logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

BAB 3

"Aku malas menjelaskan semua sama kamu. Karena kamu pasti nggak akan percaya sama aku. kamu selalu berpikiran negatif tentang aku. Iya kan bener kan?" kata Bara seolah menembak perasaan istrinya dengan sakit.
Bella menghembuskan nafas kesal.
"Ya udah kalau kamu nggak mau jelasin sama aku. Aku udah tau betapa buruknya kamu sekarang Mas," kalimat itu membuat sepasang suami istri ini berhenti berkata-kata lagi.
Itu adalah kalimat terakhir untuk malam ini. Bella berdiri dengan cepat dan berjalan keluar lalu menutup pintu dengan kasar.
Bara sudah lelah dengan semua yang terjadi di dalam harinya. Ia tidur di kamar dengan lelap.
Sementara Bella duduk di sofa ruang tengah. Ia memandangi bingkai foto yang indah. Sepasang pengantin yang sangat serasi.
Hati Bella tidak bisa menahan rasa kesal yang bercampur rasa sedih. Kedua matanya kini di banjiri oleh air mata hangat. Pundaknya naik turun di iringi suara hidung yang tersumbat akibat tangisan.
"Mbak Bella . . ." panggil suara ragu-ragu itu dari belakang.
Bella tidak menengok karena ia tidak mau Marni tahu kalau dirinya sedang menangis. Bella mencoba menahan suara agar tidak serak.
"Aku lagi pengin tidur disini Mir. tolong jangan ganggu ya Mirna," ucap Bella dengan tegas.
Mirna hanya bisa melihat dengan kasihan punggung majikannya itu.
Subuh tiba namun Mirna tidak membangunkan majikannya. Ia merasa kasihan karena saat itu Bella benar benar tidur dengan lelap sekali.
Pukul tujuh Bella membuka matanya. Ia menghirup bau masakan di dapur. Kepalanya sedikit pening. Ia mencoba untuk duduk dan melihat dari cahaya yang masuk ke ruang tamu.
"Udah siang banget Ya Allah! aku belum solat shubuh," ucapnya lalu segera menuju ke toilet yang ada di belakang.
Ternyata hari ini dirinya datang bulan. Langsung saja ia gunakan pembalut malam. Karena hari pertama selalu deras untuk seorang perempuan.
"Mbak Mirna masakin nasi goreng. Pasti enak banget rasanya," kata Mirna dengan wajah berseri.
Bella tidak berkata apapun. Ia langsung saja menyendok nasi goreng yang sudah di sediakan di piring berwarna putih.
Bella mengunyah dengan penuh khidmat. Sejak malam perutnya memang lapar namun ia enggan beranjak ke dapur. Saat ini benar benar seperti surga. Bangun langsung ada makanan di depan mata. Makanan kesukannya lagi.
"Mbak, semalem kenapa? nangis ya?" tanya Mirna setelah melihat Bella selesai dengan sarapannya. Mata Bella yang begitu sembab membuat Mirna kasihan.
Bella tidak menjawab. Ia membersihkan sisa makanan di sekeliling bibir dengan tisu. Sungguh ia tidak ingin membahas apa yang terjadi saat malam itu.
"Semalem Mirna bangun gara gara sempat mendengar suara keras dari Mbak Bella. Keras banget sih! Mbak suaranya. Baru kali ini loh! Mirna mendengar suara Mbak sekeras itu," kata Mirna perempuan banyak omong itu.
"Nggak papa kok, Mir. Aku lagi datang bulan lagi nggak pengin cerita banyak. Aku bangunin Mas Bara dulu ya. kamu udah beresin dapur belum? sana beresin dapur dulu," ucap Bella lalu pergi menuju ke kamarnya.
Syukurlah pintu tidak di kunci oleh sang suami. Dilihatnya seprei polos berwarna abu abu yang berantakan. Lalu ada laki laki tidur dengan terlentang berwajah pulas.
Bella duduk di sisi ranjang. Ia memperhatikan wajah suaminya dengan penuh rasa sayang. Wajah yang menemaninya sejak lima tahun ini. Wajah yang penuh kesabaran. Meski mereka berdua belum di karuniai seorang bayi mungil. Wajah manis itu sangat membuat hati Bella berucap syukur.
Tangan Bella dengan lembut membelai pipi suaminya. Pipi dengan sedikit rambut tipis di sisi keduanya membuat Bella merasa gemas.
"Maafin aku ya, Mas. Semalam mungkin aku terlalu marah berlebihan sama kamu. Aku sayang banget sama kamu Mas," ucap Bella dalam hati terdalamnya.
Kini Bella melihat meja kecil yang di atasnya terdapat ponsel milik Bara. Ponsel itu menyala. Tangannya langsung meraih benda persegi panjang tipis itu.
Sudah beberapa hari ini ia tidak melihat lihat apa yang ada di dalam ponsel suaminya.
Ia menemukan pesan WhatsApp yang masuk. Matanya membelalak melihat deretan chat yang banyak. Foto profilnya perempuan semua.
"Aku nggak trima perempuan perempuan ini ngechat suamiku. Kurang kerjaan banget sih mereka," seru Bella dengan perasaan membatu.
"Mas, bangun Mas!" beberapa kali Bella menepuk-nepuk lengan Bara.
"Masih ngantuk Bella, udah sana kamu keluar aja," jawab Bara dengan setengah sadar.
"Bangun Mas, udah siang. Udah jam delapan tuh," kata Bella dengan kesal.
Bara duduk dengan cepat. Wajahnya menampakkan geram kepada sang istri. Tubuhnya menggeliat sebentar lalu mengucek kedua matanya.
"Ini apa maksudnya?" tanya Bella dengan memperlihatkan layar ponsel tepat di depan muka pria berwajah kusut itu.
"Sini," tangan Bara merebut ponsel miliknya dengan keras.
"Kamu ngapain sih, pegang pegang hapeku?" tanya Bara dengan wajah geram tanpa melihat ke arah istrinya. Ia sedang fokus membuka pesan yang ada di layar ponselnya.
"Masa aku nggak boleh sih! lihat-lihat apa yang ada di hape kamu. Sejak kapan Mas?"
"Ya boleh, tapi izin dulu dong," jawab Bara masih menggerutu.
"Izin? memangnya aku ini siapa? orang lain? aku kan istrimu, Mas. Kamu aneh banget deh, masa pinjem hape aja harus izin," gerutu Bella.
"Kalau ada data yang tiba-tiba ke hapus gimana? kerjaan aku sebagian juga ada di hape ini," Bara membela diri dengan kedua matanya terbuka lebar menatap istrinya.
"Oke oke, aku minta maaf," kata Bella dengan pasrah. Ia menghembuskan nafasnya lalu mengeluarkan kalimat lagi.
"Aku nggak suka ada cewe yang chat kamu kaya gitu," kata Bella dengan membelakangi suaminya sambil melipat kedua tangannya.
"Apaan sih, chat apa?" tanya Bara yang kini sudah berdiri di depan Bella.
"Ya kamu baca aja tuh di hape kamu!"
"Udah, aku udah baca kok, terus apa?" tanya suaminya dengan bingung.
"Temen-temen kantor kamu itu nggak penting banget tahu nggak, mereka chat kamu kaya gitu. Gimana kabarnya? selamat beraktivitas ya, kamu lagi ngapain? sudah makan belum?" kata Bella sambil berbicara dengan kesal.
"Lah emang kenapa? mereka cuma temen aku," ucap Bara tanpa ada rasa bersalah.
"Tapi Mas, chat yang kaya gitu justru nanti akan semakin sering dan selanjutnya kamu bakal kepincut sama temen kamu. Chatingan setiap hari, ngirimin foto satu sama lain habis itu saling jatuh cinta. Iya kan?"
"Ya nggak mungkin lah, mereka udah tahu aku punya istri," kata Bara dengan tegas.
"Aku juga udah punya istri. Jadi untuk apa aku jatuh cinta sama cewe lain?"
Bella menunduk dengan kalimat suaminya itu. Apa dirinya yang salah selama ini? ia terlalu cemburuan dengan suaminya. Bara keluar dari kamar meninggalkan Bella yang berdiri mematung di depan jendela kamar yang bercahaya.

Komentar Buku (113)

  • avatar
    AstutiRini

    wow🤯

    21/08

      0
  • avatar
    OktrilaMeny

    saya suka ceritanyaa bagus bangett saya kasih 1000/10

    12/08

      0
  • avatar
    PutriIka

    ʙɢᴜs ᴄᴇʀɪᴛᴀɴʏᴀ

    23/06

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru