logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Bab 2 Kebakaran Pabrik

Membayangkan tubuhnya tidak lengkap membuat Gading merinding, tidak tahu bagaimana nasib anak istrinya. Baru sadar jika dirinya menjadi manusia yang tidak pernah bersyukur.
“Nah, ntuh lu tahu”
“ Tapi Bang semua ini kesalahan saya, coba aja dulu kerjanya bener ya bang, mungkin saja masih bisa kerja bener”. Gading berusaha beralibi.
“Lah , emangnya yang nih kerjaan kaga bener ape?”
“Bener sih bang, tapi hasilnya nggak seberapa ”
“ Lu namanya kagak bersyukur, udeh di kasih hidup masih aja ngeluh.
Pikiran Gading berkelana, 7 tahun dia bekerja di pabrik meskipun upah hanya UMR dan sedikit tunjangan keluarga tapi sangat bisa mencukupi kebutuhan keluarga, istri yang selalu tersenyum, anak anak yang lucu bernama fatih.
Gading mempunyai anak laki, fatih berusia 5 tahun. Fatih penyemangat Gading, setiap pulang kerja mereka pasti menyambutnya di depan pintu lengkap dengan hasil mainan ataupun lukisan yang ia buat bersama istrinya. Seketika Gading hilang rasa capeknya, Belum lagi disambut istri yang sekarang sedikit kurus. Gading berjanji suatu hari nanti akan membahagiakan mereka.
“ Bengong lagi, lu” tegur bang Ahmad
Gading hanya tersenyum, tersenyum pahit sepahit dirinya tidak menerima kenyataan .
“ Kalau orang sekarang bilang, life must go on Ding”
“Abang bisa bisanya pakek inggris segala, memangnya abang bisa?
“ Gua belajar di penjara dulu, katanya nggak ada yang di sesalin, begitu”
“ Hahahah” bang Ahmad tertawa memperlihatkan giginya yang bogang.
Kata bang Ahmad dulu patah pas di gebukin warga, nggak ada duit buat pasang gigi palsu.
Hari mulai merangkak siang menunjukkan pukul 12.30, terik panas sangat menyengat,. Menambah mumetnya kepala Gading yang selalu menghitung uang hasil penjualan. Dulu ia tak pernah menghitung hasil kerjanya , yang Gading lakukan gaji ia ambil sepuluh persen buat kopi dan makan di kantin, selebihnya ia percayakan istrinya dalam mengelola .Tapi tidak untuk saat ini, yang ada di pelupuk matanya hanya ada anak dan istrinya. Mending buat mereka saja.
Suara adzan sudah di beralun merdu di mushola terminal tempat ia mangkal, dulu enggan untuk menunaikan kewajiban menghadap Nya meskipun istrinya selalu cerewet mengingatkan tapi tak pernah dirinya hiraukan.
Semenjak bekerja di pabrik Gading malas sholat, alasannya klise capek setelah bekerja, padahal dulu ketika bekerja di pabrik tahu, tidak pernah dia meninggalkan sholat, itu kenapa Khadijah istrinya mau menerima pinangannya, karena dia pikir Gading akan menjadi imam yang baik bagi keluarganya, mungkin ini jalan Allah menghukum sekaligus menegur hambanya, di saat senang manusia terlena , saat susah saja mereka baru ingat sama Tuhannya.
Bergegas Gading menuju mushola, guna menghadap sang Khalik yang sudah memanggilnya melalui adzan,. Segera diletakkan barang dagangannya kemudian mengambil wudhu dengan takzim.
Bang Ahmad memperhatikan dari kejauhan, ia sendiri pernah merasakan apa yang dirasakan Gading, hidup di jalanan dan malak orang yang berseliweran di terminal. Terkenallah nama Ahmad si preman terminal. Padahal namanya Ahmad, keinginan orang tuanya menjadi laki laki yang baik.
Putus asa dengan kehidupan dan menganggap Allah tidak pernah adil dalam memberikan kehidupanya, membuat jalan pintas sebagai jalan hidupnya. bang Ahmad hanya bisa tersenyum, mudah mudahan selamanya bisa istiqomah .
“ Ya Allah, berilah saya kesabaran yang lebih atas kehidupan saya, ampunilah dosa dan kelalaian saya,dulu saya sering meninggalkanmu tapi hari ini saya menangis di depanMu ( aamiin).terdengar suara serak memohon sambil menetes air matanya.kemudian dia menangkupkan kedua telapak tangannya kemukanya.
Dalam kegamangan hati Gading membutuhkan tempat bersandar sebagaimana anak kecil yang tidak tahu arah, bertanya arah itu kemana, rumitnya kehidupan yang dia rasakan sebetulnya hanya sepersekian persen dalam kehidupannya.
Karena semenjak dia bekerja karena keuletan dan kejujurannya dia mampu diamanahi sebagai kepala gudang yang membawahi beberapa staf gudang. Gading seperti limbung tak tahu arah ketika pabrik yang ia tempati memberhentikan dirinya.
Akibat karyawan lalai merokok di area kardus walhasil kebakaran terjadi diarea pabrik. Khususnya gudang menjadi tempat terparah.
***
3 tahun Lalu
“ Ha..kebakaran….kebakaran…kebakaran….” teriak salah satu staf gudang.
“ Kebakaran….ambil air ambil air…”
Dalam waktu semenit saja sudah berkobar kobar si jago merah merata dimana mana, berapa staf gudang lari berhamburan keluar, ada yang selamat , tapi nahas ada 2 korban di dalam pabrik karena terlambat keluar karena kertas yang menumpuk jadilah dia terperangkap didalamnya.
“Kebakaran…kebakaran…..”teriak para staf gudang,
Salah satu security gudang berusaha menangani dengan tabung kebakaran yang tersedia di gudang , namun sepertinya dia kewalahan karena semakin membesar dan lebih besar. Akhirnya Gading bisa sadar menghubungi damkar.
“ Halo , pak petugas kebakaran, gudang pabrik PT. Karya jaya kebakaran. Tolong kirimkan pertolongan pak”suara Gading setengah berteriak ketika menenlpon petugas damkar. Dia berharap Petugas tidak akan lama tiba di TKP, karena keadaan semakin genting.
Kobaran api sudah merata dan cepat membesar, orang orang yang berdiri didekatnya merasakan dahsyatnya panas si jago merah. Semua orang berteriak histeris.
20 menit kemudian, petugas Damkar datang dengan timnya, lengkap beserta peralatannya.
“Minggir bapak bapak..kami akan memadamkan api, apakah masih ada orang didalam teriak komandan damkar?”
Staf berhamburan keluar, mereka berusaha menyelamatkan diri masing masing, petugas damkar mulai menyemprotkan air kearah si jago merah,ribuan liter air sudah menyerang si jago merah. Mata nanar Gading mengarah pada gudang tempatnya bekerja. Tak tahu lagi apa yang harus dilakukan, di otaknya hanya ada bintang bintang yang berputar seolah tahu bagaimana nasibnya nanti kedepan.
Akibat kelalaian staf gudang terbakar sepenuhnya, menjadikan gudang rata dengan tanah yang menghitam, bahan bahan berupa kardus dan kertas musnah dan tempat hitam sebagai penampakannya.
Gading menjadi manusia pertama yang disalahkan karena telah lalai dalam mengurus stafnya, Si bos perusahaan menjadi murka karena rugi puluhan milyar.Tak ayal masih untung Gading hanya di pecat bukan di penjarakan. Gunung terasa di hantamkan ke tubuhnya, semua orang menatap murka,seolah mengoloknya dia manusia yang tidak becus dalam bekerja.
Memang bukan sepenuhnya kesalahan Gading, tapi dia merupakan kepala gudang, maka apapun yang terjadi di lingkungan gudang menjadi tanggung jawabnya. 2 hari setelah kebakaran , maka pihak perusahan melaporkan kejadian kepihak kepolisian, guna mengusut secara tuntas apa penyebab terjadinya kebakaran.
Polisi segera menindak lanjuti laporan pihak perusahan , dengan menurunkan timnya, meneliti kejadian di TKP, dilakukan penyelidikan sekitar seminggu, nahas di temukan bukti.
Ada nama yang menjadi tersangka pembakaran dengan sengaja membakar gudang kertas, mata Gading melihat seolah tak percaya.

Komentar Buku (57)

  • avatar
    WiradanaMaesa

    🅑🅐🅖🅤🅢

    9d

      0
  • avatar
    YantoHeri

    Masya Alloh mantafff

    06/08

      0
  • avatar
    Wong Opo Onone

    seru bgt cerita ini cobain deh gaiys

    29/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru