Tag(s):
• Kecantikan
• Detail
• Drama

Jika kebahagiaan hanya milik orang orang kaya, maka orang miskin juga berhak kaya. Dayat, seorang anak kampung miskin, berjuang sekuat asa agar bisa keluar dari belenggu penderitaan hidup yang bertubi tubi. Mampukah Dayat berlari dari jerat kemiskinan?. Mampukah ia menggapai mimpi yang sudah semenjak kecil ia pupuk dan ia rawat?. Bagaimanakah perjalanan lika-liku hidupnya yang penuh rintangan dalam menempuh jalan impian. Ikuti perjalanan hidup seorang manusia tangguh dalam novel JALAN IMPIAN !

Last Update

Editor´s Choice

THE VAMPIRE GIRL OWNED BY THE DOLL

asteroidyamyam

Purple-haired Princess (English Ver)

Moonlightavery

The lost Heiress

KuyaJ06

I'm still alive

CK

Absinthium Forest

kurogane

CENTURIAL COMMONERS GAME: MISTRESS OF PLUVIOPHILE

kyubi3

Recommendation

ONCE UPON A TIME IN HIGHSCHOOL and Other Stories

Moni Sky (M.B.N)

Strings Of Love

Zamsii

Muted Love

Babidi

The lost Heiress

KuyaJ06

THE SHEIKH'S UNFORGETTABLE WIFE

SFwrites

Reincarnated into the body of a princess

miriam2

Mo Family's Daughter-in-law

fangfei

Lycan King Trevor:My Hiding Luna

Ri Ri

The Miscreants

Author Augustine C

The Married CEO and I

Master Light James

Book Comment (63)Leave your comment on App

• 
  Ardnsyhh Mrf

  begitu lah perjuangan seorang ibu yang selalu nyiapin apa saja untuk keluarganya

  09/08/2022

    0
• 
  NurdinTini

  bagus karena ada adzan

  15d

    0
• 
  SalmaAfriana

  sangat bagus sekali

  24d

    0
• 
  nurmaziyahrisda

  baru pertama kali lihat novel ini terharu banget🥺💞

  28d

    0
• LitaAbel

  aab hoseimah samsul

  22/07

    0
• NingrumDevi Mei

  cukup bagus

  15/07

    0
• MutiNeng

  seri

  04/07

    0
• FloyGrizel

  bagus

  04/07

    0
• 
  Syakir

  Jalan impianku

  30/06

    0
• 
  AnugrahFajar

  ini seru

  29/06

    0

• Total: 48

• Chapter 1 Dilahirkan Bange

  Desa berpenduduk seratus tujuh puluh kepala keluarga itu memancarkan kebersahajaan. Pepohonan mahoni

• Chapter 2 Sebuah Nama

  Hasan sedang menggendong buah hatinya. Sesekali ia mencubit manja pipi bayi mungil itu. Sembari menu

• Chapter 3 Beban Pikiran

  Saat ini Aminah belum bisa pergi ke sawah karena bayinya yang masih kecil. Hasan akhirnya mengambil

• Chapter 4 Semut Nakal

   “Begini saja Bang, nanti saya sama si kecil yang pergi mamuro, agar abang tidak perlu tergesa-gesa

• Chapter 5 Si Kecil yang Imut

  Semakin hari si kecil semakin menggemaskan. Ia tumbuh seiring detakan jarum jam yang selalu setia me

• Chapter 6 Mainan di Pasar Malintang

  Ayam berkokok. Mentari mulai membangunkan bumi. Sebagian kaum laki-laki mulai terlihat menunggu angk

• Chapter 7 Hujan Sakit

  Gumpalan-gumpalan air jatuh dari langit membasahi desa Bange. Kerumunan anak-anak sedang bermain-mai

• Chapter 8 Sampuraga

  Suara jangkrik bersahutan menemani orang-orang yang masih belum memejamkan mata. Suara bising yang t

• Chapter 9 Sekolah Dasar

  Bagi Hasan, perputaran jarum jam itu seperti kilatan petir yang sedang menyambar sebuah pohon di bum

• Chapter 10 Sawah

  Anak-anak berseragam merah putih berjalan merayap bak gerombolan semut yang hendak mengerumuni gula.

• Chapter 11 Marga

  “Batu, ayah dimana ?” sahut seorang laki-laki berbadan tinggi yang tiba-tiba menghampiri anak-anak y

• Chapter 12 Hutang Ayah

  Lelaki berperawakan tegap itu berjalan menyusuri malam. Seolah besok tidak ada lagi siang. Langkahny

• Chapter 13 Juara Satu

  Anak itu berjalan tergesa-gesa menuju rumahnya. Ia tidak sadar lagi siapa saja orang yang dilewatiny

• Chapter 14 Tidak Ada Uang Jajan

  Mentari pagi memperlihatkan senyum indahnya kepada penduduk bumi. Burung-burung camar berkicau menya

• Chapter 15 Airmata Beras

  Lelaki itu bersiap-siap pergi ke sawah. Beberapa hari ini ia tidak bisa menderes pohon karet karena

• Chapter 16 Bintang Jatuh

  Gantungkan mimpimu setinggi bintang di langit, untaian kalimat yang selalu Dayat dengar dari lisan k

• Chapter 17 Kelereng

  Mentari beranjak naik ke langit. Panas yang dihasilkannya ditransfer ke bumi. Benda raksasa itu seol

• Chapter 18 Rumah Setengah Jadi

  Hidup bak roda berputar. Kesedihan tak akan selamanya menghampiri karena masih ada tawa. Kelam malam

• Chapter 19 Memancing dan Kecemasan

  Segerombolan anak-anak desa itu berduyun-duyun ke arah barat. Tangan mereka tampak membawa pancing.

• Chapter 20 Mangalamek Mangalomang

  Setelah pemerintah menetapkan satu ramadhan selepas shalat Maghrib tadi, Semua stasiun televisi berl

• Chapter 21 Parbotan

  Suara takbir menggema. Lantunan kalam kebesaran Ilahi bersahutan di atas bumi tuhan. Masyarakat seka

• Chapter 22 Panyabungan

  “Dayat temani ayah ke Panyabungan ya ?”
  “Ada apa Yah ?”
  “Ayah mau bayar pajak motor”
  “O. Iya Yah”
  “Dayat

• Chapter 23 Surga di Mandailing

  “Nah ini dia Aek Godang” ujar Hasan kepada anaknya ketika sudah sampai di tempat yang sangat menakju

• Chapter 24 Oleh Oleh untuk Emak

  “Ayah, jangan lupa oleh-oleh buat emak” ujar Dayat di atas sepeda motor yang sedang melaju dengan ke

• Chapter 25 MTSN Siabu

  “Selamat Datang di MTs Negeri Siabu” tulisan besar itu terpampang di gapura sekolah. Tulisan dengan

• Chapter 26 Sang Juara

  Hari ini adalah hari yang paling dinantikan semua siswa MTsN Siabu. Dari pukul tujuh pagi, mereka su

• Chapter 27 Membandel

  Dayat tampak bukan seorang sosok yang utuh seperti dulu lagi. Sekarang ia seolah terombang-ambing ba

• Chapter 28 Kemaafan Ayah

  “Ayah sama sekali tidak pernah menyangka, kalau prestasi sekolahmu semakin hari semakin menurun. Dul

• Chapter 29 SMA Plus dan Pesantren

  Mentari pamit pulang ke ufuk barat. Burung-burung hilir mudik menuju peraduan. Senja menyapa jagat r

• Chapter 30 Nilai UN Tertinggi

  Seberkas cahaya telah menggantikan kelam malam. Mentari mulai memperlihatkan senyumnya di kaki bukit

• Chapter 31 Pesantren Musthafawiyah

  Angkutan umum berwarna putih melaju meninggalkan masa lalu Dayat di desa Bange yang bersahaja itu. J

• Chapter 32 Aek Singolot

  Sungai itu mengalir deras mengiringi kisah hidup para santri di dalam pondok-pondok nan kecil dan se

• Chapter 33 Gordang Sambilan

  “Teman-teman kita nanti ke Panyabungan ya ?” ujar Syukron.
  “Mau ngapain Ron ?” tanya Dayat.
  “Aku mau b

• Chapter 34 Perselisihan

  Tidak seperti hari biasanya, hari ini suasana di pemondokan santri putra tampak legang. Hanya bebera

• Chapter 35 Pantai Barat

  Berbagai jenis bus dan angkutan umum berjejer di pinggir jalan raya lingkungan pesantren. Sebagian b

• Chapter 36 Orja

  Suasana di rumah itu terlihat ramai. Ruangan utama dihiasi berbagai jenis kain dan sulaman nan menaw

• Chapter 37 Hasrat Tak Sampai

  Dayat pandangi wajah kedua orangtuanya yang sedang berada di ruang tengah rumah. Dari pintu kamar, i

• Chapter 38 Hijrah

  Sore nan indah di bawah lintasan pelangi. Burung-burung camar bernyanyi di ranting pohon nan rindang

• Chapter 39 Pekanbaru

  “Selamat Datang di Kota Pekanbaru”, sebuah kalimat yang berada di kedua tiang gapura dengan atap kha

• Chapter 40 Surat Kecil untuk Emak

  Anak muda sang pemimpi itu merenung di sudut malam. Di dalam kamar kos, ia masih saja belum bisa men

• Chapter 41 UIN Suska Riau

  “Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau” tulisan indah itu terukir dengan megahnya pada g

• Chapter 42 Kuliah, Bekerja, Sastra

  Anak muda itu tampak mengangkati semen ke atas beko. Tak sedikitpun ia tunjukkan rasa penatnya kepad

• Chapter 43 Surga di Rumah Sahabat

  “Yat, apa kabar ?”
  “Alhamdulillah kabar baik Ki”
  “Hari ini kita tak ada tugas kuliah kan ?”
  “Iya Ki, ta

• Chapter 44 Firasat

  Pintu-pintu tamu tertutup sudah. Kelam semakin merekah. Suara jangkrik saling bersahutan tak kenal l

• Chapter 45 Uang Kuliah yang Mengancam

  Dayat sangat risau beberapa hari terakhir ini. Hatinya tak tentram. Pikirannya bercabang. Makan tak

• Chapter 46 Sebuah Amplop

  “Ma, Dayat akan berhenti kuliah”
  “Kenapa ?”
  “Ia tidak bisa membayar uang kuliah semester ini”
  “Kasihan,

• Chapter 47 Surga Dunia

  Hari ini merupakan sebuah hari yang sangat ditunggu-tunggu Dayat. Sebuah hari yang telah mengantarka

• Chapter 48 Airmata Kota Bertuah

  Perasaan bahagia masih terpancar dari raut wajah Dayat ketika sedang keluar dari gedung nan megah it