logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 3 Guru cantik

“Ngadi-ngadi aja lo Fi, mana suka gue sama model kaya si Fadil,” ucapnya dengan santai pada cewek yang sedang mengintrogasinya.
“Kirain, emangnya lo kenapa sih nggak suka sama si Fadil, walaupun nggak pinter-pinter amat seenggaknya kan hartanya banyak, Din,” mendukung Dinda untuk dekat dengan Fadil.
“Emangnya Dinda itu lo, liat Fadil pake jam tangan 15 juta udah ngiler sama tuh cowok.” Ucap Amel yang ikut pembicaraan mereka dari belakang. Efi memang menyukai Fadil karena cowok itu kaya dan tampan siapa sih yang tidak mau dengan Fadil.
“Masa dia ditawari lamborghini sama si Fadil malah nolak,” sambungnya lagi, tentu saja tidak di ragukan lagi kekayaan anak papi Kennan yang luar binasa, bagaimana bisa Dinda menolak tawaran menggiurkan dari Fadil.
Memang Dinda lah yang paling beda dari pada semua cewek yang ada di sekolahannya , cewek sekolahnya mengagumi Fadil dari ketampanan dan kekayaan cowok itu, tapi Dinda tidak pernah silau dengan apa yang dimiliki oleh Fadil.
“Ginjal gue ngilu dengernya,” ucap Afi yang tak menyangka bisa menolak semua tawaran Fadil, jika dirinya menjadi Dinda tentu saja ia akan terima dan setelah Fadil bangkrut barulah ia tinggalkan pria itu.
Seorang wanita menawan masuk ke kelas XII IPS 2 Bu Eriska guru tercantik di SMA Angkasa, dengan senyum yang begitu manis ditambah lesung pipinya membuat wanita yang masih berusia 23 tahun terlihat cantik sekali membuat para murid laki-laki di kelas terpesona.
“Woy diem, calon istri dan calon ibu dari anak-anak gue dateng.” Teriak Aris membuat cowok tersebut otomatis disoraki oleh teman-teman sekelasnya.
“Huuuuu.” Suara sorak anak murid kelas XII IPS 2.
“Ngadi-Ngadi aja si Aris mah, mana mau Bu Eriska yang solehot mau sama anak ingusan kaya lo hahahah....” cibir si Aska yang tak suka dengan Aris jika gurunya sebagai calon istrinya.
Keributan seperti itu sudah biasa terdengar oleh Bu Eriska saat ia memasuki kelas yang akan ia ajar. Ingin menghukum anak murid yang mengodanya pun percuma, hanya membuat waktu mengajarnya terbuang saja.
“Berhenti, kita mulai pelajaran sekarang,” ucap Bu Eriska membuat anak-anak berhenti berbicara dan fokus ke pelajaran yang diajar oleh wanita tersebut.
“Iya Bu,” kompak murid-murid kelas XII IPS 2 menjawab ucapan dari gurunya.
Berakhirnya pelajaran Bu Eriska berganti ke pelajaran Pak Ganda, tetapi kebetulan Pak Ganda tidak masuk hari ini membuat kelas tersebut bebas karena jam kosong.
Dengan santai Dinda memainkan ponselnya sibuk menjelajah ke sosial media melihat postingan Fadil yang menurutnya aneh, ia pun semakin kepo dan langsung membuka story instagram cowok sombong itu.
@fdl_H
Ganteng dikit cekrek
Ganteng aja cekrek
Ganteng banget cekrek
Amel mendekati sahabatnya yang sedang sibuk dengan layar ponsel membuatnya penasaran dengan apa yang dilihatnya sampai tak menyadari keberadaannya. Ia hanya tersenyum dengan foto yang dilihat oleh Dinda ternyata sahabatnya itu sedang kepo dengan Fadil.
“Fadil ganteng ya,” ucap Amel memancing sahabatnya yang sedang memandangi foto dan story sosial media Fadil.
“Iya....” tanpa sadar menjawab perkataan dari Amel. Ia pun langsung terkejut dengan Amel yang sudah ada di dekatnya melihat ia sedang kepo pada Fadil, Amel hanya tertawa kala Dinda langsung mematikan layar ponselnya.
“Apa sih lo, Mel, liat-liat aja,” ketusnya yang tak suka saat Amel memergokinya sedang melihat foto Fadil di sosial media.
“Santai aja sih, Din, kaya sama siapa aja lo.”
Terlihat wajah Dinda yang kesal karena ketahuan kepoin Fadil, ia pun harus menghibur temannya agar tidak marah lagi dengannya tapi bagaimana carannya? Amel punya ide bagus.
Dinda jangan marah-marah
Nanti cepat lekas tua
Fadil setia orangnya takkan pernah mendua
Suara Amel menyanyi membuat seluruh kelas mendengar nyanyian tersebut sontak memancing kehebohan seisi kelas XII IPS 2.
“Ciieeee … Dinda.” Kompak murid-murid kelas tersebut.
“Wih punya Fadil ternyata, pantesan jual mahal,”
“Menang banyak dapet sultan Fadil.”
Mendengar ucehan dari teman kelasnya membuat wajah Dinda menjari memerah karena malu, ini semua Karena Amel sahabatnya sendiri, ia bukan suka hanya sekedar ia tahu kegiatan dari Fadil mungkin hanya sedikit tertarik pada cowok itu belum sepenuhnya menyukai cowok yang terkenal nakal di sekolah.
Sepulang sekolah Dinda dan Amel seperti biasa pulang bersama menunggu di jemput, Amel yang menunggu kakaknya menjemput dirinya sedang Dinda menunggu mamanya, mereka menunggu di depan sekolah.
Sebuah mobil sport berwarna oren berhenti tepat di depan mereka, saat kaca mobil itu ternyata itu adalah Fadil anak papi Kennan yang kaya raya tak pernah miskin sampai tujuh turunan. Pria itu melepaskan kaca mata hitam yang ia pakai agar terlihat lebih ganteng tentunya.
“Nunggu apaan sih lo berdua? nunggu antrian sembako ya?” tanyanya dengan nada canda. Tetapi tidak dijawab oleh kedua cewek itu, mereka malas sekali harus menjawab ucapan dari Fadil. “Ayo, naik gue anterin pulang.” Ajak cowok itu pada dua cewek tersebut. Sudah berkali-kali ia ngajak Dinda pulang tetapi selalu ditolak padahal setiap hari ia selalu memakai mobil berbeda dan tentunya bukan mobil biasa tetapi cewek itu tetap saja menolaknya untuk di antar pulang.
“Mau dong, sekali-kali gue juga mau kali naik mobil sport punya lo, Dil.” Jawabnya tertarik dengan ajakan dari Fadil.
“Lo ajakin dong bini gue yang di sebelah lo, kalo dia nggak mau ikut nggak usah berharap ditumpangi sama gue,” ungkap Fadil agar Amel memaksa wanita idamannya untuk mau ikut dengannya.
Amel pun memasang wajah melas di samping temannya itu agar mau ikut pulang dengan Fadil agar dirinya bisa merasakan betapa enaknya duduk di mobil sport berharga 5M milik Fadil itu. walaupun hanya memiliki 2 pintu saja mobil itu, tapi tempat duduk mobil tersebut ada 4 yang pasti masih muat untuk menampung dirinya.
“Ayolah, Din, sekali aja.” Bujuknya agar sahabatnya itu mau menerima tawaran Fadil. Tak lama ponselnya berbunyi menandakan ada pesan yang masuk, ia langsung membuka pesan dari mamanya itu.
Sayang mama nggak bisa jemput, kamu naik taksi aja ya.
Cewek itu hanya menghembuskan nafasnya panjang setelah membaca pesan mamanya, sepertinya ini memang keberuntungan untuk Amel pas sekali dirinya tidak jadi di jemput oleh mamanya.
“Terus kakak lo gimana?” tanyanya pada Amel.
“Gampang nanti gue WA aja biar dia nggak jemput gue.” Balesnya dengan santai, ia lebih memilih pulang bersama dengan mobil Fadil dari pada di jemput oleh kakaknya sendiri.
Dinda ada Amel masuk masuk ke mobil milik Fadil walaupun hanya ada 2 pintu saja tetapi mobil itu masih memiliki bangku penumpang yang tentu saja Amel duduk di belakang sedangkan Dinda diminta untuk duduk di samping pengemudi.

Komentar Buku (162)

  • avatar
    KurniaRiski

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    syfaawanda

    100 banget aplikasi nya bagus bagus bagussssssssssssssss

    10d

      0
  • avatar
    HambaliDanish

    Good

    25d

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru