Overview
|Catalog
- Tag(s):
- Kecantikan
- Kampus
- Kejahatan
- Drama
- Cinta pertama
- Persahabatan
- HappyEnding
- Menculik
- Cinta yang manis
Tidak bolehkah Sena tenang dalam hidupnya? Setelah berhasil bangkit dari siksa perundungan di masa SMA, Sena malah harus bertemu kembali dengan Adit. Masih seperti saat SMA, Adit menjadi hantu dalam kehidupan Sena. Tidak main-main, Monik yang merupakan putri tunggal ptodusernya menjadi tambahan. Akan tetapi, ada Reno di sampingnya. Ia tidak lagi sendirian sekarang! Namun, keberadaan Reno menambah banyak ancaman dalam hidup Sena!
Last Update
Editor´s Choice
Recommendation
Book Comment (41)
- Total: 109
Chapter 1 Orang-Orang yang Tak Ingin Ditemui
Sena mengguap, ia pulang pagi lagi tadi. Syuting benar-benar memakan waktunya seharian. Ia bahkan taChapter 2 Reno
Reno mempersilakan Sena duduk. Meja yang terletak di depan dekat panggung. Setelah itu ditinggalkanChapter 3 Prasangka
Sena tidak buruk. Ia memiliki tinggi 165 centimeter, tubuh yang langsing, wajah bulat telur, hidungChapter 4 Asal Muasal
Perlombaan antar sekolah ini diadakan setiap tahun. Seperti tahun-tahun sebelumnya, semua sekolah seChapter 5 Fans
Sena tak lagi membalas pesan terakhir Reno. Rasanya menyebalkan membaca nama Adit dalam obrolan mereChapter 6 Bertemu Reno
Tulisan Uno hampir tidak terbaca. Sena pikir jika Uno mungkin seharusnya menjadi dokter saja. SetelaChapter 7 Senyummu Itu Cukup
“Maaf, ya, Nak, nyusahin kamu terus.”
Wanita berusia hampir enam puluh tahun tersebut duduk di sampinChapter 8 Tentang Adit
Adit bukan pria romantis. Selama Sena dan pemuda dengan hidung tinggi itu dekat, tak sekalipun mulutChapter 9 Maafkan Aku
Adit hanya sekilas melihat Sena. Waktu gadis itu melintas dengan setengah berlari menuju anak tanggaChapter 10 Satu Kesempatan yang Diberikan Tuhan
Sena bertemu Adit pertama kali pada masa orientasi siswa di sekolah. SMA 9 Nusantara benar-benar memChapter 11 Aku Masih Menyukaimu
“Terima kasih, ya.”
Senyum manis Sena terukir sangat indah. Wajahnya yang putih walau tanpa balutan mChapter 12 Sahabat Itu Ada Walau Luka di Antara Mereka
Sena tersenyum manis sekali. Jantung Reno jungkir balik karena itu. Ia baru mencapai pintu masuk danChapter 13 Tersangka
Adit ingin sekali menanyakan pada Reno apa yang terjadi kemarin. Namun, lidahnya kelu. Seolah tumbuhChapter 14 Saksi Mata Lain
“Kamu menyukai makanan di restoran ini?” Reno duduk di depan Endah.
Gadis tersebut berhenti mengunyaChapter 15 Pengakuan
Adit mengusap wajahnya dengan kasar. Ia mondar-mandir selama beberapa saat sebelum duduk lagi di depChapter 16 Sesuatu yang Terasa Aneh
“Kenapa Monik membenciku?”
Reno mendapat pertanyaan itu saat hanya berdua dengan Sena.
Hari ini tibaChapter 17 Rencana Sena
“Kamu mau membantuku, kan?” tanya Sena dengan mata berbinar cantik.
Reno yang sedang memasukan laporaChapter 18 Bahagia di Kencan Pertama
Cukup lama Adit mondar-mandir di depan pintu rumah. Menimbang-nimbang untuk kembali ke restoran miliChapter 19 Makan Malam Tidak Menyenangkan
Aditya terlihat begitu tampan dengan balutan kemeja biru san celana jins gantung. Walau itu adalah pChapter 20 Sena, Reno, dan Mama
Aditya terlihat begitu tampan dengan balutan kemeja biru san celana jins gantung. Walau itu adalah pChapter 21 Tak Mengaku Salah
Napas Adit panjang pendek ketika sampai di parkiran rumah sakit. Ia tidak bisa kembali begitu saja.Chapter 22 Rasa yang Berbeda
Sena yang baru saja akan turun dari atas tanggan terhenti. Suara Mama tidak bisa lebih pelan lagi daChapter 23 Deal
Adit berhenti melangkah. Padahal kejadian tak mengenakan yang terakhir dilihat terjadi dua hari laluChapter 24 Pengalan Ingatan
“Kenapa wajahmu jadi seperti itu?”
Reno melambai di depan Sena. Ia mendadak khawatir karena Sena untuChapter 25 Semakin Jelas
Reaksi tubuh Sena saat bersentuhan dengan Adit semakin jelas kini. Adit tahu jika Sena berusaha tidaChapter 26 Hal Pertama yang Harus Dilakukan
Ini gelas ketiga yang dihabiskan Adit. Gadis yang mengiriminya pesan untuk bertemu. Bahkan sampai seChapter 27 Berbaikan
“Sedang apa bocah ini di sini?”
Rayna yang berkunjung untuk makan siang hari ini menatap jengkel AditChapter 28 Pertemuan Empat Mata
Adit pergi lagi malamnya ke restoran Reno. Tepat saat pemuda itu mengunci pintu kaca dan berbalik. IChapter 29 Ini Kencan, Kan?
Apa yang kulakukan? Sena menutup wajahnya mengingat ajakannya pada Reno.
Tanpa pikir panjang ia menguChapter 30 Bioskop dan Hantu
“Kamu sakit, Sena?”
Reno tak sengaja menyenggol jemari Sena yang lentik. Selain berkeringat, ujung jaChapter 31 Menipu
Reno memejamkan mata. Rayna ada di belakangnya sekarang. Kakak perempuannyalah yang memaksa Reno untChapter 32 Tertangkap
Endah memperhatikan dengan saksama hampir tak berkedip kedua orang di depan dan di sampingnya. HampiChapter 33 Cemburu
Sena menatap heran pada Reno di taman yang tertawa-tawa. Ia tidak tahu siapa yang tengah mengobrol dChapter 34 Hilang
“Karena sudah tidak ada lagi yang menganggu, kita akan mulai rencana, kita.” Gadis itu duduk di kursChapter 35 Sesuatu di Dalam gudang
Di dalam tas Endah sama sekali tidak ditemukan ponsel. Tentu saja Adit sudah menggeluarkan semua ituChapter 36 Pertengkaran yang Indah
Tidak sulit menemukan kekasih Endah. Sebab pemuda bernama Dino itu menampakan dirinya di depan kafeChapter 37 Kesalahan
Endah menemukan benda itu di dalam sebuah kardus tanpa sengaja. Ia menyebutnya sebagai hadiah dari TChapter 38 Tidak Bernapas
Seluruh tubuhnya sakit. Ia bisa merasakan seluruh tubuhnya berdenyut. Ia ingat setiap tempat yang diChapter 39 Mayat Dalam Bagasi
Kenapa malah ke rumah?
Sena berujar panik setelah menuruni tangga dan mendengar suara Reno sedang bicChapter 40 Di Balik Jeruji Besi
Kampus sama sekali tidak seperti biasanya di mata Sena. Orang-orang yang seharusnya berjalan denganChapter 41 Di Balik Jeruji Besi
Sial! Sial! Sial! Sebenarnya apa yang terjadi!
Reno memeganggi kepalanya erat-erat. Banyak pertanyaanChapter 42 Bukti yang Memberatkan
Kemarin malam, papanya Monik mengeluh soal Sena. Gadis itu hampir seharian tak bisa berkonsntrasi teChapter 43 Masa Kecil Monik
Gadis kecil berambut lurus sebahu itu berlarian di taman. Anak-anak yang lain mengikutinya dengan riChapter 44 Keiinginan Sena
Reno sudah mendekam di balik jeruji selama tiga hari. Tidak ada kabar yang disampaikan padanya, baikChapter 45 Jangan Pernah Menemuiku Lagi
Adit tahu betul jika kedatangannya sama sekali tidak diharapkan. Saat pintu terbuka di depannya, bolChapter 46 Bahu Untuk Bersandar
Monik meminta untuk diantarkan terlebih dahulu ke rumahnya. Namun, Adit tak membawa Sena pulang. IaChapter 47 Ingatan yang Kembali
Bagaimana Sena mendeskripsikan datangnya ingatan itu? Ia tak bisa. Sebab saat Adit mengatakan akan mChapter 48 Kenapa Harus Sena
Dada Reno naik turun. Ah, harusnya ia tidak meledak seperti itu. Ia bisa melihat jelas kekagetan SenChapter 49 Di Luar Rencana
Kecepatan mobil Adit hampir 60 kilometer per jam. Kecepatan ini di dalam kota cukup berbahaya karenaChapter 50 Aku Tidak Akan Menemuimu Lagi
Mereka bertemu karena Monik adalah salah satu saksi dalam persidangan Reno senin depan. Reno membayaChapter 51 Lelaki yang Tidak Dicintai
“Sudah kubilang akan menyelesaikannya, bukan?” Monik memandang Adit yang masih saja cemberut.
PemudaChapter 52 Dia dan Adit
Monik tertawa sangat lepas mendengar cerita Adit. ia pasti sama sekali tak menyangka Adit yang canggChapter 53 Jangan Ganggu
Monik belum benar-benar pergi dari pemakaman. Ia bahagia bisa bertemu Reno di sini. Rasanya begitu mChapter 54 Kecemburuan Adit
Walau menuruti hampir semua perkataannya, Sena tetap saja membangkang untuk beberapa hal. Lihat sajaChapter 55 Perasaan yang Kami Rasakan
Ada paparazzi di depan restoran, Mbak. Hati-hati ya!
Pesan itu terkirim pada Rayna. Namun, Adit samaChapter 56 Bantuan
Reno mendapat pesan dari Ratih, mamanya Sena. Ia agak terkejut ketika wanita yang melahirkan gadis yChapter 57 Mencari Alasan Tindakan Sena
“Jadi ada Reno di rumah Sena?”
Monik menyesap teh hangat di dalam cangkir. Saat minuman berwarna coklChapter 58 Tidak Harus Merasa Sendirian
Bagaimana aku bisa menjelaskan pada Reno alasannya? Sekali lagi Sena membuang napas.
Ponselnya masihChapter 59 Fakta
Adit terengah-engah. Tangannya masih terkepal dan ia memandang Reno yang terlentang dan masih berusaChapter 60 Superior
Entah perasaan apa yang membawa Sena meminta Pak Sarmin untuk memutar mobilnya dari jalan besr menujChapter 61 Reno Hilang
Kehebohan itu sudah dimulai dari kemarin, tetapi Sena baru tahu hari ini. Awalnya ia memang merasa sChapter 62 Petunjuk
Pikiran tentang Reno yang tidak ditemukan di rumahnya menyita waktu Sena. Ia berhasil terlihat biasaChapter 63 Apa yang Kamu Sembunyikan Dariku
Adit tidak suka dengan kedatangan Sena yang tiba-tiba. Ia baru saja kesal dengan kata-kata Reno di bChapter 64 Lelucon
Itu memang Reno! Itu Reno! Sena berlari seperti orang yang dikejar kembali ke kamarnya. Napasnya memChapter 65 Kamu Tidak Bisa Lari Dariku
“Kamu sepertinya terlihat gembira?” tanya Monik.
Pagi ini ia mendapatkan pesan dari Adit dan bertemuChapter 66 Kecurigaan Ratih
Tepat kemarin sore Ratih akhirnya melaporkan menghilangnya Sena ke kantor polisi. Berita mengegerkanChapter 67 Reno Kabur
Itu teriakan!
Reno yang tengah merebahkan diri di atas ranjang kaget dan langsung duduk. Ia memang tiChapter 68 Dikejar Polisi
Sena tidak bisa menegakkan kepalanya dengan benar. Seluruh persendiannya serasa lepas dan perutnya bChapter 69 Hanya Melihatku Saja
“Aku tidak pernah berencana membunuh siapapun. Kamu yang melakukannya.”
Walaupun ia mengakui perkataaChapter 70 Penikaman
Infus yang terpasang di tangan Reno dan Ratih, mamanya Sena sudah ditanggalkan. Dokter bilang Reno sChapter 71 Sekuat Tenaga
Sena membuka matanya perlahan. Gelap. Namun, samar-samar dari ruangan sebelah ada cahaya yang menyelChapter 72 Bantuan Monik
Hanya beberapa orang di kampus yang tahu soal kejadian yang menimpa Monik. Mereka hanya segelintir oChapter 73 Sena Selamat
“Aku tidak menyangka kamu akn berkunjung di jam segini?” Rayna tersenyum.
Luka yang didapatkan dari pChapter 74 Semua Rencana yang Berantakan
Sudah lewat waktunya beberapa menit dan Adit yang berjanji tidak juga muncul.
“Mungkin kita sudah ketChapter 75 Tewas
Lagi-lagi Reno merasakan sakit. Saat ia kemudian berhasil melihat dengan jelas di dalam kegelapan, RChapter 76 Pertemuan Kembali
Tidak ada satupun fakta yang dilewatkan Reno saat memberikan keterangan kepada polisi. Dari awal iaChapter 77 Gadis dengan Banyak Rencana di Kepalanya
Akting adalah kemampuan dasar yang dimiliki Monik sejak lama. Sungguh, lebih dari semua hal yang bisChapter 78 Rasa Cemburu
Kondisi Sena semakin membaik. Ia hampir seminggu diopame dan setiap malam secara bergantian Mama ataChapter 79 Mama Adit
Wanita yang datang berumur sekitar 50 tahun, lebih muda sedikit dari Ratih, tapi raut wajahnya letihChapter 80 Gawat!
Ada banyak bunga yang didapatkan Sena saat datang ke kampus. Lalu tampaknya bahkan orang yang awalnyChapter 81 Kuasa
Kenapa harus tertawa seperti itu? Sena bertanya dalam hati.
Tubuhnya memanas dan telinganya berdenginChapter 82 Paniklah!
Ah … ekspresi itu yang ingin dilihat Monik. Pupil mata yang membesar, napas menjadi lebih cepat, danChapter 83 Coklat
Monik sama sekali tidak berharap Reno akan berbasa-basi. Namun, ia cukup senang mendengar mulut pemuChapter 84 Insiden
Sena memandangi bunga pemberian Reno lama. Ia saat ini berada di kamarnya dengan pakaian tidur setelChapter 85 Amukan Rayna
terjadi, begitu bus kampus tiba mereka melupakan rasa ingin tahu itu.
Sena sendiri juga ingin tahu keChapter 86 Bibit Api
Hei, Monik tidak bisa disalahkan kalau tiba-tiba Sena muncul dan marah-marah padanya. Ia tidak sedanChapter 87 Pertengkaran Sena dan Reno
Sena menolak menemui Reno sejak kemarin. Ia juga tidak menjawab panggilan yang ditujukan padanya. JaChapter 88 Terpuruk
Apa yang salah denganku? Kenapa jadi seperti ini? Kenapa semuanya terjadi lagi? Sena membenamkan kepChapter 89 Akting yang Payah
Ah … dia malah pingsan! Jika tidak sedang berakting menjadi orang baik, Monik pasti sudah tertawa. AChapter 90 Ancaman Lain
Saat bagun dari tidurnya, Mata Sena seperti ikan koi. Kepalanya juga berdenyut sakit. Ia tidak mampuChapter 91 Manipulasi
Cahaya matahari yang masuk ke sela kamar menganggu Reno. Ia mengerjap kesilauan sebelum mendesah danChapter 92 Saling Menyalahkan
“Dia sudah merencanakan semuanya, Ren. Dari mulai Adit sampai saat ini. Semuanya sudah dalam rencanaChapter 93 Terjebak
Nomor Tidak Dikenal: Datanglah ke lokasi yang aku kirimkan sendirian. Mungkin kamu perlu menyelamatkChapter 94 Kemenangan
Tora tidak percaya dengan telepon subuh tadi yang mengabarkan jika sang istri telah kehilangan nyawaChapter 95 Di Balik Terali
Air mata Sena terus turun sepanjang perjalanan. Namun, ia sama sekali tidak ketakutan. Entah rasa taChapter 96 Jangan Kecewa
Rayna kembali mencoba menghubungi Reno. Ada masalah sekarang dan ia benar-benar butuh bantuan. BahkaChapter 97 Menelisik
Alarm dalam diri Reno mengatakan jika ia berada di tempat yang salah. Namun, ia tidak bisa lari begiChapter 98 Lalu
Rasanya seperti pencuri yang hampir tertangkap. Seluruh tubuh Reno kini gemetar setengah mati. MungkChapter 99 Dirampas
Rayna membawa buku catatan yang diserahkan Reno pagi ini padanya. Adiknya kini sedang berada di kantChapter 100 Di Ujung Tanduk
Rayna mengangkat ponselnya dengan kesal. Ia belum berhasil membujuk Ratih untuk makan. Ia sedang memChapter 101 Pengorbanan dan Kebebasan
Walau berada pada bagian belakang kantor polisi, Sena bisa tahu kalau semua petugas sedang sibuk sekChapter 102 Kenangan Lama
Tidak ada yang bisa membujuk Sena jika sudah bertekad. Sama seperti saat ia memutuskan tidan mengataChapter 103 Keributan
“SENA!”
Sena kaget karena Reno berteriak dan mengapai. Ia langsung menangkap tangan pemuda yang matanChapter 104 Kecemasan
Tidak ada gunanya memberitahu Reno dan Sena saat ini. Ia tidak mau suasana yang sedang bagus-bagusnyChapter 105 Penyerangan yang Gagal
Ratih memeluk putri tunggalnya erat-erat. Sesuai instruksi polisi ia bergerak ke rumah sakit pada maChapter 106 Intro
Tidak ada yang berhasil! Tidak ada! Monik melarikan kendaraannya dengan kencang. Syukurlah ia berhasChapter 107 Dua Sisi Kehidupan
Apa sudah berhenti? Seluruh tubuhnya benar-benar remuk rasanya. Bukan hanya itu seluruh kekuatannyaChapter 108 Pada Suatu Hari
“Apapun yang terjadi jangan merasa kasihan padanya!”
Ratih mengatakan itu dengan sangat meyakinkan keChapter 109 Apa Ini Akhir Bahagia?
“Pokoknya kalian harus pulang pada jam yang sudah dijanjikan, Oke?” Rayna sekali lagi memberi pering
Seruu asik bgt cerita nyaa
15/07
0sedih
14/06
0Nice story
18/03
0mksih
02/03
0Good
26/02
0sangat bagus
21/02
0i lake
04/02
0👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
27/01
0sangat bagus
05/01
0👍👍👍
26/12
0