Total : 86Chapter 1 Lemah
"Bukan aku, Kak! Aku sama sekali gak pernah nyebarin kabar soal Kakak sama Kak Anto," tampikku. Kesal
readmore Chapter 2 Mati Rasa
Aku bodoh! Aku bodoh! Aku bodoh! Tak henti aku mengutuk diri sendiri, cubitan-cubitan, cakaran bahkan
readmore Chapter 3 Perceraian
Ponsel yang bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Dengan malas, aku meraih untuk mengecek. Mes
readmore Chapter 4 Bungkam
Semua orang sudah tampak terlelap, tapi kedua mataku masih saja tak bisa berpejam. Jarum pendek tela
readmore Chapter 5 Sandiwara yang Rapi
Pendar cahaya putih yang berangsur-angsur mendominasi warna langit pertanda pagi telah menjelang. Ak
readmore Chapter 6 Salah Langkah
“Yun, kayanya adekmu lagi kasmaran. Ketauan mandangin Zulfi langsung salah tingkah,” kekeh Kak Ijul
readmore Chapter 7 Gosip
“Tumben tadi pulang sama Husin, Nay? Bukannya pas berangkat sama Yuni?” sapa Nurul, tetangga yang ru
readmore Chapter 8 Retak
Aku termenung memandang pemilik wajah pucat yang terbaring lemas di kasur. Hampir tak percaya karena
readmore Chapter 9 Apakah Karma?
“Kata Tante Nun, Bapak nikahin Ibu saat Ibu hamil empat bulan.” Hanya sepenggal kalimat itu yang lolo
readmore Chapter 10 Lembar Hitam yang Terbuka
“Kamu sejak datang sama Nisa gak kedengeran suaranya, Nay. Jadi Aulia nyuruh aku buat ngecek ke sini
readmore Chapter 11 Ada yang Aneh
“Ibu sudah bilang jangan main keluar, masih aja bandel! Mau kamu apa? Melawan orang tua? Jadi anak d
readmore Chapter 12 Korban Bully
Mataku masih terasa berat karena tak bisa tidur dengan nyenyak. Pertengkaran Ayah dan Ibu membuatku
readmore Chapter 13 Memberanikan Diri
Aku menunduk dengan tangan memilin ujung jilab. Hani yang diminta ke luar membuatku hanya tertinggal
readmore Chapter 14 Alasan Sebenarnya
“Kamu bikin masalah apa di sekolah?” Ibu melemparkan surat panggilan yang sudah diremas hingga tepat
readmore Chapter 15 Mati Itu, Seperti Apa?
Kaki terasa begitu berat untuk berjalan. Sejak keluar dari ruang bimbingan konseling, waktu malah be
readmore Chapter 16 Hilang
Aku hanya berkata pada Bu Wati kalau Ibu seringkali sibuk hingga tak mendengarkanku saat bercerita.
readmore Chapter 17 Tragedi
Tahun-tahun berlalu dengan hal-hal yang selalu sama. Semua terasa datar, biasa saja, dan tak ada yan
readmore Chapter 18 Depresi
“Nay, buka pintunya!” Suara milik Kak Nila. Lekas aku menyeka air mata dan berdiri meski nyeri masih
readmore Chapter 19 Pengalaman Manis yang Pertama
“Wah, udah perawan aja ini bocah yang dulu kerjaannya minta diajakin jajan!” Kak Rahmad memasuki kam
readmore Chapter 20 Gila, tapi Waras
Kak Rahmad mengajakku singgah pada salah satu taman kecil di Kota Banjarbaru. Taman ini cukup sepi k
readmore Chapter 21 Reaksi Aneh
Tubuh lain yang menabrak dari depan membuatku setengah terpaksa mengangkat kepala. Pandangan yang se
readmore Chapter 22 Tote Bag Spesial
“Dari mana aja? Ditelepon gak diangkat, dikirim pesan gak balas. Apa gunanya punya HP kalau gak ngab
readmore Chapter 23 Tunas Harapan
Untuk seseorang yang mengaku kurang suka membaca, harus kuakui novel pilihan Kak Anoy bisa dibilang
readmore Chapter 24 Syok
Guru meninggalkan kelas, disusul oleh satu per satu murid yang saling berebut keluar lebih awal. Ber
readmore Chapter 25 Ungkapan
Kabar tentang video Dinda menyebar dengan begitu cepat. Tak hanya sekumpulan remaja laki-laki di wak
readmore Chapter 26 Ombak Besar
Ban sepeda motor Ayah yang bocor membuatku tak bisa pergi ke sekolah lebih awal seperti biasanya. Ke
readmore Chapter 27 Dikucilkan
Selama ini, aku sudah banyak mengalah hanya untuk menghindari keributan. Aku hanya mengiyakan setiap
readmore Chapter 28 Romantisme Palsu
Rumah berubah menjadi tempat menyeramkan yang rasanya tak ingin lagi kudatangi. Tempat yang selama i
readmore Chapter 29 Satu-satunya yang Tersisa
Uluran tangan saat aku hendak pamit pada Ibu hanya diabaikan. Bahkan sejak kemarin, kapan pun aku ke
readmore Chapter 30 Neraka Bernama Kesepian
Berlalu satu minggu, tak hanya Filah dan Bela, tapi seluruh orang seakan telah melupakan apa yang te
readmore Chapter 31 Pada Akhirnya
“Kamu adalah gadis yang lebih dari sekadar rumit, Nay. Banyak hal yang mungkin tak kuketahui. Yang a
readmore Chapter 32 Nekat
Tak adanya bukti kuat membuatku bisa menghindari tuduhan Ayah dan Ibu. Mereka bahkan menggeledah kam
readmore Chapter 33 Kebahagiaan (Semu) yang Sempurna
Rasa ingin buang air kecil membuatku terpaksa meninggalkan kelas. Walau sesekali terhuyung dan hampi
readmore Chapter 34 Overdosis
“Tempat ini seperti neraka! Rumah, sekolah, semua orang-orang yang ada selalu sama. Kenapa aku harus
readmore Chapter 35 Keputusan yang Tak Bisa Dibantah
Setiap berpapasan dengan Ibu, dari sorot mata cokelat terangnya hanya dendam yang terlihat. Tak ada s
readmore Chapter 36 Jangan Sakiti Dia!
Apa aku benar-benar harus mengetahui hal itu? Apa aku benar-benar harus mempercayainya? Namun, tanpa
readmore Chapter 37 Hampir (18+)
Tepukan pada punggung tangan dengan cepat menarikku dari seluruh ingatan itu. Dalam putaran waktu ya
readmore Chapter 38 Semakin Menyebar
“Tadi malam aku liat Nayla duduk berduaan si Makmur di pelatar. Mana mepet banget lagi,” celetuk seb
readmore Chapter 39 Mawar yang Terinjak
Aku menunduk memandangi piring. Tangan yang gemetar kupaksakan bergerak untuk menyendok makanan send
readmore Chapter 40 Terjaga
Pertanyaan-pertanyaan penuh kecurigaan itu semakin sering menyudutkanku. Bagaimanapun aku membuat al
readmore Chapter 41 Janji
“Rasanya lebih menyenangkan saat melihat kamu yang ceria. Jadi, apa pun masalah yang kamu punya, kap
readmore Chapter 42 Tak Sepolos yang Dikira
Baru tertidur saat menjelang Subuh membuatku dan Nisa terbangun lebih siang dibanding biasanya. Suas
readmore Chapter 43 Cinta Itu Kegilaan
Usai sarapan, Husin membantuku mengangkat piring ke dapur. Aku sama sekali tak bisa apalagi berani m
readmore Chapter 44 Ancaman yang Nyata
(Catatan: Bab ini mengandung adegan kekerasan yang dikhawatirkan akan menimbulkan trauma. Harap bija
readmore Chapter 45 Ketahuan
Begitu selesai makan malam, Kak Yuni memerintahkan Nisa untuk segera tidur. Namun, sebaliknya malah
readmore Chapter 46 Tuntutan
Subuh, Kak Yuni sudah membangunkanku terlebih dahulu agar bisa membaca ulang pelajaran sebelum mandi
readmore Chapter 47 Interogasi
[Gimana ujian hari ini, Nay?] Sebenarnya aku sempat berharap kalau pesan yang masuk itu dari Ayah, t
readmore Chapter 48 Libur Kelabu
Selama ujian berlangsung, aku yang hanya mengurung diri di rumah ditambah lagi Kak Yuni selalu menga
readmore Chapter 49 Pertolongan
Mungkin, sedikit keberuntungan masih berpihak padaku. Dengan beralasan baru selesai mandi dan belum
readmore Chapter 50 Terlepas
“Sudah bangun, Nay?” tanya Kak Yuni tepat saat aku baru membuka mata. Aku mengerjap-ngerjap sesaat, m
readmore Chapter 51 Tak Nyaman
Cukup mengejutkan ketika melihat Husin yang tiba-tiba datang, terlebih dia tampak berpakaian lebih r
readmore Chapter 52 Jejak
Setelah mengajak makan, tak lupa membelikan apa yang diminta Kak Yuni, Husin membawaku pergi ke pant
readmore Chapter 53 Sang Penolong (Lagi)
Malam semakin larut, Kak Yuni pun tampak telah benar-benar nyenyak dalam tidurnya. Kukantongi ponsel
readmore Chapter 54 Anak Rubah (?)
[Kenapa kamu menghindariku, Nay?] [Gimana keadaan kamu? Aku benar-benar khawatir.] Satu per satu orang
readmore Chapter 55 Kejutan
Kak Yuni baru saja pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan serta kassa baru. Kaki yang masih saki
readmore Chapter 56 Yang Tak Terelakkan
Nyeri yang mulai berkurang membuatku bisa sedikit lebih leluasa bergerak. Meski untuk berjalan menuj
readmore Chapter 57 Permintaan Membingungkan
Malam ini meski tak terlalu banyak bintang, langit tetap terlihat cerah. Dari rumah Kak Aulia, terde
readmore Chapter 58 Kenyataan yang Takkan Berubah
Rasanya, sudah lama sekali sejak aku terakhir mengunjungi pantai pada tengah malam seperti ini. Ding
readmore Chapter 59 Berlari
Persiapan perpisahan yang dilakukan di sekolah membuatku merasa memiliki sedikit celah untuk bernapa
readmore Chapter 60 Tak Seharusnya
[Dasar anak gak tahu malu! Sudah dibilang jangan pernah menginjakkan kaki ke rumah lagi!] Balasan it
readmore Chapter 61 Tawaran?
“Udah jelas, aku gak mau sakit karena maksain mau hidup sama orang yang gak pantas dipertahankan sep
readmore Chapter 62 Mulai Sendiri
Kak Yuni sibuk mengemasi barang-barang yang akan dibawa. Tak terasa, waktu yang dia jadwalkan untuk
readmore Chapter 63 Keputusan Gila
[Yuni bilang kamu gak mau ikut pindah sama dia? Dibiarin malah ngelunjak, banyak tingkah. Mau tingga
readmore Chapter 64 Fakta
Di atas tumpukan pakaian, ponsel yang tergeletak tampak menampilkan nyala dari lampu notifikasi. Pem
readmore Chapter 65 Ketidakjelasan
Aku yang sedang menjemur cucian sedikit terkejut dengan kedatangan Je. Dia tampak membawakan beberap
readmore Chapter 66 Mimpi Terburuk
Aku yang masih mematut diri di depan cermin rias terkesiap saat mendengar bunyi langkah mendekat. Te
readmore Chapter 67 Misi Dimulai
Aku termenung menatap foto yang sempat diambil dari isi pesan pada ponsel Kak Makmur. Apa arti yang s
readmore Chapter 68 Manusia
Tubuh yang bergerak di teratur di atasku terus mempercepat ritme permainannya. Setiap entakan kuteri
readmore Chapter 69 Usai
Perlu keberanian sekaligus persiapan untuk kemungkinan terburuk. Bukti yang sudah ada di genggaman a
readmore Chapter 70 Mirip
Usai pertengkaran Kak Makmur dengan Kak Aulia, tak terdengar lagi suara apa-apa dari rumah mereka. A
readmore Chapter 71 Delusi
Setelah melajukan kembali sepeda motor, Je berniat mengajak untuk ke pantai sebelum makan malam. Aku
readmore Chapter 72 Topeng Sebenarnya
Kuakhiri lambaian tangan setelah bayang dan bunyi sepeda motor benar-benar telah menghilang. Kutenga
readmore Chapter 73 Apa Itu Keadilan?
Semua seakan begitu cepat. Suara berdebum yang diiringi melemahnya tekanan bantal pada wajah hingga
readmore Chapter 74 Jalan yang Terbuka
Usai menenangkanku, baru Je menepati janji untuk pergi ke tempat fotokopi yang maksud. Aku sedikit t
readmore Chapter 75 Dilema
Aku menolak turun dari sepeda motor saat Je berhenti di halaman sebuah penginapan. “Anterin aku pulan
readmore Chapter 76 Pria yang Tak Bisa Dibantah
[Kamu ke mana aja jam segini belum pulang? Apa kamu seperti ini karena sudah menemukan orang baru, N
readmore Chapter 77 Tua-tua Bucin
Aku yang pertama kalinya merasakan dunia kerja, benar-benar mendapat cukup banyak pengalaman serta r
readmore Chapter 78 Kebenaran yang Tak Sampai
Kuteruskan langkah menuju rumah belakang tanpa berniat memedulikan sosok itu. Aku yang menunduk, han
readmore Chapter 79 Nekat
“A-ada apa, Je?” tanyaku tak bisa menyembunyikan getar pada suara yang keluar. Je menuntunku untuk tu
readmore Chapter 80 Tak Terduga
Je menghentikan sepeda motornya di depan toko. “Kamu yakin bisa kerja, Nay? Mata kamu masih bengkak,
readmore Chapter 81 Sangat Berbeda
Aku menghitung satu per satu jumlah lembaran dari setiap berkas, lalu menuliskan di kertas kecil dan
readmore Chapter 82 Tak Selalu Baik
Satu hari lagi telah terlewati, dengan kuanggap cukup baik. Mesin yang masih belum selesai diperbaik
readmore Chapter 83 Hadirnya Sosok Lama (?)
“Nay! Dengarkan aku!” Suara panggilan itu terdengar di antara dengungan-dengungan keras yang memenuh
readmore Chapter 84 Mimpi yang Gila
Aku tak mengerti kenapa pria itu begitu mendesak untuk pulang. Setelah bersiap dan memberi kabar pad
readmore Chapter 85 Kembali
Setelah merasa berlari cukup jauh, kuhentikan langkah dan bersandar pada tembok tinggi yang sepertin
readmore Chapter 86 Kekhawatiran yang Sebenarnya
"Ah, Nay. Aku tidak memaksa kalau kamu tidak ingin menceritakannya." Je kembali menambahkan setelah
readmore
keren
15/03
0kapan lanjut?
15/03
0baguss
04/04/2023
0bagus
21/08/2022
0dibesarkan TPi tak tau tak berterima kasih itu org
31/05/2022
0good
23/05/2022
0good
22/03/2022
0bagus
22/03/2022
1sangat bagus ceritanyaaaa terima kasih kak
22/03/2022
0good
20/03/2022
0