Total : 117Chapter 1 Naima Sanjaya
*** Pemakaman umum kampung Ulu. "Ma, dia anaknya Bi Minah?" "Iya, kasihan dia sekarang yatim piatu." "Ca
readmore Chapter 2 Sedang jatuh cinta
*** Beberapa bulan telah berlalu. Naima sekarang telah kembali menjadi anak yang ceria dan disukai ba
readmore Chapter 3 Cahaya kunang-kunang
*** Seiring berjalannya waktu. Naima mulai mengerti akan perasaannya. Getaran aneh selalu datang saat
readmore Chapter 4 Sangat Sempurna
*** Setelah keberangkatan Helmi dan Sakti keluar negeri. Naima pun menjalani hari-harinya seperti bia
readmore Chapter 5 Kamu siapa?
*** Naima yang kini tengah berbadan dua harus rela ditinggal suaminya bekerja keluar kota. Proyek bar
readmore Chapter 6 Tidak hanya untukku
*** Sudah dua jam Naima mengurung diri di kamar. Helmi mondar mandir di depan pintu, tampak gelisah.
readmore Chapter 7 Aku yang lebih dulu
*** Om ... Om ganteng!" Teriakan Kiran memecah keheningan di ruang keluarga. Nayna yang kepayahan, te
readmore Chapter 8 Merahasiakan
*** Rinjani Sanjaya, mama mertua yang baik hati, tapi sangat pandai membaca ekspresi lawan bicaranya.
readmore Chapter 9 Satu hati dua cinta
*** Naima terdiam, dia memejamkan matanya. Pernyataan Helmi berhasil membuatnya meneteskan air mata.
readmore Chapter 10 Beberapa hari lagi
*** Pagi hari, Naima terbagun dalam dekapan suaminya. Masih nyaman seperti biasanya. Hanya saja kali
readmore Chapter 11 Kenapa kamu tega
*** Seminggu sudah, Naima dan Kiran menginap di rumah keluarga Sanjaya. Naima memutuskan untuk pulang
readmore Chapter 12 Sangat menyakitkan
*** Helmi mengecup kening istrinya, kemudian pergi untuk membersihkan diri ke kamar mandi. Naima pun
readmore Chapter 13 Semoga saja
*** Helmi memijat keningnya, masalah baru datang lagi. Dia terpaksa harus kembali ke kantor. Proyek i
readmore Chapter 14 Kita bisa bicara?
*** Hari sudah beranjak malam, saat ini Nayna masih menemani Naima. Mereka banyak bercerita, tentang
readmore Chapter 15 Pasti bisa menebak
*** Sekuat apa pun ketegaran hati seorang wanita. Jika saatnya runtuh, maka akan jatuh juga dalam tan
readmore Chapter 16 Belum menemukan titik terang
*** "Nona, Nayna … hahaha, gadis yang dulunya banyak ngomong, sekarang jadi pendiam." Sakti kembali t
readmore Chapter 17 Helmi dan Naima
****** Naima seorang wanita yang tegar. Wanita yang punya pendirian, keteguhan hati. Selalu membuat o
readmore Chapter 18 Aku rasa tidak
****** Saat semua orang sedang terdiam menanti Sakti melanjutkan pembicaraan. Kiran merengek minta ku
readmore Chapter 19 Selalu mengganggu
*** Malam ini, untuk kesekian kalinya Naima menangis sendirian. Entah berapa ribu tetes air mata yang
readmore Chapter 20 Perumahan mewah
*** Di meja makan sudah terhidang beberapa jenis makanan. Bi Siti yang telah sibuk dari subuh untuk m
readmore Chapter 21 Meminta keadilan
*** Rasanya darah berdesir hebat, Naima menahan gejolak hatinya. Air matanya ditahan agar tidak jatuh
readmore Chapter 22 Ketakutan
*** "Aaaa … auuu," rintih Naima merasakan perih di perut, sekaligus pergelangan tangannya. "Ma, hati-h
readmore Chapter 23 Lakukan
*** Dokter sedang melakukan pemeriksaan. Helmi yang mondar mandir di depan ruang UGD, kelihatan sanga
readmore Chapter 24 Kemarahan Sakti
*** Semua orang telah diam di tempat duduknya masing-masing. Tidak ada lagi keributan. Mereka hanya s
readmore Chapter 25 Gunakan kelemahannya
**** "Tolong!" Kepanikan terjadi, dia terus berteriak dan menangis. Nayna sangat ketakutan, dia tidak
readmore Chapter 26 Bayi yang tampan
****** Keesokan harinya, Naima sudah sadarkan diri. Dan dia juga telah dipindahkan ke kamar yang lebi
readmore Chapter 27 Rencana
*** Setelah keluar dari gedung rumah sakit tempat Naima dirawat. Helmi langsung menuju ke parkiran da
readmore Chapter 28 Sudah takdirnya
*** Sesampainya di rumah, Helmi hanya membersihkan dirinya dan berganti pakai. Lalu segera pergi lagi
readmore Chapter 29 Pulang ke rumah
*** Melihat wajah cantik wanita di hadapan, membuat Helmi ingin terus memanjakan. Sherra begitu lembu
readmore Chapter 30 Lemah tak berdaya
*** "Hooreee! Bunda pulang ...!" Kanaya berlarian dari ruang tengah hingga ke pintu depan. Dia sangat
readmore Chapter 31 Bagian dari keluarga
****** Sementara itu, di kamar lain. Sakti yang sedang bersandar di kepala ranjang, terlihat beberapa
readmore Chapter 32 Janji Sakti
*** Beberapa hari kemudian, ketika harinya tiba. Sakti terlihat tidak sabar, dia terus mondar mandir
readmore Chapter 33 Drama pagi
*** Naima tidak pernah menyangka. Kehidupannya yang dia pikir baik-baik saja. Pernikahannya yang dian
readmore Chapter 34 Mulai berkurang
*** Suasana di dalam kamar yang berukuran lumayan besar itu terasa sedikit suram. Bukan karena pencah
readmore Chapter 35 Aku belum bisa
*** Ketika seseorang mengalami masa-masa yang sulit. Masa dimana dia berada di titik terendah dalam h
readmore Chapter 36 Semua terjawab
*** Sakti kembali berbisik. "Mau dicium?" "Hah?" Nayna tiba-tiba menoleh, dan tanpa sengaja bibir mere
readmore Chapter 37 Tidak tepat waktu
*** Seminggu kemudian. Naima tampak marah sambil mandangi layar ponsel yang tidak menandakan ada pesan
readmore Chapter 38 Ikatan batin
*** Dokter telah selesai melakukan pemeriksaan. Naima kembali merapikan pakaiannya, dan turun dari te
readmore Chapter 39 Kangen kalian
*** Ketika di perjalanan pulang ke rumah. Naima terlihat senang melihat foto-foto serta video Arthur
readmore Chapter 40 Seorang pria
*** "Kiran udah tidur, Sayang?" Helmi yang duduk di sofa sedang memeriksa pekerjaannya, bertanya pada
readmore Chapter 41 Sadar akan sesuatu
*** Jarinya dijentikkan sekali lagi. "Mas, Alfian ...!" Panggil Naima, kali ini seikit lebih keras. Al
readmore Chapter 42 Mendapat kembali
*** Saat ini Naima berada di dalam rumah yang telah lama ditinggalkan. Dua asisten rumah tangga pun m
readmore Chapter 43 Syarat
*** Suara piring pecah bergema hingga ke ruangan itu. Mendengar keributan di luar, salah seorang asis
readmore Chapter 44 Maduku
*** Satu persatu anak tangga dia tapaki. Naima melihat ke satu titik yang terdapat sosok wanita sedan
readmore Chapter 45 Tak peduli
*** Helmi terdiam, perkataan Naima menyadarkan. Dia bahkan belum memikirkan hal itu. "Bang. Kenapa dia
readmore Chapter 46 Lawan yang berat
****** "Sayang?" "Mbak Naima?" "Selamat pagi." Naima melipat tangannya saat berdiri di ambang pintu. Hel
readmore Chapter 47 Menjemput
*** Sementara di tempat lain. Sherra yang terlihat sangat kesal, mengadukan tentang pertengkarannya d
readmore Chapter 48 Melangkah pergi
*** Suara kegaduhan dari luar rumah terdengar sangat keras. Sakti yang baru saja sampai langsung meng
readmore Chapter 49 Helmi dijebak
*** Kediaman Sanjaya Suasana tegang masih terasa di ruang tengah rumah ini. Setelah dua jam yang lalu,
readmore Chapter 50 Dia licik
*** Sedikit demi sedikit, semua rasa rahasia menjadi jelas. "Coba perhatikan lagi, foto saat Helmi dib
readmore Chapter 51 Kiran kangen adik
*** Cahaya lampu yang redup, suhu di dalam kamar juga sejuk. Tapi Naima tidur dalam keadaan berkering
readmore Chapter 52 Harus bersikap tegas
*** "Selamat pagi, Nyonya, Tuan." Sapa dua orang yang baru datang dari arah belakang, secara bersamaa
readmore Chapter 53 Telah disita
*** Di ruang tamu, saat ini Helmi sedang duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya. Bara dan Andita
readmore Chapter 54 Semua gara-gara aku
*** "Pa, apa ini tidak terlalu berlebihan?" Andita tiba-tiba bertanya pada sang suami. Bara yang baru
readmore Chapter 55 Naima panik
*** Sudah lebih satu minggu Naima pergi meninggalkan rumahnya. Membiarkan sang suami bersama dengan i
readmore Chapter 56 Terlalu takut
*** Saat berlari keluar dari restoran, mereka berpapasan dengan Nayna yang baru saja sampai. Tanpa ba
readmore Chapter 57 Cemburu
*** Naima dan Helmi telah duduk di hadapan dokter yang merawat Arthur. Dengan perasaan cemas Naima me
readmore Chapter 58 Demi fasilitas
*** Naima keluar dari dalam ruangan, matanya merah dan basah. Kondisi putranya terlihat sangat menyed
readmore Chapter 59 Kalian selingkuh?
*** Mata Helmi terbelalak saat melihat layar ponselnya. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang dia
readmore Chapter 60 Tuduhan Helmi
*** Malam harinya Naima memutuskan untuk tinggal di rumah sakit, menemani sang putra yang masih belum
readmore Chapter 61 Mabuk berat
*** Seorang Helmi Antaraksa, putra tunggal Bara Antaraksa, pemilik Antaraksa property Group. Menyerah
readmore Chapter 62 Ketakutan Helmi
*** Keesokan harinya, Naima dikejutkan oleh semua orang yang berkumpul di ruang keluarga. Dia yang ba
readmore Chapter 63 Firasat buruk
*** Hari pun beranjak sore, setelah setengah jam kepergian kedua orang tua Helmi, Naima pun tampak me
readmore Chapter 64 Tolong hentikan
*** Ketika di perjalanan ke rumah sakit, Rinjani berulang kali mencoba menghubungi Sakti, Naima atau
readmore Chapter 65 Naima disekap
***** Setelah melihat rekaman CCTV itu. Sakti keluar dari ruangan kontrol dengan amarah yang tertahan
readmore Chapter 66 Kamu mau apa?
*** Semua orang sedang sibuk saat ini, sudah dua jam sejak Naima menghilang dari rumah sakit. Usaha p
readmore Chapter 67 Syok berat
*** Setiap insan manusia di muka bumi ini pantas untuk mendapat kebahagiaan. Siapa pun itu, tak pedul
readmore Chapter 68 Tinggalkan Naima
***** Helmi terdiam ketika Bara meneriakinya sekeras itu. Bagai suara gemuruh menggelegar memekakkan
readmore Chapter 69 Trauma
***** Semalam pada saat kejadian itu. Bara dan pihak kepolisian tidak berhasil mengejar pelaku pencul
readmore Chapter 70 Rasa curiga
*** Helmi Antaraksa, pria yang kini telah menjadi pengangguran. Akibat dari keserakahan dirinya untuk
readmore Chapter 71 Sudah lebih baik
*** Siang itu, Helmi membawa pulang Sherra ke rumah yang dibeli sendiri. Rumah yang disembunyikan dar
readmore Chapter 72 Mimpi buruk
*** Hari ini rasanya sangatlah panjang. Baru tadi pagi, Andita memulai hari yang dengan melelahkan se
readmore Chapter 73 Ketertarikan Helmi
*** "Kamu mau kemana, Mas?" Sherra yang hendak ke dapur, melihat Helmi akan keluar dari rumah. Selama
readmore Chapter 74 Kedatangan suami
***** Sebuah mobil hitam memasuki pekarangan kediaman Sanjaya. Helmi memarkirkan mobilnya di depan ga
readmore Chapter 75 Kotak
*** Gadis kecil yang baru saja mendapat mainan dari sang Ayah, melompat kegirangan. Baru ini Kiran di
readmore Chapter 76 Cerai
*** Bagai disambar petir disiang hari. Helmi membelalak tak percaya dengan apa yang ia dengar. Sedang
readmore Chapter 77 Terapi
*** Kejadian tadi siang, diceritakan kepada semua anggota keluarga. Termasuk keluarga Helmi. Dengan b
readmore Chapter 78 Perceraian
*** "Dokter Alfian?" Sakti yang telah siap untuk mendengarkan. Melihat Alfian hanya diam memandangi d
readmore Chapter 79 Kunjungan
*** Kedua lengan wanita itu berada dalam genggaman tangan kekarnya. Membuat Sherra meringis kesakitan
readmore Chapter 80 Setuju atau tidak
*** Niat Helmi yang semula ingin meminta Ima membatalkan gugatan perceraian mereka. Justru berubah me
readmore Chapter 81 Kepulangan Arthur
*** Siapa yang senang dengan pilihan ini? Siapa lagi, kalau bukan Sherra yang menginginkan semua yang
readmore Chapter 82 Tak lagi peduli
**** Ketika semua orang sedang berbahagia. Menyambut kepulangan Arthur yang sudah lama ditunggu-tungg
readmore Chapter 83 Penyesalan
***** Seminggu kemudian, Helmi kini sedang berada di rumah sakit. Siang tadi di diberi kabar, bahwa Sh
readmore Chapter 84 Sidang
*** Bara dan Andita sedang duduk di ruang tengah kediaman mereka, memandangi sang putra yang sedang t
readmore Chapter 85 Memaafkan
*** Tatapan mata Helmi, benar-benar tak lepas dari wajah Naima. Tanpa dia sadari air matanya menetes.
readmore Chapter 86 Demi kebaikan
*** Tubuh wanita itu direngkuh semakin dalam. Semakin dia merasakan, semakin Helmi tak ingin melepask
readmore Chapter 87 Mungkin butuh waktu
*** Apa yang diharapkan setiap manusia dalam menjalani kehidupan ini? Menang, memiliki segalanya, bah
readmore Chapter 88 Dua buket bunga
*** Siang hari di Naima Boutique. Biasanya setelah jam makan siang, Naima menidurkan kedua buah hatiny
readmore Chapter 89 Datang
*** Liany berencana akan melarikan menggunakan kapal laut. Selama ini polisi telah menyelidiki lantar
readmore Chapter 90 Pelabuhan
*** Malam hari ini polisi akan menggagalkan rencana Liany beserta anteknya untuk kabur. Berkat kerjas
readmore Chapter 91 Darurat
*** Diam di tempat!" Suara tembakan peringatan ditembakkan ke udara oleh Kapten Irwan. Suara lengkinga
readmore Chapter 92 92
*** Pihak kepolisian di tempat kejadian perkara, telah meringkus semua penjahat. Liany langsung dibaw
readmore Chapter 93 Menjaga Helmi
*** Setelah pulang dari rumah sakit. Naima dan keluarga memasuki rumah dengan rasa lelah mereka. Perj
readmore Chapter 94 Merasa bertanggung jawab
*** Setelah Helmi sadar, Bara dan Andita pun bisa sedikit tenang. Naima meminta mereka untuk pulang t
readmore Chapter 95 Naima harus bahagia
*** Setelah tertangkapnya Liany dan para komplotannya. Kelegaan dirasakan oleh semua orang. Kini tak
readmore Chapter 96 Menunggu
*** Mengharapkan sesuatu yang sulit digapai itu bukannya tidak mungkin. Tetapi, seberapa besar keingi
readmore Chapter 97 Restu Sakti
*** Malam itu, Alfian pulang dengan perasaan senang. Setelah bertemu dengan Sakti dan Nara tadi, memb
readmore Chapter 98 Serangan panik
*** Wanita mana yang tidak suka diperlakukan dengan baik. Diperhatikan, ditanyai kabar walaupun sudah
readmore Chapter 99 Saingan cinta
*** PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) atau gangguan stres pasca trauma adalah kondisi kesehatan j
readmore Chapter 100 Pertemanan saja cukup
*** Di sebuah apartemen yang sederhana di kota Surabaya. Seorang wanita tengah duduk bersandar di seb
readmore Chapter 101 Makan malam
*** Bara sengaja tidak membicarakan hal ini di rumah. Dia tidak mau istrinya terlibat dalam hal ini.
readmore Chapter 102 Rasakan prosesnya
*** Restoran yang didatangi Naima, memilih konsep Italia perpaduan klasik dan modern industrial. Rest
readmore Chapter 103 Tidak akan ikut campur
*** Setelah makan malam mereka berakhir. Alfian mengantarkan Naima pulang ke rumah. Setelah pembicara
readmore Chapter 104 Dijual
*** "Sayang, pergi ke mana ini? Kenapa jalannya sangat berbeda? Bukannya kita mau ke klub?" Sherra be
readmore Chapter 105 Menepati janji
*** Saat hari sudah beranjak pagi, masih di tempat yang sama, Sherra tergolek pasrah menerima perlaku
readmore Chapter 106 Melihat Arthur
*** Helmi mengetuk pintu kamar Naima. Tak berapa lama seseorang membuka pintu. Naima terlihat berdiri
readmore Chapter 107 Hidup atau mati
*** Tanpa berkata apa pun, Naima meletakkan alat cukur di tangannya ke wastafel. Kemudian mengambil h
readmore Chapter 108 Siksaaan
*** Di gudang tempat Sherra disekap. Wanita itu sudah berhari menjadi pemuas napsu seorang pria yang
readmore Chapter 109 Mati terlalu mudah
*** Pukul 01.00 dini hari, di area gudang tempat Sherra disekap. Tiba-tiba terdengar suara yang sanga
readmore Chapter 110 Gilirannya dipenjara
*** Dini hari itu, setelah Sherra ditemukan di pinggiran sungai, kehebohan tiba-tiba terjadi di rumah
readmore Chapter 111 Pesta
*** Tiga bulan kemudian …. Keadaan pun semakin membaik. Setelah semua hari yang buruk, saat bahagia pu
readmore Chapter 112 Alfian
"Kalau kamu tidak dengar, ya sudah? Bukan aku yang rugi." Naima memanyunkan bibirnya. Mengalihkan pa
readmore Chapter 113 Menyedihkan
Hari ini hari pertama Naima dan Alfian sebagai sepasang kekasih. Berita bahagia ini tak ingin disimp
readmore Chapter 114 Rumah sakit
*** Beberapa hari kemudian. Ketika jam makan siang, Rafka--sekretaris Helmi merasa sedikit khawatir, m
readmore Chapter 115 Hanya demi Naima
*** Kembali dari rumah sakit Naima langsung bersih-bersih dan merebahkan diri di kasur. Efek lelah ka
readmore Chapter 116 Jika dia hadir
*** Sementara itu di rumah sakit. Bara dan Andita masih berusaha mayakinkan Helmi untuk mendapatkan pe
readmore Chapter 117 Tak ada yang benar-benar sempurna
*** "Kamu meragukan dirimu sekarang, Fian? Apakah tekadmu hanya akan sampai di sini?" Naima bertanya
readmore
bagus
12d
0bagus
21d
0berkualitas bgt buat saya ini sangat berguna bgt buat saya,saya mendapatkan cuan untuk modal saya aja,ini aplikasi sangat berguna bagi saya☺🤍
22d
0cerita nya baguss
08/08
0yrs
02/08
0cerita yang menarik
22/07
0bagus
14/07
0bagus sekali cerita nya
06/07
0novel ini sangat bagus sekali
03/07
0bagus
28/06
0