Tag(s):
• Pernikahan yang diatur
• Kampus
• Komedi
• Keluarga
• Cinta pertama
• Religi
• Pergaulan remaja

Kebayang gak gimana jadinya kalau kita harus berperan jadi walinya gebetan kita? Atau, gebetan kita berperan jadi wali kita? Yang pasti hubungan itu gak akan bisa sebatas antar orang dewasa dan anak, melainkan akan bercampur dengan keromantisan. Seperti itulah kisah mereka, Akbar dan Fatima, yang akan kamu baca dalam cerita ini. "Menjadi ayah asuh cukup sulit untukku. Namun, bagian tersulitnya adalah ketika aku mulai jatuh hati pada seseorang yang kuasuh." (Akbar) "Tentu saja aku mencintainya. Ia satu-satunya laki-laki yang paling mengenalku setelah Ayah. Seorang yang sudah kuanggap seperti ayahku sendiri." (Fatima)

Last Update

Editor´s Choice

Confused Boyfriend

Wunmi Ijaola

One wrong step, I lost Olivia and my pregnancy

LADY GLOW

A Wife's Sacrifice

Kristel Ann Daz

Absinthium Forest

kurogane

Breaking Him

Miemieoyiza

The Miscreants

Author Augustine C

Recommendation

Mine (mated to an enemy)

authoress fik ky

Billionaire remarries his ex-wife

Anna Yan

Are We Still Strangers, Darling?

yer_sha

When Hearts Betray

Aasey

Midst of Chaos

Pia Montesa

A Wife's Sacrifice

Kristel Ann Daz

Dominating Desires

Xterian

Chasing after my destiny

Golden Joseph

Book Comment (76)Leave your comment on App

• 
  MoeSITI NUR FARZANA BINTI KUSNAN

  so bestt

  6d

    0
• 
  Da SilvaVitória

  esse é o livro que todo mundo deveria ler ☺️

  15d

    0
• 
  Linel Uli Silaban

  bagus

  25/07

    0
• SafiraRaya

  mantapp

  21/07

    0
• 
  NugrahaAldi.

  kren

  21/07

    0
• tumilahTuhpah

  bagus

  12/07

    0
• ZxyrrrRizky

  keren ceritanya mantap

  07/07

    0
• 
  AsmoroJoko

  cerita nya sangat bguss

  30/06

    0
• 
  !!just_kenz?

  8182

  14/06

    0
• 
  SitiAi

  bagus ceritany

  11/06

    0

• Total: 50

• Chapter 1 Akbar 1 (Prolog)

  Bogor, 14 September 2022
  Cuaca dingin menyempurnakan kebekuan pikiranku yang sedang dilema dengan pos

• Chapter 2 Fatima 1 (Prolog)

  "Maaf, Dok ...." Pagi itu seorang ibu paruh baya menegurku, "Toilet di mana ya?"
  Tadinya aku ingin me

• Chapter 3 Akbar 2 (Awal Mula Cerita)

  -13 tahun yang lalu-
  Damaskus, 10 Desember 2009.
  Di Kota Damaskus, Syria, saat ini matahari sudah bera

• Chapter 4 Akbar 2 (Awal Mula Cerita (2))

  Mungkin Kakek sudah menungguku sekarang, sebaiknya aku punya alasan saat kembali. Akhirnya aku menca

• Chapter 5 Akbar 2 (Awal Mula Cerita (3))

  "Nggak, Akbar, bukan cuti. Bapak memintamu untuk melepas sekolahmu. Bapak benar-benar membutuhkanmu.

• Chapter 6 Fatima 2 (Ayah, satu-satunya yang kupunya)

  Yogyakarta, 12 Januari 2010.
  Aku berlarian senang menuju ruang tamu setelah mendengar suara mobil Aya

• Chapter 7 Fatima 2 (Jumpa pertama setelah sekian lama)

  "Yah, Ayah lagi tidur gak?" tanyaku seraya mengetuk pintu kamar Ayah.
  "Nggak kok, masuk aja." Kudenga

• Chapter 8 Fatima 2 (Jumpa pertama setelah sekian lama (2))

  Wajahku mungkin sudah tak mengandung senyum ramah lagi. Aku benar-benar merasa dikacangi, merasa tak

• Chapter 9 Fatima 2 (Jumpa pertama setelah sekian lama (3))

  Aku hanya diam karena merasa tertangkap basah. Beralih memandangi nata de coco di gelasku dan menyen

• Chapter 10 Fatima 2 (Kutub Magnet yang Bertentangan)

  "Ada yang pengen aku omongin sama Ayah, tapi cuma berdua," lanjutku.
  Untunglah, kutub magnet di dalam

• Chapter 11 Akbar 3 (Apa kami ini minyak dan air?)

  "Aku gak bisa, Mas Akbar. Kalau anak Pak Ridwan gak suka sama Mas Akbar, apalagi sama aku? Kehadiran

• Chapter 12 Akbar 3 (Permintaan yang tak masuk akal?)

  "Fatima Azaleaa!" Bapak berteriak dari dalam kamar walaupun suaranya parau. Nada suara Bapak menunju

• Chapter 13 Akbar 3 (Permintaan yang tak masuk akal? (2))

  "Dia mewarisi paras ibunya, tapi justru itu yang menambah kekhawatiran bapak. Kecantikan tanpa akhla

• Chapter 14 Akbar 3 (Permintaan yang tak masuk akal? (3))

  "Tapi sekarang dia masih remaja dan bapak gak punya waktu lama lagi buat menunggu Fatima dewasa. Ini

• Chapter 15 Fatima 3 (Permintaan yang tak masuk akal? (4))

  "Ayah manggil aku?" tanyaku seraya membuka pintu kamar Ayah.
  "Iya, sini," jawabnya. Aku melangkah mas

• Chapter 16 Fatima 3 (Hari Bahagia dan Sedih)

  Udara Jogja terasa begitu panas hari itu. Kuusir selimut yang tadi malam menghangatkan kakiku. Banta

• Chapter 17 Akbar 4 (Selamat Jalan, Bapak)

  Aku melihat dengan mata kepalaku bagaimana Bapak menghembuskan napas terakhirnya. Tubuhnya masih han

• Chapter 18 Fatima 4 (Kelas Ayah)

  Demi mengurus segala sesuatu yang telah almarhum ayahku wasiatkan padanya, Om Beni sampai cuti dari

• Chapter 19 Fatima 4 (Segalanya Baru Untukku)

  Yogyakarta, 4 Juni 2010
  Setelah beberapa minggu menikmati liburan kelulusanku, Om Beni memintaku dan

• Chapter 20 Fatima 4 (Akbar, who are you?)

  Om Beni hanya menginap selama dua hari di rumah itu, dan ia mulai aktif lagi dengan pekerjaannya. Su

• Chapter 21 Akbar 5 (Pendekatan)

  Bogor, 14 Juni 2010
  "Fatima kenapa? Dia sakit?" tanyaku.
  "Ngantuk katanya, Den. Udah tidur sekarang,"

• Chapter 22 Akbar 5 (Pendekatan (2))

  Ia tertawa kesal. "Kamu kira itu bakal pengaruh sama aku?"
  "Tentu. Apa kamu belum pernah denger ayat

• Chapter 23 Akbar 5 (Pendekatan (3))

  "Iya lah, siapa lagi?" Aku tersenyum bersemangat.
  Cukup lama Fatima tak melepaskan pandangannya dari

• Chapter 24 Akbar 5 (Tumbuhnya Perasaan)

  "ALMIRA, buruan!" Aku berdiri dengan kesal di depan pintu kamar Mira yang sedari tadi sibuk di depan

• Chapter 25 Akbar 5 (Tumbuhnya Perasaan (2))

  Bu Endang, kepala sekolah SMP dan SMA Kartini ternyata adalah teman lama Almarhum Bapak. Cukup lama

• Chapter 26 Akbar 5 (We are family)

  "Oya?" Fatima langsung menegakkan punggungnya dan menggeser kursinya lebih dekat ke meja. "Padahal M

• Chapter 27 Fatima 5 (We are family (2))

  Buru-buru kurapikan kamarku. Handuk yang masih di kasur dan seragamku yang tergeletak di meja rias.

• Chapter 28 Fatima 5 (We are family (3))

  Aku tak berani keluar kamar dengan kondisi seperti ini tapi Mas Akbar terus memanggilku untuk sarapa

• Chapter 29 Akbar 6 (Godaan)

  Aku memanggil seorang pegawai salon ke rumah untuk memotong rambut Fatima. Sebelumnya aku sudah memb

• Chapter 30 Akbar 6 (Penting)

  Aku sudah berhasil membujuk Fatima untuk menemuiku via Mira. Kugelar karpet tebal di ruang tengah da

• Chapter 31 Akbar 6 (Biang Keladi)

  Pelajaran matematika Fatima sudah cukup berbeda dengan pelajaran matematikaku dulu. Cara pengerjaan

• Chapter 32 Akbar 6 (Biang Keladi (2))

  Produksi kue sudah semakin banyak karena toko semakin ramai. Maka, aku dan Bude pun harus bangun leb

• Chapter 33 Akbar 6 (Pemuja Rahasia)

  "Kita ke mana nih sekarang? Kenapa lemes banget gitu?" tanya Juna.
  "Ke mana aja boleh deh," jawabku p

• Chapter 34 Akbar 6 (Pemuja Rahasia (2))

  Kupejamkan mata dan menghela napas panjang. Kusandarkan satu tanganku di tembok samping pintu kamar

• Chapter 35 Akbar 6 (Kesempatan dalam Kesempitan)

  -Dua tahun kemudian-
  Bogor, 18 Mei 2012
  "Mas Akbar ...." Fatima mengetuk pintu kamarku. "Udah mau jam

• Chapter 36 Fatima 6 (Mas Akbar Tempatku Berguru)

  Telah kulewati dua tahun masa-masa SMP-ku. Sekarang aku mulai menapakkan kakiku di serambi kelas IX

• Chapter 37 Fatima 6 (Mas Akbar Tempatku Berguru (2))

  "Aku minta maaf ... udah ngajarin kamu cara-cara yang gak sesuai sama buku," ucap Mas Akbar dengan p

• Chapter 38 Fatima 6 (Mas Akbar Tempatku Berguru (3))

  Mobil kami berhenti setelah memasuki halaman sekolah. "Pagi aku ada janji sama petugas BPOM, jadi ak

• Chapter 39 Fatima 6 (Jalan Bareng)

  Bu Vera berhenti tersenyum. Ekspresinya sekarang seperti reaksi orang yang sedang keceplosan mengata

• Chapter 40 Fatima 6 (Jalan Bareng (2))

  Aku tak tahu ia memesan mie ramen jenis apa karena tadi di menu ada banyak sekali. Saat makanan data

• Chapter 41 Fatima 6 (Jalan Bareng (3))

  "Awas ya kalo wajahku kenapa-kenapa," ujarku.
  "Ha? Emang kamu yakin wajahmu gak ada kumannya?" Ia cek

• Chapter 42 Fatima 6 (Gara-Gara Aku)

  "Eh!" Aku bahkan tak mendengar suaranya membuka pintu. "Oh ... Bude ... ngagetin aja. Kapan Bude mas

• Chapter 43 Akbar 7 (Kepergok)

  Kutidurkan kepalaku di meja agar Fatima tidak bisa melihat wajahku. Mungkin wajahku sedang memerah l

• Chapter 44 Fatima 7 (Yang Penting Sebuah Pelukan)

  "Hhmphh!" Aku mengeluarkan suara hampir teriak tapi tertahan karena baru saja aku akan mulai beranja

• Chapter 45 Akbar 8 (Teddy Bear)

  Aku tak tahu harus bersyukur atau malah menyesal karena telah memeluk Fatima di hari itu. Yah, semen

• Chapter 46 Akbar 8 (Pernyataan Cinta)

  "Menurutmu? Kita bakal ke mana?" balasku.
  "Pasti ... ke tempat-tempat yang jauh?" selidik Fatima.
  "Yah

• Chapter 47 Fatima 8 (Pupus)

  "Kamu bener-bener gak pernah ngelihat Akbar sama perempuan?" tanya Bu Vera padaku.
  Aku menggeleng. "N

• Chapter 48 Fatima 8 (Pupus (2))

  Dengan sigap, Mas Akbar menghindar dari ciuman Mbak Mira dengan tangannya. Aku cuma cekikikan geli d

• Chapter 49 Akbar 9 (Kencan di Bawah Laut)

  "Den, yang mau ikut cuma Arum, Tiwi, Indah, Feni, sama Nugrah." Bude menyebutkan lima nama dari sepu

• Chapter 50 Akbar 9 (Cepatlah Besar Matahariku) TAMAT

  Ini adalah hari keempat kami mengeksplorasi keindahan tempat ini. Sore itu Mira dan Faisal meminta i