logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 5 Rasain!

"Frans tujuanmu mengantar orang tuaku kesini apakah  hanya untuk ini?" tanyaku seraya menatap tajam Frans.
Ia terkekeh setelah mendengar pertanyaanku, apa pertanyaanku sekonyol itu hingga membuatnya tertawa?
"Apa ada yang lucu dengan pertanyaanku?" tanyaku masih menatapnya tajam.
"Ekhem! Mira kamu tahu kan sejak masih kuliah dahulu aku ini sangat mencintaimu bahkan sampai sekarangpun rasa itu masih ada jadi aku ingin membahagiakan dirimu bila kamu mau menjadi istriku karena aku yakin kamu tidak bahagia hidup bersama dengan Andre yang hanya bisa membawamu hidup dalam kemiskinan." timpalnya tak tahu malu tak tak diri. Segitunya pengen jadi pebinor cih mengesalkan.
Apa dia tidak melihat kalau kami tidak hidup berkekurangan bahkan kami hidup berkecukupan dengan rumah sebesar ini? Tak kuhiraukan lagi si Frans, lebih baik ku rayu Mami dan Papi agar tak memaksaku untuk pulang apalagi meninggalkan suamiku. Tidak akan pernah!
"Mami Papi... Mira mohon tolong restui pernikahan Mira dengan Mas Andre, Mami lihat sudah ada si kembar dalam pernikahan Mira dengan Mas Andre. Si kembar masih sangat membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya. Kalau Mami tidak merasa kasihan dengan Mira paling tidak lihatlah cucu cucu kalian yang masih kecil itu." ucapku menghiba. Semoga Mami dan Papi luluh setelah menyangkut nama cucu cucu nya.
Benar saja tatapan Mami dan Papi berubah sendu. Alhamdulillah semoga hati kedua orang tuaku yang keras seperti batu ini perlahan bisa mencair.
"Tapi Mir kamu yakin hidupmu bahagia bersama dengan Andre?" tanya Mami kini sudah mulai melunak.
"Iya Mi, Mira sangat bahagia dengan hidup Mira sekarang. Tolong maafkan kelakuan Mira dahulu Mi Pi, Mira menyesal. Tapi Mira mohon biarkan Mira menjalani hidup dengan tenang bersama keluarga kecil Mira sekarang ini."
Mami dan Papi terdiam, mereka menghembuskan nafas panjang. Mungkin mereka sedang bingung mau berucap atau menyanggah apa lagi.
Aku menatap Mami dan Papi dengan penuh harap. Ya Allah tolong lunakkan hati mereka.
"Ck kok Tante sama Om malah diam? Jangan bilang kalau Om dan Tante malah menyetujui omongannya Mira? Tante dan Om jangan gitu dong! Kalian kan sudah janji akan menjodohkanku dengan Mira sehingga perusahaan Papa bisa bekerjasama dengan perusahaannya Om!" hardik Frans tak punya sopan santun.
"Hey yang sopan dong ngomong sama orang tua gue! Dasar gak punya sopan santun!" hardikku balik.
Frans hanya melengos sebal.
"Nak Frans kalau sudah seperti ini mau bagaimana lagi? Mira juga sudah bahagia dengan pernikahannya. Om tidak bisa memaksakan kehendak Om ke Mira, tapi Om janji Om akan tetap mau bekerjasama dengan perusahaan Papamu walaupun Mira tidak jadi menikah dengan nak Frans." ujar Papi bijaksana alhamdulillah. Hmm sekarang aku tahu tujuan sebenarnya Frans nekad mengantar Mami dan Papi kesini ya tujuannya hanya satu yaitu cuan!
"Huft ya tapi Om, bagaimana dengan perasaan saya Om? Saya benar benar mencintai Miranda Om." protesnya tetap tak mau menyerah. Dasar!
"Cintamu salah tempat bro! Miranda itu sudah jadi istriku! Dia wanita bersuami! Sungguh hina kalau kau berniat merebut istri orang!" cibir Mas Andre. Iya benar sekali apa yang di katakan suamiku.
"Cih! Mira itu tidak bahagia hidup bersamamu karena kau ajak hidup dalam kemiskinan! Setidaknya kalau bersamaku   semua kemauan Mira akan selalu terpenuhi! Bukankah yang di inginkan semua wanita adalah uang? Maka akan aku berikan yang Mira mau yaitu uang berapapun itu!" ujarnya songong.
Saat suamiku hendak menimpali lagi langsung ku cegah agar tak perlu menanggapi ocehan Frans yang gak berguna.
"Maaf Frans, aku sudah bersuami dan aku gak berniat ganti suami. Lebih baik kau cari wanita lain saja! Oh iya masalah aku bahagia atau tidak itu bukan urusanmu! Jadi tak perlu lah kau repot repot menilai kadar bahagiaku dinilai pakai apa!" terangku jelas dan padat juga pasti menohok relung hatinya.
Benar saja seketika mulutnya bungkam tak mampu mengeluarkan ocehan lagi. Syukurlah.
"Mi Pi kalau begitu malam ini Mami dan Papi nginap disini saja ya, dari awal pembangunan rumah ini mas Andre sudah menyiapkan kamar khusus untuk Mami dan Papi karena sejak awal kami sangat berharap Mami dan Papi berkunjung ke rumah ini, alhamdulillahnya keinginan kami terwujud hari ini." seruku sangat antusias.
Papi dan Mami saling berpandangan kemudian mengembangkan senyuman kasih sayang yang sudah sangat lama aku rindukan, senyuman itu tak pernah berubah masih sama seperti dulu.
"Baiklah nak." ucap Papi akhirnya, di angguki pula oleh Mami. Alhamdulillah.
"Tapi mohon maaf ye, Frans tak bisa menginap disini karena kita bukan muhrim jadi tak bisa seatap." ujarku santai.
Frans mengepalkan tangannya, kelihatan sekali kalau dia sedang menahan geram. Ah bodo amat.
"Aduh lalu nak Frans tidur dimana dong Mir? Dia kan juga kelelahan sudah menyetir ber jam jam." protes Mami. Huh manusia kaya gini aja masih di belain nih si Mami.
"Dia kan bisa tidur di hotel Mi, nanti biar di antar oleh Mas Andre kalau gak kuat nyetir sampai hotel." ujarku menimpali. Pokoknya aku tak akan membiarkan Frans menginap di rumahku, takut macem macem tuh orang.
"Ya sudah, mohon maaf ya nak Frans terpaksa nak Frans bermalam di hotel dahulu." ujar Papi bijak.
Frans mendengkus kesal namun ia tak bisa berbuat apa apa apalagi membantah, daerah sini kan bukan kekuasaannya.
Akhirnya Frans memilih pergi ke hotel sendiri daripada di antar Mas Andre, ya baguslah. Hari sudah mulai gelap Mami dan Papi pun akhirnya mau masuk ke dalam rumah, kami makan malam bersama dan setelahnya beristirahat.
Esok harinya Mas Andre izin tidak masuk kerja karena ingin menjamu kedatangan Mami dan Papi semaksimal mungkin agar Mami dan Papi benar benar menerima kehadiran Mas Andre sebagai menantu.
Mami dan Papi masih beristirahat di kamar yang kami sediakan, sedangkan Mas Andre sibuk di dapur hendak membuat pai buah untuk di hidangkan pada Mami dan Papi. Lah segitunya ya pengen memperlihatkan diri jadi menantu yang baik.
Kalau aku? Aku ingin rebahan saja di kamar karena intinya aku masih merajuk, masih malas ngomong sama Mas Andre perihal kemarin siang. Soal sarapan aku pesan lewat online saja.
Drrt drrt drrt
Saat hendak rebahan aku melihat gawai Mas Andre berpendar dan bergetar, setelah aku cek ternyata ada panggilan masuk dari Bu Sinta.
Dari foto profilnya Bu Sinta ini adalah seorang wanita cantik berkemeja putih dengan belahan dada rendah. Rambutnya pirang kecoklatan hmm seperti pernah lihat nih, tapi dimana?
Apa wanita ini ya yang bersama Mas Andre di kantor kemarin siang? Hmm katanya sih hanya teman bisnis.
Ting
Ada chat masuk dari Bu Sinta juga setelah panggilannya tak ku angkat.
[Lagi ngapain? Kenapa panggilanku tak di angkat? Apa sedang sibuk dengan istrimu? Bukannya setiap malam sudah kamu habiskan waktumu hanya untuk bersama istrimu? Kapan dong kau bersedia sisihkan waktu sedikit saja untukku? Aku gak kuat menahan perasaan ini sendirian. Tolong bantu aku]
Ghila! Ghila! Ternyata yang namanya Bu Sinta ini sangat agresif! Sekali dua kali tiga kali Mas Andre masih bisa bertahan menolak tapi lama lama namanya saja laki laki kalau di hadapkan dengan yang bening bening gini takutnya khilaf.
Ugh tidak tidak aku tidak akan menerima kekhilafan barang sekalipun! Apalagi khilaf selingkuh tidak aku tidak sudi! Untung di rumah ada Mami dan Papi kalau tidak sudah ku omelin tuh paksu! Sabar sabar!
Ting
Chat kedua dari Bu Sinta masuk.
[Mengapa hanya dibaca? Apa takut ketahuan istrimu? Percayalah aku tidak akan membocorkan hal tentang kita kepada istrimu atau siapapun, jadi kamu bisa tenang.]
Ah perempuan ini benar benar murahan. Aku yakin kalau di hadapannya langsung aku katain murahan pasti dia tidak terima tapi kenyataannya memang murahan. Ngejar ngejar suami orang.
Huh lama lama aku bisa darah tinggi kalau begini terus. Bagaimana caranya menyingkirkan serangga satu ini?
Aku harus bermain cantik, jangan gegabah dan jangan bar bar menghadapi serangga calon pelakor kek gini. Kalau bar bar yang ada aku juga yang rugi nanti. Baiklah ayo bermain serangga genit!
[Maaf baru balas, oh iya habis ini aku akan mengirimkan hadiah untukmu. Tolong kirimkan alamat keberadaan dirimu sekarang Bu Sinta.]
Hmm kira kira apa ya balasannya? Apakah dia kegirangan karena yang dia tahu Mas Andre lah yang akan mengirim hadiah? Atau dia malah curiga dengan balasan chatku?
[Hah? Kamu akan memberiku hadiah? Baiklah akan aku kirim alamatku berada saat ini.] balasnya.
[jl. Bougenville nomor 5, aku tunggu hadiahnya ya sayang.]
Cih benar murahan! Belum apa apa sudah panggil panggil sayang! Dasar sakit!
[Ok, ditunggu]
Lihatlah akan ku buat kau senam jantung serangga genit!
Bersambung...

Komentar Buku (46)

  • avatar
    BarruRusmawan

    novel yg bagus

    22/08

      0
  • avatar
    azmin min

    good👍🏼👍🏼👍🏼

    21/07

      0
  • avatar
    amiranur

    good edit

    08/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru