logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Catatan Ketujuh : Makan Malam Bersama

Aku sudah bersiap berada diatas Flying Skate. Tapi tiba-tiba Serenada memanggilku. Nah, ada apa lagi? Jam kerja sudah berakhir dan aku mau pulang.
"Boleh aku malam ini menginap di rumahmu, Artemis?"
Serenada mau menginap di rumahku untuk apa? Duh, jelasnya aku tak suka. Mengganggu privasiku saja! Sejak dulu aku terbiasa sendiri, eh tidak juga! Maksudku hidup bersama W115, robot pelayan sekaligus sahabatku itu.
"Sekali ini saja Artemis, kumohon."
"Nanti Tuan Presiden mencarimu. Aku bisa dihapus datanya dan dianggap menyembunyikan anak kesayangannya."
"Huh! Kau tidak tahu ayahku seperti apa. Tenang saja, dia tidak akan mencariku."
"Ah, pokoknya tidak!"
Kutinggalkan Serenada begitu saja dan langsung terbang menaiki Flying Skate milikku. Dalam perjalanan, sebenarnya aku masih berpikir tentangnya. Tidak biasanya Serenada bersikap begini anehnya. Sepertinya setelah dia tahu rumahku, rasa penasarannya terlalu tinggi.
***
"W115, tolong buatkan kopi untukku!"
"Satu atau dua, Tuan Artemis?"
"Tentu saja satu, kenapa kau bertanya begitu?"
"Karena anda kedatangan tamu malam ini."
"Tamu? Tapi dimana orangnya?"
Saat aku menengok ke belakang, tiba-tiba ada yang mengejutkanku. Badanku nyaris saja jatuh melihat orang itu, tapi dia malah tertawa cekikikan.
"Artemis bisa kaget juga. Yes!"
"Serenadaaaaa!"
Sabar Artemis! Tenangkan pikiranmu dulu. Tarik napas, buang perlahan agar emosi terkendali. Baiklah, suasana hati sudah lebih tenang. Sekarang apa maunya perempuan satu ini?
"Aku sudah bilang tadi, Serenada. Aku tidak mau!"
"Keras kepala sekali sih! Aku hanya mau ganti suasana saja. Lagipula bosan di rumah terus."
"Besok kita masih kerja, aku juga bosan melihat wajahmu terus. Sekarang kembalilah ke rumahmu. Daah...!"
"Blam!"
"Dok dok dok!"
"Hei, kau jahat ya! Seperti ini caramu memperlakukan perempuan?"
Aduh, berisik sekali! Serenada terus menerus memukul pintu kayu sintetis itu. Untung saja bahannya kuat! Kalau tidak, aku bisa diminta ganti rugi. Apalagi ini bukan rumah pribadiku, hanya fasilitas yang diberikan sebagai pekerja kelas satu di Laboratorium Utama.
"Buka pintunya, Artemis! Sebentar lagi mau hujan."
"Pulanglah! Hujannya tidak akan menyakitimu!"
"Jeglaaar...!"
"Aaa...! Ayolah, Artemis buka pintunya! Aku bisa kedinginan kalau kena air hujan."
Akhirnya pintu rumah kubuka secara manual, lalu kutampakkan wajah kesal padanya. Padahal petir dan hujannya hanyalah buatan. Seharusnya tidak membahayakan manusia disini. Serenada hanya terlalu berlebihan saja menanggapinya.
"Malam ini saja!"
"Iya, malam ini saja. Aku janji padamu!"
Ku tinggalkan Serenada di ruang tamu dan aku bergegas memanggil W115. Robot itu aku beri perintah untuk menyiapkan kamar satunya lagi yang memang kosong. Setelah semuanya siap, baru aku memintanya untuk menyiapkan makan malam.
Aku duduk di ruang makan sambil menopang dagu. Kulihat Serenada ikut duduk disini, tidak berdekatan denganku. Kami berdua saling berhadapan. Rasanya masih kesal melihatnya ada disini malam ini.
"Seberapa sempit rumahmu sampai memilih untuk tidur disini?"
"Pertanyaanmu terbalik atau menyindir kondisi rumahku?"
"Makan malamnya, Tuan Artemis."
"Ya, terima kasih W115."
Robot pelayanku itu juga memberikan Serenada makan malam. Anehnya dia senang saja menerimanya. Padahal ini hanya masakan biasa yang dibuat oleh W115. Seharusnya lebih enak makanan yang biasa disantapnya di rumah.
"Kalau kau menganggap kehidupanku lebih enak, itu keliru Artemis."
Aku menikmati makan malam kali ini sambil mendengarkan cerita Serenada. Rupanya sebagai seorang Tuan Putri, dia sendiri sudah bosan. Memang apapun yang dia inginkan begitu mudah didapatkan, tapi terasa tak ada tantangannya.
Belum lagi sikap ayahnya yang sesungguhnya. Ternyata dibalik keramahan Tuan Presiden, ada hal yang tak pernah kuketahui.
"Ayahku pada dasarnya bukan manusia yang baik. Dulu, setelah dia memutuskan untuk menghapus hukuman penjara dan menggantinya dengan penghapusan data. Aku selalu diminta untuk melihat setiap penjahat yang dihukum."
"Dan kau mau melihat itu semua?"
"Aku dipaksa, Artemis! Sebenarnya hukuman itu sangat kejam menurutku. Mungkin itu juga yang membuat ibuku tak mau lagi berada disini."
Bagi Serenada yang pernah melihat langsung bagaimana proses hukuman penghapusan data itu, rasanya menyakitkan. Selepas terkena tembakan penghapus data, tubuh manusia akan mengalami kesakitan yang luar biasa. Lalu terpecah menjadi partikel kecil yang mudah diterbangkan oleh angin.
"Kenapa ayahmu memaksa untuk melihat hal itu?"
"Alasan terkuatnya agar aku belajar, bahwa seorang penjahat apalagi itu pembelot tak pantas untuk diampuni."
Sendok dan garpu diletakkan begitu saja oleh Serenada. Makanannya tersisa sedikit lagi. Dia hanya menunduk selepas bercerita. Saat kudekati, ternyata air matanya sudah banyak menetes jatuh ke pipinya.
"Kau bercerita sendiri, lalu menangis."
"Aku bercerita begini karena tak tahu lagi harus bicara pada siapa? Aku masih manusia biasa, Artemis. Tak bisa berbuat seperti ayahku yang rela menghilangkan manusia didalam Dome ini. Berapapun jumlahnya!"
Memang berbeda, perempuan seperti Serenada sekalipun tak akan mampu melakukan hal kejam seperti itu. Ia bahkan bilang sendiri tak mau menjadi pengganti ayahnya. Serenada adalah tipe perempuan bebas dan penjelajah. Setelah sekian lama bekerja dengannya, dia memang lebih suka mendatangi tempat baru daripada harus berulang kali ke tempat yang sama.
"Sudahlah...."
"Saat melihat wajah ayahku tadi pada Dova, aku teringat setiap terjadi eksekusi penghapusan data. Seperti itu juga wajah ayahku melihat para penjahat untuk pertama dan terakhir kalinya."
Padahal jumlah manusia di dalam Dome ini tak begitu banyak. Meski ada manusia buatan sepertiku dan Dova. Tetapi jumlah robot lebih mendominasi disini. Apakah nantinya Tuan Presiden mau mengganti semua manusia yang ada dengan manusia buatan saja? Dengan teknologi mesin cuci otak, tak ada lagi yang mencoba untuk berkhianat atau keluar dari Dome.
***
"Kamar anda sudah siap, Tuan Putri."
"Tapi bolehkah aku di kamarnya Artemis saja?"
"Lalu aku tidur dimana?"
"Kasurmu luas, Artemis. Kita berdua bisa di sana."
Astaga! Aku semakin risih saja! Serenada hanya teman biasa, apa jadinya kalau tidur berdua? Lagipula, aku terbiasa tidur tanpa memakai baju atasan. Kalau ada dia terpaksa aku harus memakai kaos saja. Tidak enak kalau tidur masih dengan pakaian lengkap.
"Kamar untukmu sudah disiapkan oleh W115."
"Iya, aku tahu!"
"Kalau tahu kenapa mau tidur di kamarku? Baiklah, aku pakai kamar sebelah saja!"
"Eeh... apa bedanya kalau begitu? Aku ingin malam ini ada yang menemaniku."
Pelanggaran privasi yang dilakukan Serenada sudah berat. Pertama, dia diam-diam mengikuti dan memaksa untuk menginap. Kedua, dia juga memaksa agar aku mau tidur dengannya.
"Dengar, kita hanya teman biasa. Kecuali...."
Ah, ya aku lupa menjelaskan pada kalian! Pernikahan di tahun 2050 sudah sangat jarang ditemui. Manusia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan tak terlalu peduli dengan mencari pasangan.
Apalagi teknologi manusia buatan lebih canggih, kita bisa menentukan mau membuat manusia yang seperti apa. Meski tetap membutuhkan sperma dan sel telur dari manusia, tetapi DNA-nya bisa diutak atik sesuai kebutuhan. Tak ada lagi manusia cacat yang terlahir dari mesin, semuanya serba sempurna.
"Kecuali apa?"
"Ah, sudahlah! Tapi jangan terlalu dekat padaku ya."
"Siapa juga yang mau tidur dekat denganmu. Aku hanya butuh ada yang menemani saja!"
"Kenapa? Tidak biasanya kau bersikap seperti ini! Serenada yang kukenal itu tomboi dan tak se-manja seperti sekarang."
"Terkadang di saat tertentu, aku merasa hatiku terguncang. Sejak dulu yang selalu menemaniku untuk tidur adalah ibuku. Sekarang siapa lagi? Robot pelayan tak bisa kuajak bicara sepertimu sekarang."
"Kalau begitu Dova saja!"
"Huh! Aku malas kalau dengannya. Dia terlalu usil! Di laboratorium saja selalu meledekku."
Dova memang seperti itu orangnya. Aku pun dulu tak luput dari keusilannya. Tapi sebenarnya dia baik, hanya saja terkadang agak kasar dalam bersikap. Satu lagi, dia lebih suka menghabiskan waktunya bermain game online saat senggang. Daripada melakukan kegiatan yang lain.
"Selamat malam, Serenada."
"Selamat malam, Artemis."

Komentar Buku (78)

  • avatar
    AmaliaRedyta

    Bagus, kak, ceritanya. Ditunggu update babnya

    09/04/2022

      1
  • avatar
    Lenora Johannis

    bagus

    22/06

      0
  • avatar
    PutraDodi

    okee

    25/04

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru