logo text
Tambahkan
logo
logo-text

Unduh buku ini di dalam aplikasi

Broken Dream

Broken Dream

Rosyada Latifatul Fitria


Bab 1 Gading Terseok

Gading melangkahkan kakinya dengan gontai, menyaruk kemudian menendang kerikil kecil yang ada di depannya. Nafas terasa sesak lantaran debu jalanan menjadi ciri khas terminal terasa tak bisa dilepeh begitu saja, terik tak dia rasakan , hanya merasakan pedihnya nyinyiran orang yang menganggap sebelah mata karena menjadi penjual kue.
Namun toh pekerjaan itu lebih terpuji dibanding mencuri atau pun mengemis, di dalam angannya menjadi penjual kue harus dilakoni setelah diPHK dari sebuah pabrik yang dulu berjaya dan dapat menafkahi anak istrinya.
Sakit memang PHK dilakukan karena pabrik yang telah berdikari lama mengalami Kebakaran .Tak ayal Gading harus putar otak agar bisa menafkahi keluarga 1 anak dan 1 istri yang menemani dalam suka dan duka.
Gading menjinjing kue kue yang diambilnya dari agen, peluh yang mengalir di dahi tak ia hiraukan, yang di pikirkan bagaimana pulang membawa uang agar bisa makan. Kali ini beristirahat menjadi pilihannya, di depan warung sederhana sekedar berteduh dari panas.
“ Bagaimana Gading, sudah habis kuenya”? Tanya Bang Ahmad si penjaga warung.
“ Belum banyak bang” Jawab Gading.
“ Emang Laku berapa”?
“ laku 7 bang, Alhamdulillah”
“ Sabar Ding, pasti nanti ada rejekinya”
“Iya, bang”, aku numpang duduk ya.
Bang ahmad kemudian meninggalkan Gading sendirian di depan warungnya, dia sibuk melayani pelanggan yang membeli makan siang dari warung. Sedangkan Gading mengusap peluh yang dari tadi sudah mengalir di dahinya. Diteguk air minum bawaanya dari rumah, bekal makan dia sudah makan sebagai sarapannya.
Lalu lalang kendaraan sangat memenuhi jalanan, dulu ketika masih bekerja di pabrik jam istirahat selalu dia memanfaatkan waktu makan di kantin. Namun tidak dengan sekarang , Gading membawa bekal makan siang plus sarapan itung itung ngirit , tak apalah pikir dia toh masih bisa makan.
“Eh , Gading ngelamun apa lu”? Tanya bang Ahmad setelah selesai meladeni pelanggan.
“ Nggak bang” lagi ngelepas lelah.
“ Lah, mukamu pucat begitu, bilang nggak kenapa napa”
“ Nggak kenapa kenapa bang, cuman capek saja”
“ Beneran”? Tanya bang Ahmad menyelidik
“ Iya bang”jawab Gading
“ Hemm, ya sudah kalau begitu.”
Bang Ahmad kembali pergi ke belakang membawa piring piring kotor untuk dicuci. Bang Ahmad penjaga warung kecil di terminal menjadi temannya saat ini, badannya kekar dan hidungnya bangir, dia selalu baik hati pada Gading.
Gading menghitung sisa jumlah barang dan uang hasil penjualan hari ini, Rp. 33.000 tak lebih tak kurang, bayang bayang wajah sedih istrinya ketika Gading membawa uang sedikit , memang sih istri cantiknya tidak akan marah, karena dia perempuan yang sangat baik dan pengertian tentang kondisinya, namun akhir akhir ini sering Gading melihat istrinya sering murung meskipun tidak menceritakan kepada Gading, mungkin dia takut Gading bertambah sedih.
“ Surabaya..Surabaya..” suara kondektur membuyarkan pikirannya
“ Turun..turun”
Gading bergegas menuju bus yang berhenti sebentar di terminal bungurasih.
“ kue ..kue...kue”
Tangan Gading tak lelah menyodorkan dan menawarkan kue yang dibawanya.
“ Ayo buk kuenya murah meriah, tidak pakai mahal”.
“ Berapa kue donatnya mas?
Gading menoleh ke asal suara, ternyata seorang ibu ibu setengah umur.
“Cuman 2500 bu, boleh milih apa saja.”
Si ibuk menyodorkan uang 5000 an, kemudian Gading memberikan kue pilihannya.
“ Alhamdulillah” batinnya
Bertambah lagi uang hari ini, berharap bisa membawa uang lebih buat keluarga kecil Gading.
“ Kue...kue…kue”
“Mau kuenya mas, 2”seru salah satu penumpang.
Segera Gading menuju asal suara, sekarang gadis cantik masih muda membeli kuenya. Bus mulai melaju pelan, artinya ia harus segera turun karena bus akan berangkat .
Begitu pekerjaan Gading sekarang, menjual kue terminal naik satu bus ke bus yang lainnya. Namanya Gading Giandra, laki laki bertubuh jangkung dengan wajah oriental, berkumis tipis , bergigi gingsul , berkulit coklat khas orang Indonesia.
Bukan tidak ada arti, kalau orang bilang apalah arti sebuah nama, tapi nama mengandung doa, makanya ia di beri nama Gading Giandra, berharap menjadi orang yang yang kuat dalam mengarungi kehidupannya.

Gading menuruni tangga bus, Karena bus mulai bergerak ke arah tujuan penumpang. Kembali Gading duduk di warung bang Ahmad .
“ dapat berapa Ding, laku jualannya”?
“ Laku bang, Alhamdulillah”.
“ Ku bilang juga apa, ntar pasti ada rejekinya”.
“ iya bang”.
“ Jangan iya –iya mulu, tapi lu harus percaya rejeki nggak ketukar”, selorohnya.
“ Panas juga ya bang, ngasong begini juga ngos- ngosan, naik turun, belum lagi nggak dicuekin orang, capek banget ya”.
“ Nggak usah ngeluh lu, hidup ya begini, disyukurin aja masih untung anak bini lu masih bisa makan”
Bang Ahmad orang yang taat beribadah, biarpun tampang agak sangar, karena dia dulu mantan preman yang bertobat, dia ternyata takut mati juga karena pernah ketahuan warga pas dia malak, akhirnya digebukin, bang Ahmad pernah bercerita dulunya dia pernah bolak balik masuk penjara karena ketahuan nyolong. Ah bang Ahmad , sekarang dia sudah berusaha bertobat babak belur katanya sakit, mending jualan nasi biarpun sedikit tapi tenang nggak di kejar polisi, nggak di kejar warga, bisa hidup jelas.
“ Coba , pabrik nggak kebakaran ya bang , mungkin nggak panas panas begini aku cari uang”.
“ itu namanya mengeluh, kalau nggak kebakaran pabrik lu, nggak mungkin kenal gua kan “ canda bang Ahmad.
“Daripada gua , preman di kejar kejar polisi mulu”
“hahahahahahahha” Gading dan bang Ahmad tertawa bersamaan.
Bang Ahmad bukan asli surabaya, dia asli betawi yang nyasar alias merantau ke surabaya, makanya logatnya lu gua, dulu setelah keluar penjara Bang Ahmad merantau ke Surabaya tapi nggak jadi preman lagi, melainkan nyari kerja yang bener, dia berusaha bertobat, akhirnya dia nemu kerjaan, awalnya sebagai buruh cuci piring di sebuah warung makan, jadi ceritanya bang Ahmad makan di warung tersebut kemudian nggak bisa bayar karena uangnya kehabisan buat ongkos, walhasil sama tuh pemilik warung disuruh nyuci piring, tapi keterusan, bang Ahmad meminta nya sebagai kerjaan.
“ Lu jangan patah semangat Ding, kan mending masih bisa kerja, nah ntuh lu lihat orang orang yang nggak lengkap fisiknya aja mereka semangat kerja”
Gading mendengar ceramah gratisan dari bang Ahmad, tapi ucapannya bisa jadi motivasi disaat down begini. Tidak ada kehidupan yang sempurna.
“ Iya ya bang, orang nggak sempurna saja masih punya niat buat hidup”.
Sekarang Gading membayangkan bagaimana jika hidupnya seperti mereka.

Komentar Buku (57)

  • avatar
    WiradanaMaesa

    🅑🅐🅖🅤🅢

    10d

      0
  • avatar
    YantoHeri

    Masya Alloh mantafff

    06/08

      0
  • avatar
    Wong Opo Onone

    seru bgt cerita ini cobain deh gaiys

    29/07

      0
  • Lihat Semua

Bab-bab Terkait

Bab Terbaru