Total : 88Chapter 1 Kembali Terkenang
“Jodoh tak akan kemana.” Perkataan Bapak kembali terngiang di tengah kebisingan jalan raya sore ini
readmore Chapter 2 Tentang Semua
Pagi kembali menyapa seperti biasa. Saat membuka mata, ingatan semalam—tentang Gina menghubungiku—ke
readmore Chapter 3 Cemburu
“Diem terus, kenapa, sih?” tanyaku pada Fadlan saat mulai menyadari sikapnya sedikit berubah. Rasa p
readmore Chapter 4 Mengubur Masa Lalu
Kupikir, dalam kurun waktu satu tahun aku sudah berhasil melupakan Gina. Namun, terkadang rindu masi
readmore Chapter 5 Peringatan
Malam ini bulan telah undur diri lebih cepat. Di langit hanya tampak separuh. Cahayanya bahkan takka
readmore Chapter 6 Berhasil PDKT
Ketika kami hampir sampai ke rumah, tiba-tiba saja Vivi mendadak menyuruhku menghentikan laju motor.
readmore Chapter 7 Titip Vivi Untuk Sementara
Sejak hari itu—nonton konser BST—bisa dikatakan kalau Fadlan telah sukses PDKT untuk pertama kalinya
readmore Chapter 8 Apakah Benar Dia Vivi?
Tepat pukul sepuluh malam, Fadlan pergi tanpa pamit pada Nyak Marni atau Vivi. Aku tak mengantarnya
readmore Chapter 9 Mewakili Fadlan
“Fadlan, ini bukan kuasaku. Dia main sosor sendiri,” gumamku seraya mengelap pipi bekas ciuman Vivi
readmore Chapter 10 Sama-sama Norak
Syukurlah, pada akhirnya aku bisa menjalankan amanah dari Nyak Marni dan Fadlan untuk menemani Vivi
readmore Chapter 11 Nekad Naik Panggung
Sudah hampir satu jam kami habiskan waktu di restoran berbintang ini, sayangnya bukan membuat Vivi b
readmore Chapter 12 Kesalahan Tak Terencana
Dia Vivi, gadis yang kuanggap adik sendiri itu mengukir senyum yang tak biasa. Dia benar-benar sudah
readmore Chapter 13 Kesiangan
Masih kuingat betul sebelumnya Vivi terlihat hanyut dalam lagu yang kunyanyikan. Kepalanya bahkan be
readmore Chapter 14 Main Jodohkan Saja
Waktu memang tak bisa diajak kompromi. Semakin panik aku karena takut kesiangan, semakin cepat pula
readmore Chapter 15 Nyak Marni Salah Paham
Bukan main sialnya pagi ini. Sepertinya ini adalah karma karena tak sembahyang subuh tadi. Hmm. Bukan
readmore Chapter 16 Vivi Yang Aneh
Dan saat ketika aku dan Vivi sedekat dan seakrab layaknya adik dan kakak. Kadang pula kami bertengka
readmore Chapter 17 Vivi Yang Pemaksa
Entah apa yang merasukinya sampai ia terus berusaha menjodoh-jodohkan aku dengan perempuan bernama C
readmore Chapter 18 Terpaksa
Demi apa pun, aku sangat cemas ketika menahannya di ambang pintu tadi, takut Vivi menolak saat kuaja
readmore Chapter 19 Lelah
Kalau kata sesegrup band, ‘Bim salabim kucing kawin sumpah nyaris mati berdiri, liat mantan di depan
readmore Chapter 20 Kelakuan Vivi
Ah, capeknya hari ini.” Aku menjatuhkan diri di atas ranjang. Sekitar pukul lima sore baru sampai kos
readmore Chapter 21 Pesan Nyak Marni
“Dandan?! Kamu pikir abang ini perempuan, apa?!” Jelas aku ketus dan protes soal ini. Dandan katanya
readmore Chapter 22 Wajah Kloningan
Kebetulan malam ini sedikit mendung, tapi tak hujan. Kota ini semakin gerah saja rasanya. Akhirnya,
readmore Chapter 23 Ngedate Pertama
Tak pernah disangka, Clara ini sungguh menyenangkan orangnya. Setelah berkenalan secara resmi, terny
readmore Chapter 24 Kabar Dari Cina
“Maaf, ya. Aku jadi tak bisa belikan boneka itu.” Walau malu setengah mati, kukatakan juga akhirnya.
readmore Chapter 25 Jangan Katakan Cinta
Pagi ini sungguh cerah, tapi aku melihat Vivi begitu mendung. Sudah seperti ada awan hitam di atas k
readmore Chapter 26 Pengakuan Tak Terduga
Ini sudah mau mulai masuk musim penghujan, tak heran polusi udara kota ini semakin gersang saja. Niat
readmore Chapter 27 Galau Badai
Apa-apaan ini? Suka?! Sukanya perempuan ke laki-laki? Cinta?! Aku sungguh tak habis fikir mengapa Vi
readmore Chapter 28 Dari Hati Ke Hati
Aku masih belum bisa memejam mata setelah hari ini dibuat patah oleh dua orang perempuan yang sangat
readmore Chapter 29 Jawaban Dari Kegundahan
Pagi yang sama seperti sebelumnya. Siklusku berputar dengan teratur. Subuh bangun untuk ibadah, lalu
readmore Chapter 30 Maksa
“Bang Fadlan belum ngabarin juga, ya?” tanya Vivi. “Belum,” jawabku seadanya. Dia mengangguk saja per
readmore Chapter 31 Kukuh
Hari ini aku mengantar Nyak Marni ke stasiun kereta—stasiun Gambir—bersama dengan Vivi. Tentunya nai
readmore Chapter 32 Drama Baru
Kala ingatan kembali menarik pikiran ini ke momen saat Vivi memelukku tadi, rasanya jantung berdetak
readmore Chapter 33 Karena Sakit Hati
Kembali terpikir saat Vivi menjatuhkan benda yang dipeluknya terjatuh. Ternyata yang dia peluk tadi
readmore Chapter 34 Hanya Tiga Hari
Masih ditelan isakan, Vivi belum juga mau keluar dari dalam selimut. Tubuhnya ikut gemetar ketika is
readmore Chapter 35 Hari Pertama
Baik, katanya hanya tiga hari. Vivi waktu singkat untuk membuat kenangan indah denganku, lalu setela
readmore Chapter 36 Mie Instan
Hari ini langit mendung, tapi tidak hujan. Alhasil, hawa saat ini terasa begitu tak nyaman. Aku pulan
readmore Chapter 37 Rasa Bersalah
Di malam yang cukup gersang ini aku duduk menghadap jendela sambil makan mie buatan tangan perempuan
readmore Chapter 38 Getaran Hati
Sepertinya pilihan untuk pergi ke bioskop adalah pilihan yang paling tepat. Soalnya langit sungguh m
readmore Chapter 39 Mencoba Teguh Hati
Durasi menonton di bioskop yang hampir menghabiskan dua jam membuat waktu kami tersita banyak. Sebena
readmore Chapter 40 Ciuman Pertama
Rintikkan hujan membuatku semakin malas untuk keluar, akhirnya yang terjadi adalah hanya duduk diam
readmore Chapter 41 Penyesalan Terdalam
Masih tenggelam dalam imajinasi liar yang semakin dirasa semakin membara, akhirnya aku mencoba menya
readmore Chapter 42 Salah Tingkah
Usai melaksanakan salat dan memeohon ampun atas dosa yang baru saja kuperbuat, diri ini merebahkan d
readmore Chapter 43 Masih Sok Jaim
Waktu berlalu begitu saja. Terbuang sia-sia hanya karena memikirkan bagaimana cara kembali untuk men
readmore Chapter 44 Aku Salah
“Abang jahat,” ucap Vivi pelan, amat pelan. Kalimat yang dia lontarkan barusan terdengar seperti uca
readmore Chapter 45 Diblokir
Hari mulai gelap, tetapi aku masih berjibaku dengan map-map berisi dokumen yang masih belum selesai
readmore Chapter 46 Tak Bisa Lagi Mengelak
Perut kenyang, tapi hati tidak tenang. Setelah mengetahui kenyataan bahwa Vivi benar-benar memblokir
readmore Chapter 47 Menggagalkan Aksi Nembak
Seberapa keras mencoba tancap gas, keduanya tak terlihat lagi. Jadi, bekalku kali ini hanyalah berda
readmore Chapter 48 Jadi, Kita Jadian?
“Vi! Vivi!” Bahkan teriakan yang menggema itu tak aku gubris sama sekali. Dengan wajah datar, aku men
readmore Chapter 49 Hubungan Rahasia
Masih tak percaya bahwa aku telah memacari anak ibu kost, berkali-kali kutampar pipi sendiri di kama
readmore Chapter 50 Sembunyi-sembunyi
“Agam?! Tega banget ngerebut Vivi dariku! Padahal sudah kupercayakan dia padamu, kenapa malah dia ka
readmore Chapter 51 Jemput Nyak Marni
Mendengar beberapa suara mendekat ke arah kami, aku yang sedang merasakan debaran hati dari dekapan
readmore Chapter 52 Pendapat Nyak Marni
“Nyaak!” Vivi berlari ketika sudah melihat Nyak Marni dari kejauhan. Bagai kucing melihat majikan, i
readmore Chapter 53 Pasar Malam
Akhir pekan adalah waktu paling sempurna untuk memanjakan diri. Meski sejatinya diri ini tukang ngur
readmore Chapter 54 Kilatan Mata Vivi
Mentari mulai menyusutkan cahayanya ketika ia mulai tenggelam ke ufuk barat bersama arakan awan kela
readmore Chapter 55 Batal Ditinggal
Sudah siap-siap dengan merangkai kalimat bujukan dalam otak, Vivi malah memalingkan muka sambil menu
readmore Chapter 56 Sadar Dari Koma
Jika dikatakan bodoh karena terbutakan cinta, aku mungkinlah lelaki yang paling bodoh. Sudah disakit
readmore Chapter 57 Kecemasan Mereka
“Agaaam!” Keluargaku menghambur masuk ke dalam kamar tempat aku dirawat. Saat ini aku sudah dipindah k
readmore Chapter 58 Saling Memaafkan
“Baang!” Inginnya kutangkap tubuh mungil itu masuk ke dalam pelukan, tetapi sayang tak bisa terhalang
readmore Chapter 59 Vivi Tambah Dewasa
Dua hari ke belakang aku sering merasa pusing sekali. Terkadang pandangan berputar layaknya seperti
readmore Chapter 60 Pemulihan
Mentari mulai undur perlahan, tergantikan oleh pekatnya malam yang gersang. Aku duduk di teras depan
readmore Chapter 61 Kabar Kepulangan Fadlan
Hampir tiga minggu diam di rumah membuat otot terasa dipaksa kerja keras ketika kembali aku memulai
readmore Chapter 62 Pikiran Kosong
Dunia terasa berhenti berputar sekarang. Aku bagai terperangkap dalam keterkejutan tak bertepi. Fadla
readmore Chapter 63 Bercandanya Kelewatan
Kalian tahu, sejak aku resmi berpacaran dengan anak ibu kosan, sedikit-sedikit ngaca. Sedikit-sediki
readmore Chapter 64 Susahnya Jujur
“Maafin abang, Vi.” Entah mengapa rasa sedih ini kian mencuat dan membuat diri tak tahan lagi untuk
readmore Chapter 65 Dia Si Pembuat Kesal
Keringat dingin mulai berjatuhan. Mendengar Nyak Marni menelfon membuat jantungku terpacu cepat. Kir
readmore Chapter 66 Tambah Mumet
Sungguh, kali ini aku sudah tak tahan lagi ingin memukul wajah lelaki di depanku ini. Tanganku bahka
readmore Chapter 67 Tak Jadi Mengancam
Pagi-pagi sekali aku sudah antre di rumah sakit. Kebetulan hari ini jadwal kontrol tiba. Bisa berada
readmore Chapter 68 Kepulangan Fadlan
Waktu telah berganti. Sore yang kunanti telah tiba. Embusan angin menggoyang dedaunan yang pohonnya
readmore Chapter 69 Ketemu Kangen
Aku menyetir tak terlalu konsentrasi. Sedikit-sedikit lirik kiri, mendengarkan ocehan Fadlan gugup.
readmore Chapter 70 Tak Nampak Di Mata
Aku duduk memandang ketiga orang itu saling melepas rindu. Kedatangan Fadlan sungguh jadi kejutan ya
readmore Chapter 71 Ketahuankah?
Angin sepoi mendesir mengitari tengkuk leher sehingga hampir semua bulu kuduk berdiri. Separah inila
readmore Chapter 72 Fadlan Mau Nembak
Pacar kamu. Pacar kamu. Pacar kamu. Kata itu terngiang di telinga. Makanan yang menggantung sejajar d
readmore Chapter 73 Mati Lampu
Aku telah terluka, tapi tak ada obat bagi sakitku ini. Kaus dengan sablon bertuliskan ‘Friend Forever
readmore Chapter 74 Jujur Itu Berat
Takut-takut kami aku berbalik. Ketika ini berlangsung, pegangan tangan sudah terlepas. Panggilan Nyak
readmore Chapter 75 Sudah Terlambat
Malam ini terasa hening meski Fadlan sudah kembali pada kehidupanku. Rasanya beda. Biasanya dia sela
readmore Chapter 76 Permintaan Maaf Tak Berguna
Suasana pagi ini sudah terasa gersang, tambah gersang lagi ketika kemarahan Fadlan mulai meledak. “Ka
readmore Chapter 77 Pikiran Buntu
Pagi-pagi sekali aku sudah dibuat pusing oleh permasalahan yang kuhadapi. Fadlan telah pergi membawa
readmore Chapter 78 Rencana Gagal Lagi
Kuraih jemarinya, berharap bisa sedikit menenangkan. Bukan apa, ini tempat umum. Jujur saja aku agak
readmore Chapter 79 Tak Ada Restu
Baru saja berencana, sudah kacau semua. Aku tak pernah menyangka jika di balik pagar ada nyak Marni.
readmore Chapter 80 Kerasnya Hati Nyak Marni
Aku telah mengecewakan orang-orang yang menyayangiku, dan mereka akhirnya satu-persatu memilih membe
readmore Chapter 81 Diajak Kawin Lari
Semesta telah menentang, apakah aku punya hak untuk menyalahkan semua kepada-Nya? Astagfirullah .... D
readmore Chapter 82 Ayo Putus
Kawin lari? Oh, tidak. Ini sama saja dengan kami memukul genderang perang, menantang. Dan aku sunggu
readmore Chapter 83 Pulang Kampung
Malam semakin larut, jalanan sudah mulai macet. Lampu-lampu menguning sebagai penerangan jalan di de
readmore Chapter 84 Tangisan Penyesalan
Baru saja kulihat langit gelap gulita mengelilingi diriku, mengapa dalam sekejap mata mentari naik m
readmore Chapter 85 Rencana Bapak
Pagi menyapa dengan dinginnya. Ketika mentari masih bersembunyi di balik awan, keluargaku sudah meng
readmore Chapter 86 POV Fadlan (Oh, Ternyata)
Hari demi hari berlalu begitu saja, tetapi segunduk nyeri di hati ini tak kunjung mereda. Mengingat
readmore Chapter 87 POV Fadlan (Keputusan Akhir)
Langit sudah mulai menguning, menampakkan warna-warna cantiknya di atas sana. Aku terdiam berdiri me
readmore Chapter 88 End Episode
“Agam! Agam!” Mata ini terbuka lebar kala bapak memanggil dengan hebohnya. Aduh, padahal aku sedang e
readmore
mntp
5d
0baguss sekaliii
6d
0sangat menarik
12d
0bagus baget
13d
0bagus banget cerita nya😍
19d
0☺️☺️☺️☺️☺️
20d
0sangat bagus
20d
0mantaf
21d
0nice
21d
0Best
24d
0