Mas,"balasku. Aku tersenyum miring menatap Mas Bayu, rasakan kamu Mas hari ini kamu tidak bisa kemana-mana.
Aku melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda karena melihat Mas Bayu. Habis beres-beres aku mau menjemput Rania dulu.
Rumah sudah beres saatnya untuk mandi, aku memang selalu mandi setelah pekerjaan selesai walau subuh sudah mandi kalau tidak mandi lagi bawaannya nggak enak, badan seperti lengket-lengket gitu rasanya.
Selesai mandi aku melihat Mas Bayu masih terlelap dalam tidurnya, ini saatnya aku beraksi. Ku ambil ponselku lalu aku ke rumah Ibu.
Tiba di rumah Ibu aku mencari Ara adikku, hari ini dia tidak masuk kerja.
"Ra, hape kamu yang lama mana?"tanyaku.
"Ada di dalam laci Kak,"ucapnya sambil memainkan ponselnya.
"Kakak boleh pinjam,"ucapku.
"Untuk apa kak, bukannya kakak ada hape?"tanyanya, tapi tangan dan mata masih saja fokus ke hape. Begitulah dia kalau libur kerja main game terus.
"Boleh nggak Kakak pakai?"tanyaku.
"Boleh kak,"balasnya.
"Kakak mau buat apa sih sama hape itu?"tanya seraya duduk di sampingku.
Ku tunjukkan chat yang tadi malam pada adikku itu, dia melotot saat membacanya.
"Mas Bayu se-selingkuh?"tanyanya
"Sstt, jangan kencang-kencang entar Ayah dengar,"ucapku.
"Bagaimana kalau aku yang ngerjain perempuan gatal itu,"ucap Adikku. Aku mengernyitkan keningku sembari menatap Ara.
"Rencana apa?"tanyaku.
"Sudah Kakak ikuti saja saran Ara,"ucapnya.

Komentar Buku (85)

  • avatar
    SimanjuntakEsra

    makanya jgn selingkuh PAOK

    4d

      0
  • avatar
    Keeple keceh

    Mantap boskuu

    8d

      0
  • avatar
    Nyimas Kangmas

    seruuuu alurnya

    10d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru