Tag(s):
• Keluarga
• Persahabatan
• Memutar

Seorang kepala keluarga yang ingin hidup ngirit. Super ngirit. Bahkan anaknya tidak diizinkan meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, alasannya karena tidak mau mengeluarkan biaya. Apakah keluarganya bisa menerima begitu saja? Bune adalah sapaan untuk istrinya. Bune adalah istri yang cerdas. Mampu mengalahkan kepelitan suaminya yang punya jargon bukan pelit tapi ngirit.

Pembaharuan Terakhir

Pilihan Editor

KAWIN GANTUNG

Agus Irawan

Merebut Jodoh

Vellyna Yari

Renjana Takisha

Riviya Jasmine

The Struggle of Handsome Man

rannty

Aku Menyerah Mas

Amy Sity

VIN | ZEI

Ellenrill

Rekomendasi

Istri 365 Hari

Missy Anna

Dicampakkan karena Banyak Makan

Neng Pena

Pengantin yang Tertukar

Yenita Wati

Terjebak Cinta CEO Yang Kejam

Yuni Ayu Izma

Cinta Palsu Suamiku

Ida Nur Khasanah

BENALU

Anggrek Bulan

Kita Hanya Menikah

Mama Lana

Merindu Cahaya di Itaewon

El Nurien

Wanita Tomboy Itu Istriku

Gitta Anggraita

Duda Pilihan Papa

Joya Janis

Komentar Buku (63)Tinggalkan komentar Anda pada Aplikasi

• 
  KodriHairul

  wah ceritaya menarik bangget seru👍👍

  15/06/2022

    2
• 
  Dayu Ayu

  Besttttttttttttt

  23d

    0
• 
  RuntuEgen

  semangat

  26d

    0
• 
  DikaDika

  menyenangkan

  25/06

    0
• 
  zuliyantizulva

  cerita yang bagus

  22/06

    0
• 
  ZulfaYafiah

  masyaallah bgs bgt ceritanya

  25/04

    0
• 
  AssalamUdel

  seru

  22/03

    0
• 
  nadia iffah

  Bagus bagus bagus!!

  29/02

    0
• 
  KimochiAra

  bagus

  17/11

    0
• 
  RadenSumantri

  bagus, lucu

  23/06/2023

    0

• Total: 77

• Bab 1. Tidak Boleh SMA

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 1
  Tidak Boleh SMA
  "Bune, uang buat belanja hari ini." Kuberikan uang dua p

• Bab 2. Memotong Ayam

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 2
  Memotong Ayam
  "Bune, ini uang belanja. Jangan lupa beli sabun mandi!"
  "Ha

• Bab 3. Motor

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 3
  Motor
  Setelah sholat Subuh aku ke dapur. Aku mempersiapkan alat untuk me

• Bab 4. Pisang

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 4
  Biasanya di daerah sini ramenya orang kondangan habis ashar sampai jam

• Bab 5. Uang Dari Mana?

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 5
  Uang Dari Mana?
  "Tika. Jangan dulu diantarkan pisang itu!" Istriku menga

• Bab 6. Uangku

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 6
  Uangku
  Seperti biasa sebelum mandi sore, aku membersihkan kandang sapi.

• Bab 7. Quality Time

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 7
  Tumben Benar?
  Selingkuh? Mana mungkin aku selingkuh.
  Tidak ada pikiranku

• Bab 8. Alasan Beli Kulkas

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 8
  Alasan Beli Kulkas
  "Mbak Tika sedang tidur siang. Mau ngapain?" tanyaku

• Bab 9. Jambu Kristal

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 9
  Jambu Kristal
  Penasaran apa yang terjadi di depan, aku berdiri di depan

• Bab 10. Hilangnya Sepeda

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 10.
  Hilangnya Sepeda
  Tetangga yang rumahnya pojok kanan depan rumahku, sed

• Bab 11. Uang Tika

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 11
  Uang Tika
  Aku kaget mendengar Nurdin minta uang satu juta. Mau buat ap

• 12. Jemuran Putus

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 12
  "Oh, tak kirain siapa?" jawabku singkat.
  Kebun Pak Karman bersebelahan

• Bab 13. Uang Bune

  Bab 13. Uang Bune
  "Bune …." Aku terus memanggil istriku, namun tetap tidak ada jawaban.
  Pergi ke mana

• Bab 14. Dikira Dibagi Gratis

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 14
  Dikira Dibagi Gratis
  Memangnya dia punya uang dari mana? Kerja juga ng

• 15. Ancaman Bune

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 15
  "Kalau tidak dikasih uang dari Bapak, Bune mau bayar arisan pake apa?"

• Bab 16. Pinjam Uang

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 16
  "Bune, kenapa semua dibelikan baju kecuali, Bapak?" tanyaku sedikit g

• Bab 17. Sombong

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 17
  Aku melihat Tika membawa plastik warna hitam.
  "Apa itu, Nduk?" tanyaku

• Bab 18. Memborong Ikan

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 18
  "Hooh. Bune kaget saja, kok, Bapak bisa berubah? Seperti Bukan Bapak!"

• 19. Ternyata

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 19
  Aku sudah muter-muter mencari keberadaan motor tersebut, tapi masih be

• Bab 20. Ikan Bakar

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 20
  "Mencari sapi?" Eh, Bune malah balik nanya!
  "Iya. Makanya tungguin sap

• Bab 21. Uang siapa?

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 21
  "Kang Karno, ajak teman-teman minum ini. Sudah ada es dicampur extra J

• 22. Jangan Jajan Banyak

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 22
  "Tika …" pekikku, dari arah belakang.
  Aku melangkah maju ke arah anak-

• 23. Terpaksa Merelakan

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 23.
  Aku masih berdiri di balik pintu sambil memegang handuk basah. Handuk

• 24. Ingin Rezeki Banyak

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Anak-anak yang bermain di pendopo pada membawa jajanan. Bungkusnya dibuang b

• 25. Semua Punya Dasar

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 25
  Aku menuju rumah tersebut. "Ada apa ini?" tanyaku pada Pak Parlan.
  "Mb

• 26. Kunci Motor Hilang?

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 26.
  "Nduk, ngapain di situ?" Suara istriku sedang bertanya pada anaknya.

• 27. Panen Jambu Kristal

  Ah, aku baru ingat! Tadi aku taruh di plastik kresek wadah air minum.
  Buru-buru aku raba plastik ya

• 28. Sapu Dua Puluh Ribu

  "Ini dari mamaknya Banyu," ucap Tika. Bune membuka bungkusan itu ternyata isinya beberapa potong pin

• 29. Mana Rempeknya?

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 29
  "Bune, sapu tadi mau dibawa ke mana oleh Tika?" cercaku.
  Kutatap istr

• 30. Kecerdikan Bune

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 30.
  Mataku memindai setiap tempat, siapa tahu ada yang disimpan di tempat

• 31. Gara Gara Lima Puluh Ribu

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 31
  "Bune mau buat apa?"
  Istriku membawa tali. Dia tidak menjawab pertanyaa

• 32. Ayam yang Ditukar

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 47
  "Bune apa ini?" Aku membawa kotak yang dibungkus seperti kado. Yang ak

• 33. Kematian Ayam

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 32
  "Kenapa lagi, sih, Pak!" Istriku datang dengan tergopoh-gopoh ke kanda

• 34. Sate

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 34
  Siapa yang memanggil namaku? Aku sepertinya tidak mengenalnya.
  Aku ben

• 35. Mau Mesin Cuci

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 50
  Aku masih berpikir tentang uang, yang ada dalam saku baju ini. Aku men

• 36. Ingin Ditawari Sate

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 36
  Aku penasaran sekali dengan apa yang terjadi di depan sana. Aku tetap

• 37. Meminta Kelapa

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 37
  Bisa ditebak bahwa Bune pasti akan memborong buah-buahan. Dan pasti aka

• 38. Tidak Akan Menambah Kaya

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 38
  Aku penasaran dengan perubahan sikap Bune, kenapa dan ada apa? Memenuhi

• 39. Jangan Berharap Pada Manusia

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 39.
  Pulang kerja tidak ada yang menyambut. Soalnya tadi aku melihat Bune

• Bab 40. Suara Misterius.

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 55
  Kami memasang telinga baik-baik. Mencoba mencari sumber suara. Seperti

• 41. Buka Toko.

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 41.
  Aku ingin Bune punya penghasilan sendiri, agar dia bisa beli apa saj

• 42. Menyuruh Orang Belanja.

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 42.
  Aku jawab berapa sebaiknya, ya? Bagaimana kalau aku jawab asal saja? K

• 43. Ketahuan Bune.

  Bukan Pelit Tapi Ngirit
  Bab 43
  Aku harus ngomong apa sama Atin? Kenapa aku jadi bingung sendiri. Misik

• 44. Memuliakan Tamu.

  Bab 44.
  Semoga tidak ada yang laporan ke Bune. Kalau aku bertanya-tanya pada Markonah. Tujuan aku ber

• 45. Istri Paling Paham Suami.

  Bab 45.
  "Ada apa, Bune? Teriak-teriak bikin kaget orang saja! Bagaimana kalau jantung Bapak copot? M

• 46. Membagikan Bayam.

  46.
  "Karena … Yu Katinem mau beli eceran. Dia hanya butuh dua kilo. Kita 'kan menjualnya yang sudah k

• 47. Lima Tahun Kemudian.

  Bab 47. Lima Tahun Kemudian.
  POV Markonah.
  Kenalkan namaku Markonah. Aku termasuk orang baru di des

• 48. Kue Basi.

  48. Kue Basi.
  "Bune ini ada kue, Cucu taruh sini, ya?" Seorang wanita cantik yang berbagi kue dengan

• 49. Hilangnya Piring.

  . Hilangnya Piring.
  Mata mereka sama-sama membola tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
  "Bune … ken

• 50. Sayuran yang Sudah Berhari-hari.

  Sayuran yang Sudah berhari-hari.
  "Pak, Tika. Sini kalian! Ini kelakuan siapa?" tanya Bune setengah m

• Bab 51. Sambal dan Terasi Goreng.

  Sambal dan Terasi Goreng.
  "Nurdin … kamu keterlaluan!"
  Tika yang sedang duduk di teras belakang, lang

• 52. Boros

  Boros.
  "Mas. Ini apa?" Sekali lagi Cucu mengulangi pertanyaan ketika Nurdin tak langsung menanggapiny

• 53. Minggat

  Minggat.
  Betapa kagetnya Nurdin ketika pulang dari masjid. Dia yang baru masuk dari pintu dapur, mel

• 54. Hanya Satu Porsi.

  Hanya Satu Porsi.
  "Mas Nurdin, istrimu sangat keterlaluan," adu Tika, dengan wajah merah menahan amar

• 55. Status WhatsApp

  Status WhatsApp.
  "Awas kamu Tika … akan kubalas nanti," gumam Cucu seorang diri.
  Cucu tak terima denga

• 56.

  Semaunya Sendiri.
  Mata Bune membulat sempurna. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kepalanya meng

• 56. Persyaratan.

  Persyaratan.
  Sepulangnya dari masjid Nurdin sudah disambut oleh istrinya. Nurdin yang baru dapat perl

• 57. Mau Diganti?

  Mau Diganti.
  Tak lama kemudian Nurdin masuk ke dapur Bune, sambil membawa piring penuh isi yang tadi

• 58. Lebih Baik Menjadi Tamu.

  Lebih Baik Menjadi Tamu.
  Sandal siapa yang ada di teras?
  Nurdin langsung berjalan menuju pintu dapur.

• 59. Bertahan atau Pulang?

  Bertahan atau Pulang?
  Tok! Tok! Tok!
  Mereka menangkap suara, ada orang mengetuk pintu. Nurdin yang sud

• 60. Alasan Pulang.

  Alasan Pulang.
  Kalau mau bertahan dan terus berjuang berarti harus siap dengan segala kemungkinan di

• 61. Penjelasan Nurdin.

  Penjelasan Nurdin.
  Bune saling pandang dengan suaminya, mereka saling mengernyitkan dahinya, seolah s

• 62. Siap Dimadu?

  Siap Dimadu?
  
  Bu Aming menarik napas dengan kasar, kalu menatap menantunya dengan seksama.
  "Memang apa

• 63. Tidak Terima.

  Tidak Terima.
  Cucu memandangi wajah keluarganya satu per satu. Mereka sepertinya sedang sibuk dengan

• 64. Jatuh Talak.

  Jatuh Talak.
  Cucu masih berdiri di parkiran sambil terus mengamati mereka bertiga. Hatinya benar-bena

• 65. POV Cucu.

  POV Cucu.
  Namaku Cucu Cahyati. Menikah dengan Nurdin seorang pedagang gorengan. Hidupku mapan. Segala

• 66. Rencana Alan.

  Rencana Alan.
  Alan membayangkan dirinya menaiki motor sport impiannya selama ini. Tanpa harus bekerj

• 67. Menjalankan Misi.

  Menjalankan Misi.
  Cucu ditemani oleh adik sepupunya, berangkat ke rumah Nurdin. Dia sudah merencanak

• 68. Kekhawatiran Bune.

  Kekhawatiran Bune.
  "Mas, mau nambah? Sini aku ambilkan lagi!" tawarnya, mau mengambil piring di tanga

• 69. Ulah Tika.

  Ulah Tika.
  Tanpa menunggu komando siapa pun, Tika langsung bergegas menuju rumah kakak satu-satunya i

• 70. Kembalinya Cucu.

  Kembalinya Cucu.
  Nurdin cukup lama merenung. Antara memilih rujuk atau benar-benar melepaskan Cucu. S

• 71. Bune jalan-jalan.

  Bune Jalan-jalan.
  Bune yang dari tadi hanya jadi pengamat atas kedatangan menantunya kini bertanya da

• 72. Permintaan Alan.

  Permintaan Alan.
  Alan sangat berharap ibunya membujuk Cucu untuk pulang. Bu Aming terlihat termenung

• 73. Ingin Kepastian.

  Ingin Kepastian.
  Hati Cucu memanas. "Inikah yang membuat hatimu membeku, Mas? Siapa lagi dia? Aku tid

• 74. Rela Menjadi Kedua.

  Rela menjadi Kedua.
  Sebenarnya Nurdin enggan menjawab pertanyaan itu. Hal itu pernah dibahas berdua

• 75. Rujuk.

  Rujuk.
  Waktu terus bergulir.
  Sudah dua bulan setengah berlalu dari talak yang dijatuhkan oleh Nurdin p

• 76. Pengakuan Cucu.

  Pengakuan Cucu.
  "Sayang, ceritakan kenapa kamu bisa jatuh begitu? Apa yang membuatmu tidak konsentras