Tag(s):
• Detail
• Drama
• Fantasi

”Sebuah novel inspiratif yang mengharu biru, membuat kita tertawa sekaligus menangis. Indah dan renyah, menginspirasi genre muda agar tidak pernah menyerah” (Pipiet Senja, Novelis Indonesia) Seorang sebatang kara telah dilahirkan untuk menggadaikan seluruh hidupnya demi sebuah mimpi dan harapan. Kekuatan keyakinan membawanya pada petualangan-petualangan seru di dalam hidupnya: kekocakan, ketegasan, semangat, harapan, kerja keras, arti kesungguhan serta keyakinan. Keyakinan pada Allah pula yang menyadarkannya untuk menjadi berarti bagi diri sendiri, orang lain, dan seluruh makhluk-Nya. Perjuangan untuk menemukan hakikat perjuangan, mengubah diri untuk menjadi rahmatan lil’alamin. Seorang yang bukan dari latar belakang seorang pendidik, menjadi sebuah harapan baru karena harapan. Mengabdi di sebuah desa CAHAYA yang terpencil berbekal secarik kertas yang dilemparkan ke wajahnya. Berbagai petualangan dialaminya: Menyalakan semangat perubahan, memberi semangat anak-anak desa

Pembaharuan Terakhir

Pilihan Editor

Gadis Misterius

Nona_Lyanna

Perfect Wife

Taylor

Ketos Galak dan Jutek itu Suamiku

Pulungan

Mr. Bradley

putritritrii

Kukembalikan Suamiku Pada Saudaranya

Nila Nilu

Kusembunyikan Identitas Asliku dari Suami dan Keluarganya

Fhifhie_Zaa

Rekomendasi

Raksa 21 Juli

Yashua

GELAS-GELAS KACA

Nur Hanifah Hanif

Mate

Aleevani

Merah Hitam Cinta

Way Suki

Modern Love

Riz Sora

Pernikahan Yang Sempurna

Sifa_Azz

Sentuh aku, Mas [Kuserahkan istriku pada adik lelakiku]

putrimaharani

Trauma Suamiku

Ainin

Di penghujung Bianglala

fy sanz

Jangan Nikahi Aku, Om!

Puella

Komentar Buku (216)Tinggalkan komentar Anda pada Aplikasi

• 
  Romy

  bagus. kisahnya inspiratif, menggambarkan sudut kehidupan yang penuh perjuangan dan mungkin memang terjadi pd diri seorang pemuda d luar sana.

  27/03/2022

    3
• 
  Rudi Suprijanto

  tulisan ini sangat menginspirasi terutama anak2 muda supaya tdk pernah berhenti menggali mimpinya apapun keadaanya.

  06/02/2022

    1
• 
  Nurul Husna

  👍👍👍👍👍👍👍👍👍

  5d

    0
• 
  KenzKenzyp

  sangat luar biasa

  8d

    0
• 
  Rehan Rehan

  akuh sukak

  22/06

    0
• 
  NgisingWong

  jembut

  24/05

    0
• 
  Chy Pesek

  bagus

  12/05

    0
• 
  Chin Mae

  Sangat

  04/03

    0
• 
  NoepRoslin

  👍👍👍

  30/12

    0
• 
  NisaTiara

  ppbagus

  18/12

    0

• Total: 60

• Bab 1 Graduation Ceremony

  Semilir angin begitu terasa syahdu memelukku, melingkupiku dengan kasih sayangnya. Pepohonan menjula

• Bab 2 Pemimpi

  ”Inilah hidup, adanya bukan karena pilihan kita tetapi harus kita jalani. Kita harus menerima tubuh

• Bab 3 Dari Pemimpi Menjadi Pemenang

  Berbekal uang tabungan Kakek yang tersisa, aku mendaftarkan diri untuk kuliah. Masih sisa, tinggal s

• Bab 4 Colombus dan Telur Rebus

  Aku gemetaran. Langit di atas sana, membentuk figurasi wajah Kakek. Aku tersenyum, dan kubenahi posi

• Bab 5 Tidak Ada Ujung Dalam Perjuangan

  Seperti mimpi-mimpi yang selalu hadir dalam tidurku. Tentang cahaya. Cahaya putih yang oleh Isaac Ne

• Bab 6 Berlari Mengejar Cahaya

  Badanku masih terasa pegal-pegal usai shalat Zuhur di masjid Istiqlal. Kuselonjorkan kedua kakiku lu

• Bab 7 Terima Kasih Ts’ai Lun

  Semangat yang berkobar tidaklah cukup. Tapi setidaknya itu mendobrak segala keterbatasan yang ada. B

• Bab 8 Gemerlap Bintang Saat Malam Perpisahan

  Bubuk kopi kumasukkan ke dalam tiga cangkir, kutambah gula. Dua gelas dengan gula seperti biasa dan

• Bab 9 Takdir Satu Karcis

  Ini dia. Saran yang kuambil dari temanku sesama pemulung. Namanya Ari Sihasale, mirip artis namanya.

• Bab 10 Gerbang Cahaya Menyambut

  Tak sepenuhnya ucapan Ari Sihasale benar, memang naik kereta api lebih murah, gratis bahkan. Tapi ad

• Bab 11 Kang Mukhlis Sang Jawara

  Kawan, ini adalah desa Cahaya. Tak kuperi, tak kuperkirakan, tak ada dalam bayangan persepsi logikak

• Bab 12 Sekolah Negeri Cahaya

  Kang Mukhlis ternyata orangnya baik, dia memintaku menginap karena hari sudah petang. Lelaki itu tin

• Bab 13 Lelaki Berwajah Ustadz

  Aku menyerahkan surat lamaran yang telah kugubah tadi malam di rumah Kang Mukhlis, sekalian aku meny

• Bab 14 Dendang Suara Terindah

  Selama aku belum memiliki tempat menetap, aku menetap di rumah Kang Mukhlis. Dia dengan senang hati

• Bab 15 Guru Baru

  Berdendang seceria burung prenjak, nangkring jumpalitan di tangkai pohon ketela. Seriang monyet yang

• Bab 16 Tata Ruang

  Tak ada yang lebih menarik di kelas itu, kelas pertama kalinya aku menjadi guru, pertamanya pula dal

• Bab 17 Lukman Hakim

  Persepsi dan semua anggapanku salah.
  Kukira mereka memerhatikanku karena mereka takjub akan perkenala

• Bab 18 Bunga Desa

  Hari-hari menuai cahaya. Ah! Semuanya bagai mimpi, aku seorang pemimpi, pemimpi menjadi yang terbaik

• Bab 19 Transfer Mimpi

  Aku masuk ke kelas penuh kewaspadaan. Sudah dua minggu ini aku mengajar di Sekolah Cahaya. Berkali-k

• Bab 20 Teruskan Perjuangan

  Keadaan semakin gawat! Memang benar, kelas lima yang mengomandoi terjadinya keheboha. Kehebohan pert

• Bab 21 Mental Juara

  Dunia berjalan demikian cepat, sudah hampir satu bulan aku di desa Cahaya. Kini, aku punya pekerjaan

• Bab 22 Baju-baju Wasiat

  Setiap sore setelah pulang sekolah dan menyelesaikan mengantar telur-telur kepada para langganan, ak

• Bab 23 Anggap Saja Dia Sahabat

  Satu lagi masalahku, tepat ketika pertandingan penyisihan pertama melawan sekolah desa seberang timu

• Bab 24 Bunga Untuk Wanita Suci

  Ada kebiasaan unik di Desa Cahaya. Kebiasaan ini bermula dari cerita rakyat tentang Malin Kundang da

• Bab 25 Mesin Impian Hasan

  Hari ahad, Syahid kuminta mengantarkanku silaturahim ke rumah Hasan. Kudengar kakinya terkilir setel

• Bab 26 Jerih yang Terbayar

  Malam ini aku tak bisa tidur. Pikiranku terpusat pada mesin imajinasi Hasan. Seperti apa bentuknya?

• Bab 27 Kutukan?

  Malam indah desa Cahaya, bertabur bintang, ditingkahi semua bunyi hewan malam saling sahut-menyahut.

• Bab 28 Ani

  Jika kuceritakan padamu, Kawan, mungkin kau tak percaya. Tapi, inilah yang terjadi, seluruh desa tam

• Bab 29 Tahu Apa Kau Tentang Profesiku?

  ”Desa Cahaya sangat membutuhkanmu saat ini.”
  Ani terdiam, matanya menyorot sela antara kepalaku dan S

• Bab 30 Sound System Bang Rizal

  Aku ke rumah Pak Karta, saat itu Indah tengah menyiram bunga. Aku turun dari sepeda bersama Syahid,

• Bab 31 Bersih-bersih Desa

  KTP-KTP terkumpul, kami menyalin biodata-biodata ke dalam blangko, beberapa yang lain bertugas menga

• Bab 32 Pahlawan Cahaya Sesungguhnya

  Kejadian masyarakat turun membantu bersih-bersih itu bukan hanya terjadi di kelompok keempat yang ku

• Bab 33 Kuncup Bunga

  Malam menyapa, aku hendak tidur. Saat mencari sikat gigi dalam tasku, tak sengaja kujatuhkan sebuah

• Bab 34 Akhirnya Kau Tiba

  Aku telah mendapatkan informasi banyak tentang Pak Lukman, lelaki tua buta itu merawat masjid dan ma

• Bab 35 Mainkan Imajinasi Kalian!

  Hidup ini memang indah, mau tinggal di mana pun kau, tak usah risau. Di kota, di desa, di pegunungan

• Bab 36 Senter Penunjuk Golongan Darah

  Sekali lagi, Pak Danu kembali menorehkan sejarah dalam pembentukan pikiran bagi desa Cahaya. Lobi-lo

• Bab 37 Cahaya Belajar Agama

  Malam itu, aku duduk di depan Pak Lukman bersama Kang Mukhlis, Pak Yusuf dan Syahid. Mendengarkan we

• Bab 38 Gagak Hitam

  Pak Lukman memberikan pengajian dengan lembut, ketika membahas hukum dia berbicara dengan penjelasan

• Bab 39 Spionase

  Setelah Sariman pingsan, masyarakat desa Cahaya diliputi ketakutan di semua tempat, wajah-wajah mere

• Bab 40 Gobang Pelot

  Aku mulai mengait-ngaitkan semua misteri yang ada. Apa sebenarnya yang disembunyikan di hutan lindun

• Bab 41 Jual-Beli

  ”Kita telah mengawasi cukup lama, Yan, bagaimana kalau kita kembali sekarang?”
  ”Sebentar Pak, aku men

• Bab 42 Penculikan

  Yanto, seolah aku baru mengenalnya kemarin. Memang kawan, kadang kau baru menyadari seseorang setela

• Bab 43 Pasukan Pemberani

  Kentongan berbunyi, bertalu-talu di seantaro penjuru desa Cahaya, pengeras suara di Masjid an-Nur da

• Bab 44 Cerita Turun-temurun

  Di pinggir kawat besar yang semula ada celah lubang, dan sekarang lubang itu hilang! Lubang itu tela

• Bab 45 Kalung

  Aku benar-benar lega sudah. Dia adalah Bu Siska, dia berlari karena melihat ular. Bu Siska masuk dar

• Bab 46 Misteri Harta Karun

  Terdengar sebuah ketukan lonceng dari arah dalam gerbang. Beberapa orang datang entah dari mana, tap

• Bab 47 Laga Pertama

  Kurasa kami telah jauh melangkah. Semoga saja, rencana B berhasil, yaitu walau kami ketahuan, pengin

• Bab 48 Kekuatan Cinta

  Matahari kembali berpijar, aku dan Yanto tertatih menyusuri belantara hutan. Kakiku mulai tak gemeta

• Bab 49 Aku Kembali Untuk mengabdi

  ”Kretek!” suara dipan berkasur lembut itu terdengar bunyinya, saat tubuhku bergerak, tubuhku serasa

• Bab 50 Misteri Harta Karun

  Pagi yang cerah, saat semua peralatan medis yang melekat di tubuhku dilepas, kecuali perban-perban y

• Bab 51 Pasar Cahaya

  Kawasan desa Cahaya adalah kawasan pertengahan. Letaknya di tengah-tengah, sangat strategis. Kecamat

• Bab 52 Restu

  Apakah perasaan ini cinta? Ah! Aku melemparkan jauh-jauh ilusi itu. Tapi, wajahnya sesekali datang l

• Bab 53 Fitnah

  Dua minggu berlalu.
  Sengaja aku singkat kawan, tak perlu kau tahu apa yang kukerjakan selama dua ming

• Bab 54 Abolisi

  Mobil berhenti. Aku dipegang dua orang polisi, mereka membawaku pelan. Beberapa orang menjepret foto

• Bab 55 SMP Negeri Cahaya

  Murid-murid kelas enam Sekolah Cahaya dinyatakan lulus semua, dan bukan itu yang membuat aku bisa te

• Bab 56 Karena Cinta Harus Diperjuangkan

  Pagi ini aku berlari-lari setelah shalat Subuh di masjid, terasa sejuk. Desa Cahaya telah mengalami

• Bab 57 Jikalau...

  Hancur dan hangus. Begitulah hatiku, seperti kertas dan dedaunan kering yang terbakar, musnah. Semua

• Bab 58 Kenangan di Antara Air Mata

  Seorang lelaki datang ke rumah memakai motornya. Turun sambil tersenyum menatapku, saat aku tengah m

• Bab 59 Tatapan-tatapan Cinta

  Musim kucing kawin. Manusia lagi banyak hajatan pernikahan, kok dikatakan musim kucing kawin. Dasar

• Bab 60 Hidup adalah Pilihan

  Burung besi mulai meninggi, hamparan hijau bumi terlihat begitu indah, ini pertama kali bagiku naik