logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 7 Bosan

Tahukah kalian, apa makna bosan itu sesungguhnya? Bosan bukanlah sebuah perasaan yang muncul ketika kita telah jenuh melakukan rutinitas yang kita jalani sehari-hari. Bosan bukanlah sebuah pemikiran dangkal bagi beberapa orang yang akan menjadikannya sebagai alasan dalam sebuah perselingkuhan. Sesungguhnya, bosan itu adalah sebuah rasa keraguan pada diri sendiri yang tidak yakin apakah kita seterusnya akan bahagia bersama pasangan kita atau tidak. Dan itu dialami oleh Malaikat cintaku, Chelsea Linn. 
©Rainsy™
Ada banyak macam hal yang dapat sepasang kekasih lakukan di Dunia ini setiap jamnya dalam sehari. Dan hal-hal manis-lah yang selalu Brandon pilih untuk memanjakan kekasihnya, Chelsea. Seperti mengajaknya berjalan-jalan di Taman hiburan, makan malam romantis, menonton konser boyband yang Chelsea idolakan, memberi semua yang Chelsea sukai. Bahkan sampai mendatangi tempat-tempat romantis, sudah pemuda itu lakukan dalam beberapa minggu ini. 
Awalnya memang berjalan mulus, Meski nampak canggung berjalan dengan tangan yang Brandon gandeng di tempat umum, Chelsea masih dapat tersenyum untuknya. Namun entah apa kesalahan yang telah Brandon perbuat, sehingga sikap hangat yang Chelsea tunjukan akhir-akhir ini berubah kembali menjadi dingin. 
"Ini, cokelat hangat untukmu, Sayang ...." ucap Brandon saat ia dan Chelsea berada di dalam sebuah cafe, setelah sebelumnya mereka selesai menonton film romantis bersama. 
Chelsea menatap kilas secangkir cokelat hangat di depannya lalu kembali terfokus pada ponselnya. "Minuman manis lagi. Padahal sebelumnya kamu sudah memberiku popcorn manis dan gulali manis." Protesnya membuat senyum Brandon memudar. 
"Kamu tidak suka ya? Kalo begitu, biar aku tukar cokelat hangat ini dengan minuman lain." seloroh Brandon bangkit dari duduknya, namun dengan cepat tangan Chelsea menahan langkahnya. 
"Brandon, tunggu. Apa kamu tidak mengerti dengan apa yang aku katakan barusan?" Mendapat pertanyaan seperti itu, refleks kulit dahi Brandon pun mengkerut. "Brandon, dengarkan aku baik-baik. Di dunia ini semua orang mungkin menyukai rasa manis. Tapi jika setiap harinya orang itu selalu diberi makanan yang manis-manis, maka orang itu akan merasa bosan, atau bahkan bisa saja sampai menjadi penyakit kronis jika ia tetap memaksakan diri untuk terus memakan makanan manis itu." tutur Chelsea membuat Brandon semakin kebingungan menangkap inti dari makna kalimatnya tersebut. 
"Maksud kamu apa, Chel?" 
"Brandon! Bagiku, kamu ibarat kue brownies manis yang setiap harinya terpaksa harus aku habiskan. Dan aku sudah terlalu muak diberi brownies setiap harinya!" sembur Chelsea kesal. Sadar bahwa Brandon masih saja tak mengerti maksud pembicaraannya. Chelsea membuang napasnya lewat hidung, lalu berujar, "Aku lelah. Aku mau pulang. Dan terima kasih untuk kencan kita hari ini." ungkap gadis itu mengayunkan tungkainya pergi meninggalkan Brandon yang masih diam termangu di meja Cafe. 
Baru beberapa langkah berjalan, Chelsea sudah berhenti dan berbalik menatap Brandon lagi. "Setelah ini aku akan fokus belajar untuk ujian. Jadi tolong jangan telepon aku." tukasnya dan berlalu. 
Brandon yang sudah bangkit dari duduknya seketika diam mematung. Niatnya yang hendak mengejar Chelsea, ia urungkan setelah memerhatikan punggung gadis itu yang sudah tertelan kelokan jalan Cafe outdoor tersebut. 
Dua buah cangkir cokelat di atas meja yang masih mengepul asapnya, kini ditatap kosong oleh Brandon yang sepertinya sedang melamun. "Ada apa dengan Chelsea-ku?" lirih pemuda itu membatin. 
Malam harinya, Brandon tengah terbaring di atas tempat tidur dengan menatap langit-langit kamarnya. Perutnya nampak kembang kempis seiring deru napas yang pemuda itu hirup dan dihelanya pelan. Ditariknya salah satu tangan yang Brandon taruh di belakang kepala, untuk meraih ponsel yang tergeletak di sisinya. Mata Brandon kini beralih menatap layar ponsel yang menampilkan wajah manis Chelsea sebagai wallpapernya, Brandon nampak mengulas senyumnya tipis, sembari ibu jarinya yang bergerak mengusap bagian pipi Chelsea dalam gambar tersebut. 
"Apakah ini waktunya? Meski aku sudah mempersiapkan segalanya, tapi kenapa aku tidak ingin merasakan sakit itu sekarang?" gumam Brandon lalu menggeser layar ponsel touchscreennya pada menu contact untuk mencari sebuah nama yang ada dalam pikirannya, lantas menekan ikon telepon hijau di sana. 
Di lain tempat, tepatnya di lantai atas rumah kediaman Chelsea. Gadis itu benar-benar sedang serius berkutat dengan beberapa tumpuk buku pelajaran, saking seriusnya ia sampai mengabaikan ponselnya yang terus bergetar di atas tempat tidur. Untuk malam ini, mungkin Chelsea sengaja menulikan telinganya dari deringan ponsel yang terus menerus meraung meminta untuk disentuh, membuat Brandon di seberang sana menjadi semakin gusar karena panggilan teleponnya tak kunjung dijawab. 
Brandon menarik napasnya dalam, untuk sedetik selanjutnya ia embuskan perlahan. Pemuda itu bangkit dari tempat tidurnya, meraih salah satu hoodie yang tergantung dalam lemarinya lalu dipakainya sembari menuruni tangga ke lantai satu. 
Yolanda, Ibu dari Brandon yang saat itu tengah menyiapkan makan malam untuk putra semata wayangnya tersebut, tertegun melihat Brandon menuruni tangga dengan tergesa-gesa. 
"Kamu mau ke mana, Sayang?" 
"Aku ingin pergi sebentar, Bu. Oh iya, aku pinjam mobilmu sebentar, aku akan segera kembali." sahutnya meraih kunci mobil yang bertengger di atas nakas. 
Dalam hitungan setengah jam saja, Brandon dengan mengendarai mobilnya sudah sampai di kompleks rumah kediaman kekasihnya. Setelah tiba di depan pagar pintu rumah Chelsea, Brandon mematikan mesin mobilnya. Berjalan keluar dari mobilnya untuk memastikan apakah pacarnya itu ada di dalam rumah atau tidak. 
Tiga minggu menjalin hubungan dengan kakak kelasnya, Brandon cukup hafal betul letak kamar Chelsea yang berada di lantai atas. Dengan memainkan kunci mobil di jarinya, Brandon mendongakan kepalanya sedikit, netranya terfokus pada jendela yang setengah terbuka di atas balkon. 
Meski Brandon tidak benar-benar melihat sosok kekasihnya keluar, namun ia sudah dapat memastikan bahwa Chelsea benar-benar ada di dalam kamarnya, tengah serius belajar. Terlihat dari siluet hitam yang nampak dari balik gorden putih bermotif bunga yang separuhnya berkibar keluar karena tertiup angin. 
Pemuda tampan itu tersenyum lembut, menyadari bahwa kebiasaan Chelsea yang tidak bisa belajar tanpa menghirup udara segar masih tidak berubah, itu menandakan bahwa Brandon benar-benar mengenalnya. Tapi mengingat sikap gadisnya telah berubah kembali ke semula, membuat Brandon jadi ketar-ketir. 
Mengoreksi ulang dirinya sendiri apakah pernah berbuat salah pada Chelsea ataukah tidak, adalah cara terbaik Brandon untuk mencari tahu alasan kenapa gadisnya berubah. Namun setelah ia merasa tak menemukan kesalahan apapun dalam sikapnya memperlakukan Chelsea sepajang mereka berpacaran, Brandon jadi bingung sendiri. Sekarang, kunci utama untuk mengetahui alasan Chelsea menjadi dingin padanya adalah menanyakan langsung penyebab perubahan itu pada gadisnya tersebut. 
Apakah dia marah karena tangannya sering Brandon gandeng saat berjalan melewati lorong kelas? Ataukah Chelsea marah karena Brandon yang mengajak Chelsea menonton konser Bigbang bersama, dengan tanpa rasa malu ia meminta agar Leader Bigbang dapat menyanyikan sebuah lagu khusus untuk Chelsea? Apa mungkin ..., bisa saja Chelsea marah karena belakangan ini, di saat Chelsea tengah giat belajar untuk Ujian Nasional yang akan dilaksanakan besok, Brandon justru tidak berada di sampingnya, karena sibuk berlatih untuk sebuah konser award yang mengundangnya sebagai bintang tamu? 
"Aaarrghh ...!" Brandon mengacak rambutnya  sendiri frustasi. Memikirkan semua hal itu membuatnya sakit kepala. Brandon kembali masuk ke dalam mobilnya namun hanya separuh badannya saja, hanya untuk mengambil ponselnya yang tertinggal dan mulai kembali menghubungi Chelsea. Namun sampai berulang kali ia mencoba, hasilnya tetap sama, panggilannya diabaikan. 
Dan yang tengah Chelsea lakukan di kamarnya di waktu yang bersamaan adalah menatap layar ponsel yang terus berdering di tangannya. Ini sudah kali ke sepuluh panggilan tak terkawab dari Brandon muncul di layar smartphone-nya, namun sepertinya Chelsea tidak berniat sedikitpun untuk menerima panggilan yang kesebelas itu, padahal fokus matanya tidak pernah terlepas dari layar ponsel. Ketika sebuah pesan masuk muncul, Chelsea segera membukanya dan membaca isi pesan tersebut. 
From : Brandon. 
[Keluarlah, ada yang harus kita bicarakan. Jika tidak, maka aku akan naik dan masuk ke kamarmu.] 
Chelsea membulatkan matanya lebar membaca pesan ancaman itu, ia langsung membuka gorden jendela kamarnya untuk memastikan apakah bocah nekat itu benar-benar sedang menunggunya di luar? 
Dari luar pagar, Brandon yang melihat Chelsea melongok keluar jendela, segera melambaikan tangannya sembari mengulas senyumnya lebar. Nampak jelas ketidaksukaan dari raut wajah Chelsea atas kehadiran Adik kelasnya itu. Namun meski kesal, Chelsea harus tetap datang menemuinya. Karena jika tidak, maka bisa saja Brandon berbuat nekat seperti yang sudah-sudah. 
Tak butuh waktu lama, kini Chelsea yang mengenakan setelan piyama panjang bermotif bunga itu, sudah berdiri berhadapan dengan Brandon. 
"Kenapa kamu kemari?! Bukannya aku sudah melarangmu untuk tidak menghubungiku?" tegur Chelsea memasang wajah cemberut. 
"Tidak. Kamu tidak mengatakan seperti itu. Kamu hanya melarangku untuk menelponmu, tapi tidak untuk mengirim pesan dan datang menemuimu secara langsung. Lagi pula, sekarang kamu sudah selesai belajar bukan?" sanggah Brandon seraya merapikan tatanan rambut Chelsea yang sedikit berantakan. 
"Kata siapa? Aku masih sibuk belajar mengisi soal, sampai kamu mengirimkan pesan untukku tadi." kilahnya yang justru meniup rambut yang baru ditata oleh Brandon. 
"Kamu bohong, Chelsea Linn. Si Rangking Satu kelas 3A.1 ini selalu belajar di jam 7 sampai jam 8 malam, dari jam 8 malam, kamu akan menghabiskan waktu sampai satu jam ke depan untuk mendengarkan musik juga membaca buku, baik itu komik ataupun novel. Pukul 9 tepat, kamu mempersiapkan buku pelajaran yang akan dibawa esok hari ke sekolah, membaca ulang pelajaran-pelajaran itu sebelum dimasukkan ke dalam tas. Dan tepat pukul 10 malam, barulah Chelsea-ku tertidur." tutur Brandon membuat Chelsea tercengang. Lalu langsung menanyakan sejak kapan Brandon memata-matainya. 
Brandon terkekeh, dengan malu-malu akhirnya ia mengakui bahwa dari pertama kali mengenal Chelsea, setiap malamnya ia tidak pernah sekalipun melewatkan kebiasaannya menonton kegiatan Chelsea di dalam kamarnya dari luar pagar seperti sekarang ini. 
"Apakah sekenal itu kamu padaku?" tanya Chelsea merasa tersentuh. 
Setelah mendengar pertanyaan itu, dalam sekejap kekehan Brandon lenyap, seiring benaknya yang teringat kembali apa tujuannya datang menemui Chelsea malam ini. 
"Tidak, aku belum mengenalmu 100%. Jika aku sangat mengenalmu, tanpa perlu bertanya padamu aku pasti sudah mengetahui alasan kenapa kamu berubah akhir-akhir ini. Dan sayangnya meski sudah berpikir sangat keras, sampai sekarang aku tidak tahu penyebabnya. Katakan padaku Chelsea Linn, kamu ingin aku bagaimana?" 
Chelsea menangkap kesedihan dari manik mata Brandon yang menatapnya nanar. Wajah ceria yang selalu pemuda itu tunjukan selama ini mendadak hilang entah ke mana. Gadis itu baru menyadarinya, bahwa ini adalah kali pertamanya Chelsea melihat Brandon muram. "Brandon, kamu adalah pemuda yang baik, bahkan sangat baik. Tapi kamu jatuh cinta pada seseorang yang salah. Usiaku lebih tua darimu, aku Kakak Kelasmu, aku Seniormu di Sekolah. Dan aku tidak ingin mendengar lagi mereka mencaciku hanya karena kita bergandengan tangan di Sekolah." jelas Chelsea yang akhirnya mengungkapkan unek-unek di dalam hatinya. "Brandon, aku ingin lebih berkonsentrasi lagi belajar untuk ujian juga tes memasuki Perguruan Tinggi. Maka dari itu, Mari kita akhiri saja hubungan yang memang seharusnya tidak pernah kita mulai ini." 
Brandon menutup kelopak matanya rapat dengan kepala yang tertunduk, seolah dengan cara itu, setidaknya ia dapat menahan rasa perih yang secara mendadak menohok hatinya begitu dalam. Sejak awal, Brandon adalah pemuda yang dapat selalu mengabulkan keinginan gadis yang paling dicintainya itu. Namun ada sebuah permintaan yang paling Brandon takutkan akan terucap dari bibir manis Chelsea. Dan satu permintaan Chelsea yang tak sanggup Brandon kabulkan adalah mengakhiri hubungan mereka. 
"Tidak. Aku tidak bisa melepaskanmu. Aku tidak bisa mengakhiri hubungan kita. Aku mencintaimu, Chelsea Linn." tolak Brandon, meraih dan menggenggam kedua tangan kekasihnya. Namun baru sebentar menggenggamnya, Chelsea sudah menarik tangannya agar terlepas. 
"Kita berbeda. Aku introvert, kamu extrovert. Aku suka membaca buku, kamu tidak. Aku tidak ingin bermain-main lagi denganmu. Aku benar-benar ingin serius belajar." 
"Jika kamu ingin serius belajar, aku bisa memberimu waktu supaya kamu bisa berkonsentrasi untuk belajar. Dan selama waktu yang sudah ditentukan itu, aku tidak akan mengganggumu. Aku berjanji, jika kamu membutuhkan konsentrasi tinggi untuk fokus ujian akhir Sekolah dan ujian masuk Universitas, maka aku tidak akan mengganggumu sama sekali. Tapi aku mohon, tolong jangan akhiri hubungan ini, aku mencintaimu." Pinta Brandon dengan menatap nanar ke arah mata indah Chelsea. Saat ini gadis itu pasti juga melihatnya, melihat rasa takut kehilangan yang sangat besar dari sorot mata Brandon. Mungkin karena hal itu pula, Chelsea memutuskan untuk menarik kembali ucapannya. 
Chelsea menepuk lembut beberapa kali pipi Brandon, saat tangannya hendak ditarik, Brandon justru menahan tangan Chelsea agar tetap menyentuh pipinya. Brandon kemudian beralih menggenggam jemari Chelsea dengan sesekali menciumnya. 
"Pulanglah, ini sudah malam. Besok kita akan bicarakan masalah ini lagi." titah Chelsea sebelum berlalu dari hadapan Brandon. 
©Rainsy™ 
Di keesokan harinya, Brandon yang sudah terbiasa menjemput Chelsea berangkat sekolah bersama, terkejut melihat seorang pria dengan seragam sekolah yang sama dengan dirinya tengah berdiri di samping mobil yang ia parkir tepat di depan pintu gerbang rumah Chelsea. 
Saat itu, Brandon yang membawa sebuah pot berisi bunga tulip putih yang sedang mekar, seketika diam mematung di tengah trotoar jalan. Selang beberapa saat kemudian, dengan wajah riangnya Chelsea muncul dari dalam, ia memamerkan senyum manisnya pada seorang pemuda. Kemudian dengan baik hatinya, sang pemuda membukakan pintu mobilnya untuk Chelsea. 
Brandon yang statusnya masih sebagai kekasih Chelsea pun tak tinggal diam, ia mempercepat langkahnya menghampiri mereka. 
"Chel ...," panggil Brandon lirih, melempar pandangan ke arah pria asing itu kilas dan kembali fokus pada gadisnya. 
"Brandon, maaf. Sepertinya untuk hari ini aku tidak bisa berangkat sekolah bersamamu dengan naik Bus. Ada banyak hal yang harus aku kerjakan di sekolah, jadi aku meminta Jimmy untuk menjemputku. Kamu tidak apa-apa bukan?" tanya Chelsea dengan merangkul lengan pria itu; membuat Brandon sedikit merasa tidak nyaman, namun ia tetap mencoba agar sikapnya terlihat biasa-biasa saja di depan Chelsea. 
"Halo, Brandon. Saya Jimmy, teman sekelas Chelsea. Salam kenal!"
Brandon hanya manggut-manggut menanggapi perkenalan pemuda yang katanya adalah ketua siswa di kelas yang juga dihuni oleh kekasihnya tersebut. "Oh, baiklah. Tentu, kamu boleh berangkat bersama Kak Jimmy. Oh ya, tunggu dulu. Ini ..., Bunga untukmu, rawat dia baik-baik sampai tumbuh menjadi Taman bunga. Kalau begitu, aku pergi dulu. Kak Jimmy, aku titipkan Chelsea padamu ya? Berhati-hatilah, sampai jumpa." balas Brandon yang langsung bergegas pergi setelah mengecup sayang kening kekasihnya dan menyerahkan bunga tulip yang masih berada di dalam potnya itu pada Chelsea. 
Seiring punggung Brandon yang bergerak semakin menjauh, Chelsea mengendurkan rangkulannya pada Jimmy. Sepertinya benar, dia memang sengaja membuat Brandon patah hati menggunakan cara yang curang. 
"Bocah itu, dia sangat mencintaimu Chelsea Linn." ulas Jimmy yang langsung dihadiahi tatapan sengit dari Chelsea. 
"Tapi aku tidak mencintainya." timpal gadis imut itu seraya memasuki mobil. 
To be continued 

Komentar Buku (18)

  • avatar
    PonorogoNanda

    ceritanya bagus dan Sangat menghibur ke gabutan saya

    16/07

      0
  • avatar

    keren

    15/07

      0
  • avatar
    HAFIZHMUHAMMAD

    5000

    15/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru