logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Shady Shack

Shady Shack

chaniezs


Bab 1 PERTEMUAN

Siang itu Tia sedang berada di ruang tamu. Dengan serius Tia melihat ponsel yang dipegangnya. Kemudian seseorang datang mengagetkannya dari belakang.
“Oi, melamun aja,loe!” kata orang itu sambil menepuk pundak Tia.
“Eh, ngapain ke sini? Bukannya kamu lagi pergi pemotretan sama Khenzo?” tanya Tia penasaran.
Orang itu duduk, lalu berkata, “Udah kelar itu. Aku ke sini, kan, karena disuruh sama calon pendamping hidupmu.”
“Ih ... apaan, sih, Tiara. Gak usah lebay, deh.” kata Tia sambil melempar bantal ke Tiara.
Tiara adalah sahabat baik Tia. Orang yang selalu men-support Tia dalam hal apa pun.
Tiara menangkap bantal itu, kemudian berkata dengan nada meledek, "Cie, pipinya merah. Cie malu. Cie.”
“Enggak, ih.” Balas Tia dengan pipi memerah sambil memalingkan muka dari Tiara.
Dalam hati Tia berkata, “Ih, malu kali ,lah. Apaan, sih, Tiara ini. Orang belum apa-apa juga.”
“Jadi, apa konsep prewed-mu?” tanya Tiara kepada Tia.
“Aku pengen sesuatu yang baru. Yang lain daripada yang lain. Pokoknya, aku pengen prewed kali ini jadi the one and only. Gak ada yang nyamain. Kamu tau, kan, aku maunya yang gimana?”
Setelah itu mereka mendiskusikan konsep prewedding yang diinginkan Tia. Dengan beberapa argument kecil, mereka akhirnya mendapatkan ide yang cemerlang. Hanya saja, mereka membutuhkan persetujuan Joe untuk melakukan sesi tersebut.
“Oke, udah fix berarti ya?” tanya Tiara kepada Tia.
Tia mengangguk sembari tersenyum lebar, tanda setuju dengan kesepakatan mereka. Tak terasa siang berganti malam. Malam itu Tia sangat bahagia, dia bercengkrama dengan sahabatnya, Tiara. Mereka membahas tentang konsep prewedding dan tempat yang kemungkinan akan dijadikan lokasi prewedding. Akan tetapi, sampai saat itu mereka belum mendapat titik terang di mana lokasi yang tepat.
Tia menghela napas, “Hemm, kalo kaya gini sampe besok kita gak bisa dapetin tempatnya. Gimana kalo kita ajak Joe sama Glen? Siapa tau mereka ada cadangan tempat. Seingatku,Glen memiliki beberapa penginapan di tepi pantai yang sepi. Nuansa pedesaan, sunyi, sepi, terbengkalai, kayaknya cocok sama konsep kita.”
Tiara yang tadinya fokus di buku referensi wisata mengalihkan pandangannya ke Tia. “Kamu yakin ajak Glen?” tanya Tiara.
Mengejutkan karena hubungan mereka tidak terlalu baik setelah Glen memutuskan untuk berpacaran dengan Jeslyn. Orang yang iri terhadap Tia atas apa pun yang diraihnya. Bahkan dengan pertunangan ini, Jeslyn yang paling tidak setuju. Terlebih Joe adalah mantan kekasih Jeslyn dan dia masih menaruh harap terhadap Joe.
“Glen itu sahabat kita juga. Dia memang udah jarang kumpul sama kita, tapi bukan berarti dia bukan sahabat kita lagi. Kamu gak lupa, kan, kalo dia assistant terbaikmu?” kata Tia menjelaskan.
“Well, aku gak masalah sama Glen, tapi Jeslyn…?” kata Tiara.
“Jeslyn apa? Kita kan nggak ganggu dia, gak akan ada masalah Ra. Udah, tenang aja(.)"
Setelah melalui perdebatan, mereka setuju untuk berdiskusi dengan Glen. Mereka sepakat untuk bertemu hari Sabtu saat jam makan siang di suatu cafe di daerah Batam Center.
Kini hari yang ditunggu telah tiba. Terlihat seorang pria melambaikan tangan ke arah Tia, yang tak lain adalah Joe, dia telah menunggu kedatangan Tia.
“Eh, Joe? Udah lama nunggu?” tanya Tiara yang ternyata datang bersama Tia. “Enggak, baru aja. Silahkan duduk," jawab Joe sembari mempersilahkan duduk.
sambil menunggu yang lain datang, mereka memesan beberapa minuman dingin dan cemilan. Tak selang lama datanglah Khenzo yang usil.
“Oi, bro… What’s up men,” sapanya seraya menjabat tangan Joe, Tia, dan Tiara.
Mereka saling sapa kemudian Khenzo pun duduk. Tia menjelaskan tujuan mereka berkumpul. Namun, belum selesai Tia berbicara, pandangan mereka beralih ke pintu masuk cafe. Mereka melihat orang yang tak asing bagi mereka.
“Jeslyn?!” seru Khenzo kaget.
Setahu Khenzo, hubungan Tia dan Jeslyn tidak begitu baik. Begitu pun Tiara yang tak suka dengan Jeslyn.
“Kenapa kaget gitu? Gak pernah lihat cewek cakep?” kata Jeslyn sinis.
Joe yang kaget kemudian menarik Tia pergi ke suatu tempat.
“Tia, kita perlu bicara.” Joe bangkit dan pergi melewati mereka yang masih terkaget akan kehadiran Jeslyn.
“Bisa kamu jelasin?” tanya Joe sambil memegang pipi kiri Tia dengan lembut, matanya tertuju ke Tia masih tak yakin dengan keputusan yang diambil Tia, kemudian dengan lembut Tia memegang tangan Joe.
“Ya, aku mengundang Glen untuk pertemuan kali ini. Dia kan assistant Tiara, dan dia pun ada beberapa penginapan sesuai konsep prewed kita. Aku tau dia akan datang, tapi aku tak mengira Jeslyn ikut serta. Gak apa sayang. Untuk kali ini, demi kita juga,” kata Tia meyakinkan Joe.
“Ya udah, tapi kamu ingat, kan, gimana Jeslyn?” tanya Joe.
Tia mengangguk, tersenyum kemudian berkata, “Semua baik-baik aja Sayang, gak perlu khawatir”.
Setelah merasa yakin mereka pun kembali ke tempat duduk masing-masing.
Glen berkata, “Aku udah dapat tempat yang mungkin cocok dengan konsep kalian. Ini tempat yang baru kami buka. Belum ada yang explore tempat ini. Sepi, sunyi, gak ada penduduk, tapi ini sesuai konsep kalian. Ini Shady Sack, tepatnya di Pinang. Kalo mau ke sana kita harus lewatin hutan belantara. Jarak ke kota lebih kurang satu jam. Aku pernah survey lokasi. Jadi kalo kalian mau kesana, aku bisa info staff buat bereskan tempat untuk kita menginap.”
Glen menunjukkan foto-foto tempat yang dimaksud.
“Gila ini keren banget. Sumpah! Aku udah bayangin gimana kita di sana nanti,” kata Tiara takjub melihat foto yang dijajarkan di depannya.
“Kalian serius, gaes? Serem gitu tempatnya? Aman gak nih?” ucap Khenzo.
Terlihat di foto tersebut sebuah rumah panggung di tepi pantai. Tidak terawat, hanya melihat saja cukup untuk membuat bulu kuduk bergidik ngeri. Akan tetapi sepertinya sesuai dengan konsep yang diinginkan.
“Well, ini tempat bagus. Gimana, Sayang? Kamu serius mau foto prewed di sini?” tanya Joe.
“Emmm ... kurasa, dari semua tempat, ini yang paling mendekati. Spooky. Ngelihat lokasinya aja, aku udah bisa bayangin gimana kita di sana. Aku pengen konsep yang horror untuk prewed ini. Aku pengen konsep ini menjadi trend tahun ini," jelas Tia sembari melihat kumpulan foto Glen dengan antusias.
“Gila, kalian. Tempat kayak gini pasti banyak penghuninya!” seru Khenzo.
Jeslyn yang dari tadi diam, hanya melihat Joe pun akhirnya angkat bicara, “Apaan sih, cemen banget sih! Tempat kayak gini mana ada kaya gituan, Udah tahun berapa? Wake up, Bro.” Ia melirik kesal karena tingkah Joe yang lengket dengan Tia.
“Dasar anak-anak. Di tempat umum masih aja cari sensasi. Lihat aja apa yang bakal gue lakuin buat hancurin acara kalian!” gerutu Jeslyn dalam hati.
Setelah beberapa waktu, akhirnya semua sepakat untuk melakukan sesi foto prewedding di Shady Sack. Mereka tidak pernah tahu apa yang telah menantinya di pulau itu. Begitu pula dengan rencana jahat Jeslyn. Pertemuan kali ini membuat Kenzo tak habis pikir, apa yang ada dalam pikiran kawannya itu. Namun, akhirnya dia pun menyetujuinya dengan terpaksa.
“Oke, clear, ya, semua? Next week, kita bakal adain sesi prewedding gue. Tiara sama Glen yang bakal ngatur sesi fotonya. Kostum dan make up aku serahin sama Jeslyn dan Khenzo. Please banget, jangan sampai ada apa-apa di sana nanti. Terkhusus elo, Khen, hilangin rasa takut sama phobia loe,” ucap Tia mengakhiri pertemuan itu.
Joe yang sudah tidak tahan dengan tingkah Jeslyn yang terus memandangnya, mengajak Tia untuk pergi dari cafe tersebut.
“Kalo gitu kita duluan, Guys," kata Joe sembari mengajak Tia pergi.
Dengan begitu berakhirlah pertemuan kali ini.

Komentar Buku (23)

  • avatar
    Putra AsmaraDanta

    bagus banget cerita nya pokok nya de best

    07/10

      0
  • avatar
    ZhafiraFun With

    okeh lumayan

    04/08/2023

      0
  • avatar
    Fitri

    ceritanya menarik dan manantang saya suka

    26/05/2023

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru