Total : 55Part 1
Dalam sebuah pernikahan hal utama yang diminta adalah sebuah kebahagiaan. Namun apalah daya, jika seb
readmore Part 2
Masakan sudah siap dihidangkan. Jam baru saja menunjukan pukul enam pagi. Kami sudah duduk rapi di k
readmore Part 3
“Iya Bu, tapi bukan begitu juga caranya. Kasihan Salwa, dia benar-benar nggak suka, Bu. Yang penting
readmore Part 4
“Mas, kenapa hari ini toko sepi banget nggak kayak biasanya ya?” tanyaku, kami sudah ada di depan ru
readmore Part 5
Aku mengernyitkan kening mendengar pertanyaan ibu seperti itu. “Wa, kamu masih minum pilnya ‘kan?” Ke
readmore Part 6
“Oh ibu, ya benar ini rumah beliau. Anda siapa ya? Ada urusan apa datang kemari?” tanyaku, mencarita
readmore Part 7
“Udah, Mas?” tanyaku ketus. “Ih! Kok jutek gitu sih, Dek?” “Nggak kok.” Mataku masih tak melihat mata m
readmore Part 8
“Mas, kira-kira Eliza udah tidur belum ya?” tanyaku saat di dalam mobil. “Hmmm, mana aku tau, Dek. Da
readmore Part 9
Saat aku berdiri melihat ke arah mobil yang sedang dicuci, di sana ada mas Lutfan yang masih belum m
readmore Part 10
“Liza nggak bisa pakai mesin cuci?” tanya mas Lutfan heran. “Eh itu Mas, soalnya mesin cucinya beda s
readmore Part 11
“Ibu bisikin apa ke kamu, Za?” tanya mas Lutfan, kami sudah jalan menuju pasar swalayan terdekat. “Em
readmore Part 12
“Ada apa sih, Mas?” Nadaku sedikit ketus. Tentu saja, karena aku ke sini—ke dalam kamar, jadi tidak b
readmore Part 13
“Mas, jangan marah dong. Mungkin maksud ibu baik, Mas.” Aku duduk menghampirinya setelah menyelesaika
readmore Part 14
POV Lutfan “Fan, Eliza cantik ‘kan?” tanya ibu tiba-tiba. Beliau tersenyum bangga. Untuk apa ibu berta
readmore Part 15
“Gimana Wa?” Bapak mertua kembali mempertanyakan pencarianku. Sebenarnya aku sudah menemukan peci itu
readmore Part 16
POV Lutfan “Fan!” Ibu memanggilku dari depan pintu rumah. Aku baru saja selesai video call dengan Salw
readmore Part 17
“Mas, udah pulang?” Aku bangkit dari rebahan santai dan memenuhi panggilan mas Lutfan. Dia pun berjal
readmore Part 18
Setelah sholat maghrib, kami bersiap untuk makan malam bersama. Ya … jam waktu makan setiap harinya
readmore Part 19
“Dek, kenapa ibu makin ke sini makin nyebelin ya? Atau memang dari dulu begitu? Baru akhir-akhir ini
readmore Part 20
Seketika aku bangun dari tempat tidur. Tadinya malas-malasan, kini terpaksa harus bangun mencari mas
readmore Part 21
“Udah mateng belum, Dek? Tumben nih, aku udah kerasa lapar.” Mas Lutfan datang menghampiriku. Jam di
readmore Part 22
“Dek, soal pertanyaan yang ibu tanyakan tadi sama kamu, dijawab apa, Dek?” tanya mas Lutfan, dia tib
readmore Part 23
[Fan, nanti malam kamu minum obat kuat ya? Kalian harus sering berhubungan. Ibu ingin cepat punya cu
readmore Part 24
“Dek, apa aku harus meminumnya?” tanya mas Lutfan. Aku meletakkan nampan itu di atas nakas. Susu di d
readmore Part 25
POV Ibu Mertua **** “Lutfan sama Salwa kenapa, Bu? Kok pagi-pagi sudah pada ribut?” tanya bapak. Setela
readmore Part 26
“Dek, maafkan aku ya? Aku sama sekali nggak bisa mengingatnya. Kamu jangan marah ya sama aku. Kalau
readmore Part 27
Tanggal lima adalah tanggal kedatangan tamu bulananku selanjutnya. Namun, tanggal itu sudah lewat se
readmore Part 28
Matahari sudah bersembunyi diperaduan. Hari semakin gelap dan sunyi. Kami pun sudah pulang kembali k
readmore Part 29
POV Ibu Mertua **** ‘Biar saja Lutfan mengembalikan dompet ini. Toh, ini sudah tak seampuh dulu. Sekar
readmore Part 30
POV Eliza **** “Huuuft! Untung saja mbak Salwa percaya dengan semua ucapanku. Kalau nggak, gawat bange
readmore Part 31
POV Eliza **** Kini tinggal kami berdua yang berada di dalam kamar. Benar sih kata bu Yuni. Mas Lutfan
readmore Part 32
Kring, kring, kring …. Bunyi alarm terdengar sangat nyaring. Ternyata secepat ini matahari sudah akan
readmore Part 33
Sekitar pukul enam kurang sepuluh menit aku baru keluar dari kamar. Mas Lutfan selalu mencegahku saa
readmore Part 34
Ada jeda keheningan yang terjadi, tapi tak lama mereka tersenyum bahagia. “Salwa hamil, Fan? Benar it
readmore Part 35
Mobil sudah rapi terpakir di halaman toko. Ya, lumayan luas karena memang digunakan untuk tempat par
readmore Part 36
“Kamu nggak pakai peniti dan gunting lipat yang Ibu berikan tadi pagi, Wa?” Akhirnya pertanyaan kelua
readmore Part 37
POV Ibu Mertua **** Setelah Lutfan dan Salwa pergi. Segera kuhampiri Eliza yang masih muntah di dalam
readmore Part 38
“Benar-benar ya, Mas? Kita setiap hari harus bersandiwara seperti ini. Setiap hari harus berbohong.
readmore Part 39
POV Eliza **** Kebetulan ada bu Yuni di dapur. Selama sebulan ini aku benar-benar merasa sangat rindu
readmore Part 40
“Dek, temanku akhirnya ada yang mau membantu kita untuk menyelidiki kasus tanah kuburan.” “Beneran Ma
readmore Part 41
POV Lutfan **** “Fan, jalannya pelan-pelan ya? Takut Eliza kenapa-kenapa.” Aku mengernyitkan kening saa
readmore Part 42
POV Ibu Mertua **** Tanganku membimbing Eliza pergi menuju ke rumah bu Susi. Aku merasa khawatir jika
readmore Part 43
“Sudah hampir jam sebelas, mas Lutfan belum pulang juga? Katanya hanya antar saja. Kok lama ya?” Aku
readmore Part 44
Drrrtt, drrtt, drrrttt …. Gawai mas Lutfan terus bergetar, tumben tidak ada nada deringnya. Mungkin s
readmore Part 45
Saat kemarin terjadi uang lebih, kami langsung mengitung ulang bersama karyawan sebelum membuka toko
readmore Part 46
POV Afif **** “Mar, kamu bawa gawai canggih ‘kan?” tanyaku sambil terus mengawasi. Aku bersama Damar—di
readmore Part 47
POV Afif **** “Mar, buruan. Ntar malah orangnya jadi curiga.” “Iya, ini mau turun.” Dengan sangat berhat
readmore Part 48
Seperti pagi-pagi biasanya, aku akan bangun lebih dulu. Mas Lutfan tak akan mau bangun meski alarm b
readmore Part 49
Waktu bergulir begitu cepat. Toko kami masih laris seperti biasa. Ya, tentunya bertambah banyak oran
readmore Part 50
POV Afif **** “Bagus kamu bisa ikut sama kami, Har. Kita tunggu beberapa saat lagi, pasti orang itu ak
readmore Part 51
POV Afif **** Mobilku mulai memasuki halaman rumah bu Susi yang memang cukup luas. Damar yang dari tad
readmore Part 52
Aku berjalan menyusuri setiap ruangan. Mataku fokus mencari keberadaan mas Lutfan. “Dimana dia? Seben
readmore Part 53
Tok, tok, tok! Kencang mas Lutfan mengetuk pintu kamar ibu mertua. Wajahnya benar terlihat sangat mar
readmore Part 54
Cklek! Mas Lutfan membuka pintu. “Ayo, kalian langsung saja masuk ke rumah.” “Iya Fan, kami bermaksud d
readmore Part 55
“Dek, Zidan belum bangun?” Pertanyaan yang wajib bagi mas Lutfan saat pagi hari. Setelah menyelesaika
readmore
bagus ceritanya..
01/08
0Romance
19/07
0apapun solusinya lebih baik pisah rmh dengan mertua, karena itulah penyebab kehancuran rmh tangga
16/06
0bagussss
14/05
0bagus cerita nya
13/05
0bagusss sekalii
08/05
0baca
02/05
0bagusss sekaliiiii lancar yaaa mantap
01/05
0baguss
30/04
01000
30/04
0